Mengenang Yogyakarta Malioboro

Post a Comment
Malioboro

 
Siapa yang tak terkesan dengan Yogyakarta Malioboro, destinasi wajib saat berkunjung ke Yogyakarta. Yogya menjadi kota di luar Jawa Barat yang paling sering saya dan Zauji kunjungi.

Sejarah Malioboro

Malioboro terletak di pusat kota Yogyakarta yang dimulai dari Tugu Yogyakarta hingga Titik Nol Kilometer atau perempatan Kantor Pos. Teman Menong yang menggunakan kereta api akan mudah menemukan Malioboro karena hanya berjarak 1,2 km saja dari stasiun. Lokasinya yang strategis membuat Malioboro menjadi destinasi wajib. 

Siapapun yang pernah datang ke Yogyakarta pasti akan mampir di jalan utama Kota Yogyakarta ini. Selain jadi tujuan wisata, Malioboro merupakan denyut nadi kehangatan Yogyakarta dalam menyambut tamunya. Teman Menong bisa berbelanja, belajar budaya, atau sekedar duduk diam sejenak memandangi jalanan yang ramai.

Malioboro memiliki posisi strategis karena berada tak jauh dari Keraton Yogyakarta dan bahkan berada dalam poros imajiner yang menghubungkan Kraton Ngayogyakarta, Tugu Pal Putih, dan Gunung Merapi. Malioboro juga memiliki poros imajiner bila diteruskan ke Samudera Indonesia. Berdasarkan kepercayaan, poros ini dipercaya mengandung nilai filosofis dan spiritual yang mendalam bagi masyarakat Jawa. 

Nama Malioboro diyakini berasal dari bahasa Sansekerta 'Malyabhara' yang berarti karangan bunga. Sepertinya nama ini diambil dari ingatan masa lalu seringnya kawasan Malioboro penuh dengan bunga sebagai hiasan upacara kerajaan atau penyambutan tamu penting. 

Nama Malioboro diyakini juga berasal  dari seorang pejabat Inggris bernama Marlborough. Namun data ini tidak diketahui kebenarannya karena tidak ada referensi yang mendukung yang menyatakan adanya pejabat Inggris bernama Marlborough pernah berkuasa di Yogyakarta di jaman penjajahan Inggris.

Disadur dari situs historia.id, sejarah hanya mencatat kedatangan Thomas Stamford Raffles, Letnan Gubernur Jenderal Inggris di Jawa pada 27 Desember 1811.  Raffles memasuki kota lewat jalan raya utama yang kelak kita kenal sebagai Jalan Malioboro. Sultan sendiri telah menyiapkan 10.000 pasukan di kedua sisi jalan lengkap dengan tombak dan senapan siap tembak.

Peristiwa ini merupakan bagian dari intervensi Raflles terhadap Keraton Yogyakarta. Dalam pertemuan Raffles dengan Sultan di kamar singgasana Wisma Residen, Sultan menolak duduk di kursi yang disediakan untuk beliau namun memilih duduk di singgasana perak miliknya yang di bawahnya ditaruh dingklik sehingga bisa duduk lebih tinggi dari Raffles. Inilah bentuk tidak mau tunduknya Sultan terhadap penjajah.

Meski begitu akhirnya sultan diasingkan ke Pulau Pinang (Malaysia) setelah peristiwa Geger Sepehi pada 20 Juni 1812, penyerangan dan penjarahan pasukan Raffles ke keraton Yogyakarta. Beliau digantikan putra sulungnya, Raden Mas Surojo yang diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwono III dan bertahta selama dua tahun. 

Penjajah Belanda membangun banyak fasilitas di sekitaran Malioboro termasuk stasiun kereta api yang kita kenal sebagai Stasiun Tugu di tahun 1887. Di tahun 1790 dibangun benteng Vredeburg di ujung selatan Malioboro sebagai bentuk kungkungan Belanda terhadap pergerakan keraton.
benteng vredeburg

Wisata di Malioboro

Dulu saat karya wisata atau field trip Jawa Barat masih diperkenankan, Yogyakarta dan Malioboro seolah menjadi tempat wajib untuk dikunjungi. Yogyakarta dengan sejarah historisnya menjadi bagian dari edukasi sejarah bagi murid sekolah. 

Dulu kawasan Yogyakarta Malioboro dikenal sebagai pusat kuliner dan belanja yang murah meriah dengan lapak pedagang di sepanjang jalan Malioboro. Malam hari menjadi waktu tepat karena tak hanya wisata belanja namun teman Menong akan disuguhi berbagai atraksi menarik.

Sejak ada penataan kota, kawasan Malioboro memang terlihat sangat rapi sehingga nyaman bagi pejalan kaki yang ingin menikmati suasana Kota Yogya. Teman Menong dapat menikmati kuliner seperti angkringan, gudeg dan berbelanja suvenir khas Yogya seperti batik dan lainnya di spot tertentu yang telah disediakan. 
Teman Menong bisa memilih penginapan di dekat Malioboro dengan rate harga beragam. Berhubung kami menginap di daerah Condong Catur dan Kaliurang yang jauh dari Malioboro, kami memilih Trans Jogya yang murah untuk menjelajah kota. Teman Menong yang membawa kendaraan bisa parkir di tempat parkir khusus tepat di seberang Toko Batik Hamzah.

Saya dan Zauji biasanya mampir di pagi hari agar suasana masih sepi. Biasanya kami turun tak jauh dari Tugu Yogya agar bisa jalan-jalan lebih lama.
trans jogya
Kami sarapan sate, lontong dan pecel di area sekitar Pasar Beringharjo. Selanjutnya kami mengintip kain batik di Toko Hamzah yang sudah terkenal di Yogyakarta. Kami pun melaju menuju pabrik bakpia untuk membeli oleh-oleh. Rasanya tak bosan menjelajah Yogyakarta Malioboro setiap saat.
Newest Older

Related Posts

Post a Comment