Bagaimana Posisi Tidur Penderita Stroke Yang Benar?
Apa itu Stroke?
Stroke menjadi salah satu penyakit yang sangat dikenal dengan baik oleh hampir setiap orang, begitu pun dalam keluarga saya. Embah dan ayahanda tercinta menderita stroke dalam waktu bersamaan dan tak bisa beraktivitas sama sekali. Secara medis, stroke terjadi karena pasokan darah ke otak terganggu akibat adanya penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).Data World Health Organization (WHO) atau organisasi kesehatan dunia menyebutkan stroke menjadi penyakit tidak menular kedua yang dapat menyebabkan kematian dan menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab utama penyakit yang menimbulkan kecacatan.
Stroke paling sering disebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Pemicu lain adalah adanya penyakit jantung, diabetes miletus, obesitas, dan kolesterol yang tak terkontrol.
Gejala awal stroke yang paling umum ditemukan adalah kebas atau kesemutan di bagian tubuh tertentu khususnya kaki atau tangan, wajah pelo atau menurun karena melemahnya otot wajah dan lidah.
Embah sendiri terkena stroke di usia 77 tahun. Beberapa bulan sebelumnya, Embah sering kali mengeluhkan kebas di tangan kiri yang menjalar ke kaki kiri. Tekanan darah Embah memang sudah mulai meninggi karena usia. Dan qodarullah, tengah malam di minggu ketiga bulan Januari 2005, Embah mendapat serangan jantung dan terkena stroke dua hari kemudian saat dalam pengawasan dokter di rumah sakit.
Diagnosa dokter menyatakan ada pembuluh darah yang pecah di otak sebelah kanan sehingga sel-sel syaraf sebelah kanan mati dan tidak bisa menghasilkan sinyal untuk mengontrol pergerakan otot tubuh di sebelah kiri.
Kelumpuhan mulai terlihat di tubuh sebelah kiri. Hal ini disadari saat suster selesai memandikan beliau. Karena tak ada persiapan, baju Embah yang saya bawa dari rumah masih kebaya dan kain yang biasa beliau pakai sehari-hari. Berbeda dengan baju modern, kain kebaya membutuhkan peniti untuk mengaitkan agar tertutup di bagian depan. Saat itulah Embah menyadari tangan kiri beliau tak bisa diangkat.
Perawatan Penderita Stroke di Rumah
Embah hanya bisa diam dalam posisi tidur tanpa bisa menggerakan tangan dan kaki. Begitupun berbalik ke kanan atau kiri. Dalam kondisi yang belum stabil, kegelisahan semakin menjadi sehingga beliau pun tak bisa tidur. Beliau juga tak mau menggunakan pampers sehingga tak mau buang air kecil dan buang air besar selama berhari-hari.Beliau pun tak bersedia menggunakan pispot. Karena terus menerus saya bujuk, akhirnya beliau pun mau setelah saya berjanji kalau sayalah yang akan membersihkannya bukan orang lain.
Kurang lebih 5 hari Embah dirawat di rumah sakit. Karena di masa sehat beliau termasuk lansia yang aktif beraktivitas, kondisi ini membuat Embah menjadi lebih sensitif dan sering gelisah. Terlebih lagi dalam kondisi yang belum pulih benar pasca serangan jantung, tubuh sebelah kiri Embah mulai mengalami gangguan secara signifikan.
Seperti halnya penderita stroke lainnya, kelumpuhan di sisi kiri mulai terlihat nyata. Selain tetap berikhtiar untuk berobat secara medis dan melakukan pengobatan alternatif stroke seperti akupuntur dan pijat refleksi, kami pun membangun support system agar kondisi hati Embah tetap terjaga baik.
Hal lain tentunya mengubah kondisi rumah agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan Embah ataupun kami yang merawat dan menjaga beliau. Bagian yang terpenting adalah mengubah tata letak kamar Embah terutama agar posisi tidur penderita stroke seperti Embah ini tetap nyaman dan memudahkan perawatan.
Apa saja ya yang harus diperhatikan?
Ranjang dan Tempat Tidur
Ranjang dan kasur menjadi hal yang kami ubah pertama kali. Semula Embah masih tidur di ranjang kayu jadul yang memang biasa dipakai kami beramai-ramai. Karena Embah memiliki 30 orang cucu yang rajin menginap di akhir pekan. Dan pastinya kami senang bila tidur berdekatan sambil mendengarkan Embah bercerita tentang masa peperangan dulu.Ranjang kami ganti dengan springbed ukuran nomor 4 yang tidak terlalu tinggi sehingga siapapun yang menunggui Embah bisa duduk dengan nyaman tanpa kaki menggantung. Karena kelumpuhan terjadi di sebelah kiri, tempat tidur kami sandarkan ke tembok pada sisi kiri Embah disesuaikan dengan luas kamar yang tak begitu besar.
Posisi ini juga memudahkan kami saat harus membersihkan dan mengganti pampers, memandikan dengan waslap atau keramas setiap harinya.
Namun posisi ini memiliki kekurangan karena pada saat melakukan fisioterapi sisi kiri baik dengan terapis atau secara mandiri, kami harus menggeser posisi Embah sedikit menjauh dari tembok agar gerakan lebih leluasa.
Suasana Kamar
Kami pun mengubah seting kamar agar lebih leluasa. Selain springbed, lemari baju dan satu buah kursi, kami mengeluarkan perabotan lain yang tak diperlukan. Kami pun menyediakan kasur lipat sebagai alas tidur siapapun yang mendapat giliran menjaga Embah.Posisi ini memudahkan siapapun yang tidur di bawah untuk bisa memandang Embah yang tidur di atas kasur. Meski hampir setiap hari saya yang menjadi penguasa tetap kasur lipat, namun di akhir pekan anak-cucu yang datang berkunjung bisa tidur berderet untuk menemani Embah.
Alhamdulillah, mungkin tanda kasih sayang inilah yang banyak membantu Embah untuk mampu bertahan hingga akhir hayatnya. Terlebih kami juga menyediakan TV sehingga menonton sitkom ‘Bajaj Bajuri’ yang sering membuat Embah tergelak menjadi agenda rutin kami.
Posisi Tidur Embah
Bagi penderita stroke, posisi tidur sangat penting diperhatikan karena terbatasnya aktivitas fisik akan menyebabkan gangguan lain yang juga serius seperti adanya luka lecet, pembekuan darah pada tungkai, atau otot tungkai menjadi kaku dan mengecil.Keseharian Embah tidur dalam posisi terlentang dengan bantal yang menopang kepala dan bahu dengan nyaman. Karena tak bisa menahan tubuhnya, posisi melorot tak bisa dihindari. Akhirnya kami menemukan trik agar Embah menekuk kaki kanannya dan memberikan tekanan sekuatnya ke arah atas sehingga kembali ke posisi semula.
Secara naluriah, Embah lebih sering berbalik menghadap tembok dengan menggunakan tangan kanan untuk menggapai pinggiran kasur sehingga badan tertarik dan lurus tegak. Ini artinya sisi kiri Embah akan tertimpa sisi kanan Embah yang sehat.
Hal yang harus diperhatikan adalah pastikan posisi lengan dan telapak tangan tidak menekuk dalam posisi lama untuk mencegah kekakuan otot. Pastikan telapak tangan membuka dan jari tidak mengepal. Tentunya kita harus sering rutin mengingatkan ya.
Penggunaan pampers yang sudah penuh dengan air kencing akan membuat tak nyaman. Ini bukanlah hal yang baik terutama bagi penderita stroke dengan penyakit bawaan diabetes miletus.