Bakso menjadi jajanan favorit saya dan Zauji. Saking hobinya dengan bakso, saya dijuluki 'jurig baso' alias 'hantu baso' oleh sepupu-sepupu saya. Seiring usia, keinginan untuk jajan bakso memang berkurang, namun saya selalu penasaran dengan bakso tasikmalaya terdekat yang bisa temui dimanapun.
Bakso
Bakso adalah salah satu makanan paling populer di Indonesia. Hampir di setiap kota, kita bisa dengan mudah menemukan pedagang bakso dengan cita rasa dan gaya penyajian yang beragam. Ibunda Zauji sendiri menyewakan sepetak ruangan di rumah kami kepada penjual bakso. Usaha ini sudah dirintis lebih dari 20 tahun yang lalu. Usaha ini kini diteruskan oleh sang istri sejak Mas Paijo, begitu kami memanggilnya, berpulang tahun lalu.
Harga satu mangkuk bakso dibanderol Rp. 10.000 saja (satu bakso besar, mie dan sayur, 2 buah bakso kecil). Setiap hari dagangan bakso selalu habis terjual (dari jam 10.00 - 19.00 WIB). Di saat Idul Fitri menjadi hari marema alias laris manis. Pembeli bahkan sudah menunggu di depan lapak yang masih tutup sejak jam 08.00 WIB.
Sejak menikah, selera saya untuk jajan bakso memang drastis berkurang salah satunya karena hampir setiap hari saya mencium aroma bakso. Di daerah kami, terhitung ada 4 penjual bakso dalam jarak kurang dari 1 km. Dan semuanya memiliki langganan masing-masing dengan beragam harga.
Bakso sendiri banyak diceritakan berasal dari dinasti Ming di era tahun 1368-1644. Bola-bola daging dengan kuah panas ini diberi nama "bakso" yang berasal dari bahasa Hokkien "bak-so" yang secara harfiah berarti daging cincang. Bakso masuk ke nusantara dan beradaptasi dengan daging yang halal dikonsumsi umat muslim sebagai penduduk terbanyak di Indonesia.
Ada banyak jenis bakso di Indonesia diantaranya bakso solo, bakso malang dan bakso tasik. Semua jenis bakso memiliki kekhasan masing-masing.
Bakso Tasik
Saya megenal bakso tasik saat masih tinggal bersama Ibunda. Setiap lebaran kami memiliki agenda khusus jajan bakso tasik yang ada di depan kompleks. Meski harganya lebih mahal, satu porsi minimal Rp. 23.000 di saat bakso yang lain masih Ro. 8.000, membuat bakso tasik sangat istimewa. Mie nya dibuat langsung dengan digiling secara manual dan pembeli dapat melihat langsung.
Menurut cerita, bakso mulai populer di Tasikmalaya sejak pertengahan abad ke-20, ketika banyak perantau membawa ide usaha makanan berbahan dasar daging giling. Warga Tasikmalaya mengembangkan resep bakso dengan ciri khas lokal. Perpaduan antara daging sapi segar, tepung tapioka, dan bumbu rempah menjadikan bakso Tasik memiliki tekstur kenyal namun tetap empuk, dengan cita rasa gurih yang pas di lidah. Dari kota asalnya, bakso Tasik kemudian menyebar ke berbagai wilayah Jawa Barat, bahkan hingga ke kota-kota besar di Indonesia.
Saya dan Zauji sendiri baru benar-benar mencoba bakso tasik aseli saat menginap di Hotel Horison, Kota Tasikmalaya. Tepat di seberang hotel ada lapak bakso tasik terkenal, Bakso Japri. Sebetulnya apa sih yang membedakan Bakso Tasik dengan bakso dari daerah lain?
Kuah Bakso Tasik biasanya bening, tetapi memiliki rasa kaldu sapi yang kuat. Bumbu seperti bawang putih, bawang merah, merica, dan seledri segar menjadi penambah cita rasa alami.
Bakso lazimnya dilengkapi dengan mie kuning dan bihun, Bakso Tasik sering dilengkapi tahu, pangsit goreng, siomay, tetelan, ceker ayam dan bahan lainnya yang membuat laar mata.
Nah, ini dia daya tasik bakso tasik, sambal pedas yang khas yang membuat kuahnya berubah merah menyala. Bahkan di bakso tasik langganan kami juga disediakan kuah pedas.
Resep Bakso Tasik
Saat berjalan-jalan ke Pangandaran dulu, begitu tiba di Stasiun Banjar kami melanjutkan perjalanan menggunakan mobil sewaan. Qodarullah sopir yang mengantar kami berasal dari Kota Tasikmalaya dan membuka usaha kedai bakso di dekat stasiun. Beliau juga aktif membagikan ilmu dengan melatih orang-orang yang mau belajar membuat bakso tasik.
Beliau juga memberikan resepnya kepada kami.
Bahan Bakso:
500 gram daging sapi segar (giling halus, lebih enak campur sedikit tetelan)
100 gram es batu (hancurkan)
100 gram tepung tapioka
4 siung bawang putih, goreng lalu haluskan
1 sdm bawang merah goreng
1 butir putih telur
1 sdt merica bubuk
1 sdt garam
½ sdt baking powder (opsional, agar lebih kenyal)
Air es secukupnya
Bahan Kuah:
2 liter air
500 gram tulang sapi atau sumsum (untuk kaldu)
4 siung bawang putih, goreng lalu haluskan
1 sdm bawang merah goreng
1 sdt merica bubuk
1 sdm garam (sesuaikan rasa)
Seledri & daun bawang secukupnya
Bahan Pelengkap:
Mie kuning
Bihun putih (rebus)
Tahu putih (rebus, bisa diisi adonan bakso)
Pangsit goreng
Sambal rawit, kecap manis, saus sambal, jeruk limau
Cara Membuat:
1. Adonan Bakso
Masukkan daging sapi giling, es batu, bawang putih goreng, bawang merah goreng, putih telur, garam, merica, dan baking powder ke dalam food processor/blender. Proses hingga halus dan lembut. Tambahkan tepung tapioka sedikit demi sedikit, aduk rata. Adonan harus kalis dan agak lengket.
2. Membentuk Bakso
Siapkan panci berisi air panas (jangan mendidih, cukup hangat sekitar 80°C).
Ambil adonan, kepalkan di tangan lalu tekan hingga keluar bulatan dari sela jempol dan telunjuk.
Sendok bulatan, masukkan ke air panas. Setelah semua terbentuk, rebus hingga bakso mengapung. Tiriskan.
3. Membuat Kuah
Rebus air bersama tulang sapi hingga kaldunya keluar (kurang lebih 1–2 jam).
Masukkan bawang putih goreng halus, bawang merah goreng, garam, merica, dan daun bawang.
Cicipi, sesuaikan rasa gurih asin.
4. Penyajian
Siapkan mangkuk, isi dengan mie kuning, bihun, tahu, pangsit, lalu tambahkan bakso.
Siram kuah panas.
Taburi seledri, bawang goreng, dan beri sambal, kecap, serta perasan jeruk limau sesuai selera.

Post a Comment
Post a Comment