Kesultanan Yogyakarta

Post a Comment
Kesultanan Yogyakarta


Rasanya tak mudah melupakan Yogyakarta dengan berjuta pesona nya. Di penghujung tahun 2025 ini banyak sekali sosial media yang menampilkan cerita dari Yogyakarta termasuk Kesultanan Yogyakarta. 

Keraton Yogyakarta
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan salah satu ikon budaya dan sejarah yang menjadi jantung kehidupan masyarakat Yogyakarta dan destinasi utama di Yogyakarta. 

Keraton merupakan simbol peradaban Jawa yang menyimpan nilai-nilai tradisi, seni, serta kearifan lokal yang menjadi kebanggaan nusantara. Saat kembali ke Yogyakarta, Zauji sudah lama mengagendakan untuk mengunjungi keraton yang berdiri pada tahun 1755 ini. 

Terlihat sama, Keraton Yogyakarta merupakan bagian dari Perjanjian Giyanti yang memisahkan Kesultanan Mataram menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Keraton atau Kesultanan Yogyakarta dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono I yang mendirikan keraton sebagai pusat pemerintahan sekaligus kediaman resmi keluarga sultan.

Pembangunan keraton sendiri dimulai pada 1756 dengan lokasi di antara Sungai Code dan Sungai Winongo. Lokasi ini dipilih tidak sembarangan namun diperhitungkan berdasarkan filosofi keseimbangan kosmos ala Jawa. Keraton menjadi pusat politik dibawah kepemimpinan sultan, spiritual, dan budaya masyarakat Yogyakarta yang masih bertahan hingga kini di bawah gempuran globalisasi.

Jalan-jalan Ke Keraton
Saya dan Zauji menginap di daerah Condongcatur, kami melaju menggunakan Trans Jogja dan turun di halte Malioboro. Setelah menikmati suasana pagi Malioboro kami meluncur menuju Benteng Vredeburg yang berada tak jauh dari Malioboro.  Karena kami punya waktu luang seharian, kami pun langsung menuju tujuan utama kami, Kesultanan Yogyakarta atau yang dikenal dengan Keraton Yogyakarta. 

Saat kami tiba di bagian pembelian tiket, barulah kami menyadari ada tiga keraton yang bisa dikunjungi dengan 3 tiket berbeda. Akhirnya kami lebih memilih Keraton Yogyakarta. Dari pelataran yang luas, teman Menong bisa langsung merasakan hawa khas Keraton yang sakral. Banyak pedagang yang menjajakan aneka suvenir Yogya dan makanan.

Keraton sendiri terletak di garis imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi, Tugu Pal Putih, Keraton, dan Pantai Parangtritis. Garis ini melambangkan harmonisasi antara alam semesta, manusia, dan Sang Pencipta berdasarkan filosofi Jawa. Garis imajiner ini diperlihatkan di salah satu ruang pameran yang ada di keraton dengan visualisasi canggih.

Bangunan Utama
Bangunan utama Keraton Yogyakarta terdiri dari beberapa bagian yaitu Pagelaran, Sri Manganti, Kedhaton, dan Kamandhungan dengan fungsi yang berbeda. Teman Menong dapat memperhatikan bila bangunan keraton didominasi ukiran kayu, ornamen emas, dan hiasan batik dinding. Warna bangunan lebih dominan hijau, putih, dan emas yang melambangkan kesucian, kesejahteraan, serta kemuliaan.

Pengujung masuk ke dalam area keraton dipandu petugas. Semua wajib berpakaian sopan termasuk tamu asing. Saya sendiri suka melihat pengujung, termasuk wisatawan mancanegara, menggunakan lurik yang cantik dan adem. 

Alhamdulillah kami datang masih pagi sehingga masih tak banyak tamu yang datang. Kami menjelajah keraton tanpa didampingi guide. Saat masuk kami disambut pertunjukan wayang kulit dalam bahasa Jawa tentunya. Zauji duduk lama bersama pengunjung lainyya, bernostalgia mengenang almarhum ayahanda Zauji yang dulu sering mengajak Zauji menonton wayang kulit. 

Kesultanan atau keraton Yogyakarta masih berperan sebagai pusat budaya yang melestarikan tradisi dan kesenian Jawa. Maka tak heran bila kita bisa melihat langsung pertunjukan seni seperti tari Bedhaya Semang atau Wayang Wong (orang) yang biasa dikenal di buku saja. Rasanya memang berbeda bila melihatnya secara langsung.

Keraton masih berfungsi sebagai kediaman Sultan dan keluarganya. Ada beberapa area yang masih digunakan sebagai bagian dari kediaman sultan sehingga tertutup bagi pengunjung. Saya membayangkan magisnya kehidupan di keraton ini. Dengan sultan, permaisuri, putri raja, abdi dalem yang dikisahkan bagaikan cerita.

Pemimpin Kasultanan Yogyakarta memiliki peran ganda, yakni sebagai pemimpin budaya sekaligus Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Teman Menong pasti sering membaca cerita kesederhanaan beliau dan keluarga yang dikagumi masyarakat. 

Keraton juga menjadi destinasi wisata edukasi yang selalu ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Wisatawan yang datang bisa melihat secara langsung aktivitas abdi dalem, koleksi benda bersejarah, hingga pertunjukan seni. Museum keraton menyimpan benda pusaka, gamelan, kereta kencana, hingga foto-foto dokumentasi sejarah.

Dari benda-benda yang dipamerkan, tergambar betapa kaya dan mengagumkannya keraton kesultanan Yogyakarta ini. Jangan lupa dengan keberadaan Abdi dalem bertugas mengenakan pakaian khas keraton, siap menjawab pertanyaan dan berbagi cerita tentang kehidupan di istana. Para abdi dalem ini berkumpul sambil melanggamkan kidung.

Teman Menong juga dapat melihat kereta kencana, pakaian kebesaran sultan, hingga peralatan rumah tangga tradisional. Semuanya berada dalam area pameran yang tersusun rapi dalam ruangan berbeda sesuai dengan tema yang disajikan. 

Kami menyusuri secara berurutan. Meski tanpa pemandu, setiap area dilengkapi keterangan sehingga memudahkan pengunjung memahami sejarah kesultanan Yogyakarta yang disajikan. Salah satu area yang saya kagumi adalah koleksi batiknya yang sangat indah.
Newest Older

Related Posts

Post a Comment