Masjid Raya Medan

Post a Comment
Mesjid Agung Medan


Hal yang menyenangkan saat mempunyai kesempatan mengunjungi banyak kota adalah bisa melihat keanekaragaman budaya nusantara termasuk mengenal peninggalan Islam berupa Mesjid. Masjid Raya Medan termasuk mesjid yang saya kagumi karena keindahan bangunannya.

Medan

Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara yang didapuk sebagai kota terbesar di Pulau Sumatera. Dengan lokasinya yang strategis, Kota Medan menjadi pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat. Pelabuhan Belawan dan Bandara Udara Internasional Kuala Namu, bandara terbesar kedua di Indonesia menjadi pintu bagi perdagangan dan industri.

Saya baru sekali menginjakan kaki di kota berjuluk kota Melayu Deli ini. Dan pastinya saya juga baru pertama kali singgah di Bandara Kualanamu dan terkagum-kagum dengan bandara luar biasa ini. Bandara Kualanamu terletak di Kabupaten Deli Serdang yang berjarak kurang lebih 40 km dari Kota Medan dan ditempuh dalam waktu 40 menit lewat jalan tol. Dari bandara kami naik angkutan umum berupa bis damri yang akan mengantarkan kami ke Kota Medan dengan tiket seharga Rp. 40.000.

Kami menginap di Jl. Sisingamaraja yang tak jauh dari pusat kota. Saya juga baru menyadari bila waktu sholat di Medan lebih larmbar daripada di Bandung. Bila di Bandung adzan subuh dikumandangkan jam 03.59 WIB, subuh di Medan dilaksanakan jam 04.54 WIB.

Masjid Raya Al-Mashun Medan

Meski hanya sebentar berada di Medan, saya menyempatkan diri untuk jalan-jalan seputar kota. Pengetahuan saya mengenai destinasi wisata di Medan memang tak banyak karena hanya sebatas Danau Toba saja.

Ternyata Kota Medan memiliki berbagai peninggalan sejarah yang bisa dijadikan destinasi wisata, Masjid Raya Al-Mashun. Masjid ini berada tak jauh dari hotel tempat kami menginap sehingga kami hanya perlu berjalan kaki saja. Kami menghabiskan waktu di sore hari dengan tujuan pertama Istana Maimun lalu Masjid Raya Al Mashun.
Masjid Raya Al-Mashun yang menjadi ikon Kota Medan ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam, Sultan Deli ke-9. Pembangunan mesjid dimulai pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909. Lokasi mesjid ini memang tak jauh dari Istana Maimun. Tak heran bila mesjid dan istana Maimun menjad simbol monumental Kesultanan Deli.

Nama “Al-Mashun” diambil dari bahasa Arab yang berarti “dilindungi” atau “suci”.

Selain menggunakan dana yang berasal dari Kesultanan Deli, pembangunan Masjid Raya Al-Mashun dibantu dari sumbangan dari perusahaan perkebunan Belanda yang saat itu beroperasi di wilayah Medan. 
Saat pertama memasuki halaman mesjid, saya melihat sesuatu yang berbeda dari desainnya yang unik. Gaya arsitektur mesjid memadukan unsur Moorish (Spanyol-Maroko), Timur Tengah, India, dan Melayu Deli. Bangunan masjid berbentuk oktagonal (segi delapan). Bentuk oktagonal sangat jarang ditemukan pada masjid-masjid di Nusantara yang biasanya mengusung tema adat lokal.

Teman Menong bisa memlihatnya saat duduk di dalam mesjid. Sekilas bentuk oktagonal ini memang membuat luasan mesjid terkesan menyempit namun keindahannya akan membuat mata kita tak bisa berpaling. Sebagian besar material bangunan masjid didatangkan dari luar negeri. Marmer putih untuk lantai diimpor dari Italia, kaca patri berwarna dari Prancis, lampu gantung kristal dari Belanda, serta kayu jati berkualitas tinggi dari Tiongkok. Kombinasi material impor dan lokal ini menjadikan masjid tampak istimewa dan bernilai seni tinggi. Luar biasa bukan?

Dari referensi, ciri khas arsitektur mesjid dapat dideskripsikan menjadi:
Kubah besar berwarna hitam yang dikelilingi empat kubah kecil di setiap sudut bangunan.
Pintu dan jendela kayu berukir dengan detail seni Islam dan Melayu.
Kaca patri berwarna-warni yang memancarkan cahaya indah ke dalam ruangan.
Marmer impor Italia yang membuat lantai terasa sejuk dan elegan.
Lampu gantung kristal besar yang menambah kesan mewah di ruang utama.

Interiornya mengingatkan saya akan Mesjid Nabawi, Madinag. Meski sudah berusia lewat dari satu abad, Masjid Raya Al-Mashun tetap berdiri kokoh Masjid raya Medan direnovasi pada tahun 1970-an dan awal 2000-an sehingga tak heran struktur bangunan, fasilitas pendukung seperti tempat wudhu, tempat parkir dan lainnya tetap terjaga. Hal yang unik adalah tempat wudhu berada di bangunan berbeda yang tak kalah menakjubkan.

Rasanya akan betah untuk duduk berlama-lama di dalam Mesjid. Alhamdulillah saya berkesempatan mengikuti jamaah sholat magrib di mesjid raya Medan ini. Banyak sekali warga dan pengunjung yang sholat berjamaah membuat shaf mesjid penuh baik ikhwan atau akhwat.

Masjid Raya Medan, Mesjid Al-Mashun juga digunakan sebagai tempat kegiatan Islam seperti pengajian, tabligh akbar, perayaan hari besar Islam, hingga musyawarah masyarakat Melayu Deli.
Newest Older

Related Posts

Post a Comment