Tempat Wisata di Denpasar

Post a Comment
Jalan-jalan ke Bali merupakan impian saya sejak lama. Tak hanya karena kepopulerannya sudah menembus mancanegara, Bali juga menyimpan pesona alam dan budaya yang luar biasa. Alhamdulillah akhirnya saya mendapatkan kesempatan untuk terbang menuju pulau kebanggaan Indonesia ini. Dan pastinya kami mencari tahu tempat wisata di Denpasar yang bisa kami tuju dengan mudah.

Pantai Sanur Denpasar

Saat landing di Bandara I Gusti Ngurah Rai, kami sudah bersemangat untuk segera meluncur ke salah satu destinasi favorit wisatawan yaitu pantai. Dipisahkan oleh selat Bali dari Pulau Jawa dan selat Lombok dari Pulau Lombok, Bali merupakan persinggahan terakhir pulau tropis yang memisahkan zona ekologis Asialis dan Australasia.

Kontur alamnya yang indah pasirnya yang putih, lautnya yang biru dan pemandangan sunrise dan sunset yang menawan membuat siapapun jatuh cinta pada pantai Bali. Pantai Sanur terletak di Jalan Danau Buyan, Denpasar Selatan. Tak ada tiket masuk sehingga teman menong bisa mampir dengan bebas.

Selain karena destinasi wisata yang populer dengan keindahan matahari terbit-nya, pantai ini punya catatan tersendiri di hati saya. Terik matahari di siang bolong tak menyurutkan tekad saya untuk menyambangi pantai indah ini.

Kami hanya berjalan dalam diam. Di pantai inilah Ayahanda pernah menjejakan kakinya di tahun 1976, hampir 50 tahun silam, jauh sebelum saya lahir. Rasanya seperti mencium udara yang sama yang juga dihirup Ayahanda yang telah berpulang 12 tahun lalu.

Pantai Sanur cenderung tenang tanpa ombak yang besar. Pantai Sanur merupakan salah satu jalan menuju Nusa Penida dengan menggunakan speedboat.

Bentangan pantai yang sangat panjang membuat wisatawan bebas menyusuri pantai dan bermain pasir. Lautnya yang dangkal cocok untuk berenang dengan aman.

Di kali kedua, kami tiba di Sanur menjelang magrib. Sambil berjalan santai kami mengamati pelancong dengan keriuhannya. Teman Menong bisa mampir di mesjid Al Ihsan untuk menunaikan sholat.

Lapangan Puputan Denpasar

Berdiri di Lapangan puputan Denpasar akan membawa ingatan ke sebuah peristiwa heroik yang terjadi di pada tanggal 20 September 1906. Lapangan dengan luas kurang lebih 35.691 m2 ini menyimpan banyak sejarah yang layak dikenang tak hanya masyarakat Bali namun juga kita semua sebagai rakyat Indonesia. 

Lapangan Puputan berada di jalan Surapati, Denpasar, tak jauh dari Museum Bali, Pasar Kumbasari, Taman Budaya Bali (Art Center) dan Monumen Bajra Sandh.

Monumen Puputan Badung yang terletak di lapangan ini menjadi penanda perang habis-habisan melawan penjajah yang dipimpin langsung oleh I Gusti Ngurah Made Agung, raja Badung. Seorang kesatria yang tak hanya menjadi simbol kekuasaan sebagai seorang raja Badung (Denpasar) ke-VI yang memerintah dari tahun 1902 hingga 1906 namun juga simbol pemimpin yang memaknai perjuangan melawan penjajah secara nyata.

I Gusti Ngurah Made Agung gugur dalam perang puputan (perang habis-habisan) untuk mempertahankan tanah Bali. Di lokasi yang tepat berada di pusat kota ini, didirikan tuga untuk memperingati gigihnya perjuangan.

Teman Menong tak perlu membeli tiket untuk berkunjung ke Lapangan Puputan. Lapangan Puputan menjadi salah satu ruang terbuka favorit di Denpasar. Banyak bangku yang bisa teman Menong pilih untuk bercengkrama bersama teman atau keluarga. Selain itu teman Menong bisa memanfaatkan fasilitas olah raga yang ada di dalamnya termasuk jogging track. Bagi teman Menong yang beragama Islam harap berhati-hati bila berniat untuk menikmati wisata kuliner di lapangan ini karena banyak makanan non halal yang juga dijajakan.

Museum Bali Denpasar

Museum Bali Denpasara berada di Jalan Mayor Wisnu No.1, Dangin Puri, Kec. Denpasar Tim., Kota Denpasar, Bali, tepat di seberang Lapangan Puputan Denpasar, salah satu tempat wisata di Denpasar yang banyak dikunjungi.

Museum ini bisa menjadi referensi bagi teman Menong untuk mempelajari Bali karena museum Bali menampilkan budaya Bali di era pra sejarah hingga era modern saat ini. Museum ini menjadi museum tertua di Bali dilihat dari tahun didirikannya museum di tahun 1910 dengan pemakrasa W. F. J. Kroon seorang Asisten Residen untuk Bali Selatan.

Ide ini berawal dari pemikiran pelestarian budaya Bali agar tidak punah yang dikemukakan Th. A. Resink adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang sejarawan Belanda yang menjadi Warna Negara Indonesia (WNI) dan menjadi guru besar Ilmu Hukum di Universitas Indonesia.

Museum berluas 2600 m2 ini dibangun dengan desain khas Bali. Bangunan Museum Bali sangat unik bergaya puri kerajaan dengan adanya empat paviliun sebagai lambang dari kabupaten yang ada di Bali. Kami sendiri berkunjung menjelang jam 3 sore sehingga tak banyak pengunjung yang datang. Hal pertama yang saya cermati, desain nya yang unik menampilkan budaya Bali yang khas. Setiap paviliun memiliki tema tersendiri yang membuat kami bisa mempelajari setiap tema dengan mudah.

Teman Menong bisa meilihat replika benda kebudayaan Bali dari mulai koleksi arkeologi, sejarah, seni rupa hingga koleksi etnografika (budaya masyarakat) dengan lengkap karena digambarkan dengan jelas.

Harga tiket museum ini sangat terjangkau hanya Rp. 10.000 saja. Waktu operasional Minggu - Jumat jam 08.00 - 15.00 WITA. Hari Sabtu, Minggu dan libur nasional museum tutup.

Rasanya tak puas hanya berkeliling tempat wisata di Denpasar dalam waktu satu hari saja. Next trip tentunya kami ingin lebih lama menjelalah Denpasar.
Newest Older

Related Posts

Post a Comment