Kain Lurik Berasal dari Daerah Mana ya?

Post a Comment
Rasanya tak ada habisnya membahas keindahan kain nusantara yang menjadi keunikan budaya Indonesia. Tak hanya dikenal di Indonesia saja, kain nusantara juga digemari di mancanegara termasuk kain lurik. Saya sendiri menyukai kain bermotif garis lurus ini. Sempat bertanya kain lurik berasal dari mana ya? Akhirnya saya menemukan jawaban saat bertandang langsung ke Yogyakarta beberapa tahun silam.

Lurik merupakan kain tradisional yang hingga kini gemari banyak kalangan. Ciri yang bisa teman Menong kenali adalah motif nya yang hanya satu jenis yaitu motif garis-garis. Lurik sudah ada sejak jaman dahulu. Jejak peradaban menegaskan keberadaan lurik telah lama ada dibuktikan adanya relief alat tenun gendong, alat tenun lurik di Candi Borobudur.

Selama ini saya hanya mengenal kain lurik sebagai kain dengan motif garis saja. Ternyata motif lurik ini banyak sekali dan memiliki filosofi unik.

Motif abadi lurik berupa garis searah dan panjang yang disebut dengan lajuran, garis searah dengan lebar kain yang disebut pakan malang. Motif lurik dengan corak kecil-kecil dinamakan cacahan. Hmm, menarik, ya!

Bila diperhatikan, kain lurik hanya memiliki warna hitam, hijau tua, coklat tua, kuning tua, biru tua, merah tua dan lainnya yang menandakan warna kain lurik lebih dominan berwarna gelap. Warna ini sebetulya merupakan warna-warna fislosofi yang melekat dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Namun, jangan salah ya, teman! Motif lurik juga bisa jadi polos sehingga dinamakan polosan. (Saya masih belum bisa membayangkan motif polosan ini seperti apa!).

Dahulu motif lurik sangat beragam namun kini sebagian besar sudah punah sehingga hanya sebagian kecil yang masih eksis di pasaran.

Bila kain tradisional daerah lain awalnya hanya dikenakan secara ekslusif, berbeda dengan kain lurik yang biasa dikenakan sebagai busana sehari-hari. Lurik dikenakan tak hanya penghuni keraton namun juga warga biasa di luar istana.

Motif keraton tentunya memiliki motif yang berbeda sehingga dinamakan motif keraton.

Dalam kehidupan sehari-hari lurik biasanya digunakan kaum hawa sebagai kemben atau penutup bagian dada, stagen kain yang digunakan untuk mengecilkan area perut setelah melahirkan, jarik (kain untuk menggendong bayi atau kain penutup). Bagi kaum lelaki, lurik digunakan sebagai pelengkap baju adat jawa atau surjan.

Sejarah
Kata 'lurik' berasal dari kata 'lorek' dalam bahasa Jawa yang berarti garis kecil yang melintang atau membujur. Ukuran garis kain lurik biasanya tak lebih dari 1 cm. Garis lebih dari 1 cm dinamakan dengan 'lorek'.

Kain lurik dibuat dengan alat mesin tenun bukan mesin (ATBM) yang dijalankan secara manual. Alat mesin tenun ini sering disebut alat deprok atau gedhog, nama yang diambil dari suara yang biasa dihasilkan saat mesin digunakan. Kini, lurik lebih sering dibuat dengan alat tenun tustel, alat tenun bukan mesin yang secara umum digunakan untuk membuat kain tradisional seperti sarung majalaya dan lainnya.

Benang yang digunakan adalah denang lusi yang biasanya dalam bentuk kerucut.

Kain lurik memiliki tiga corak dasar yaitu corak lajuran berupa lajur atau garis membujur searah benang lungsi (benang tenun), corak pakan malang berupa lajur atau garis melintang searah benang pakan. corak cacah atau kotak yaitu corak persilangan antara corak lajuran dengan pakan corak malang.

Penggunaan Kain Lurik
Selendang
Kain lurik yang digunakan untuk selendang biasanya berukuran 250 cm x 50 cm. Selendang digunakan untuk banyak fungsi seperti gendongan.

Kemben
Kemben memiliki ukuran yang sama yaitu 250 cm x 50 cm. Jaman dahulu perempuan jawa menutup bagian dada dengan menggunakan kemben.

Setagen
Setagen untuk kain lurik biasanya berukuran 4 - 5 m dengan lebar 20 cm. Setagen dililitkan di perut mulai dari pinggang ke atas sehingga menyelubungi sekeliling tubuh sampai perut tertarik kencang.

Bengkung
Bengkung digunakan untuk menjaga perut ibu pasca melahirkan  agar tidak kendor dengan menambahkan ramuan seperti minyak kayu putih, jeruk nipis dan kapur sirih di bagian perut dan pinggang sebelum ditutup dengan bengkung.

Cara menutup area perut dan pinggang dilakukan dengan ditarik secara kencang secara memutar keliling dari bagian bawah panggul hingga bagian perut. Penggunaan bengkung ini diharapkan dapat menjaga perut tetap langsing.

Lurik Jaman Now
Kini penggunaan lurik tak sebatas setagen atau bengkung namun juga meluas hingga inovasi produk bisa teman Menong temukan. Tas, sarung bantal, taplak, kipas, hiasan interior dan asesoris lainnya.

Dalam fashion modern, kreasi kain lurik dipadupadankan dengan kain nusantara lain atau desain western hingga membentuk kolaborasi budaya yang nampak indah. Tentunya tak ada lagi pertanyaan kain lurik berasal dari daerah mana karena lurik menjadi bagian dari kerajinan yang disukai dan melanglang buana.
Newest Older

Related Posts

Post a Comment