Bulan Agustus telah tiba. Bagi rakyat Indonesia, nuansa setiap bulan kedepalan ini selalu berbeda seolah ada euforia yang tak bisa tertahan lagi untuk dirayakan bersama. Yup, betul sekali di bulan kemerdekaan ini, semua bersiap untuk menyambut tanggal istimewa, tanggal 17 Agustus. Salah satu hal yang selalu dinanti masyarakat adalah lomba Agustusan. Lomba yang selalu dilakukan setiap tahun ini ternyata ada sejarah nya loh!
Meski telah banyak dilakukan inovasi dan muncul berbagai jenis lomba baru dan kekinian, lomba agustusan mode klasik masih tetap dipertahankan. DIrangkum dari beberapa sumber, yuks kita telusuri makna dari lomba yang penuh kegembiraan ini!
Lomba Makan Kerupuk
Lomba makan kerupuk bisa jadi salah satu lomba jadul yang masih banyak digemari. Alat dan bahan lomba kerupuk sangat sederhana berupa tali (biasanya tali rapia) yang dibentangkan sesuai jumlah peserta (pastinya dengan jarak antar peserta yang cukup). Pada beberapa titik, kerupuk yang sudah diberi tali panjang digantungkan. Tinggi tali disesuaikan dengan tinggi badan peserta. Bahan yang digunakan biasanya kerupuk aci kaleng berbentuk bundar.
Peserta berlomba memakan kerupuk sampai habis tanpa bantuan tangan. Lomba ini teras lucu karena tali kerupuk yang bergoyang-goyang akan menyulitkan peserta untuk memakan kerupuk dengan tenang. Lomba kerupuk biasanya diikuti anak-anak.
Lomba ini menggambarkan masa kesulitan pangan saat jaman penjajahan dahulu sehingga kerupuk dilambangkan sebagai makanan murah meriah yang terjangkau semua kalangan. Posisi gantungan kerupuk yang sejajar menggambarkan kehidupan rakyat kecil.
Lomba Membawa Kelereng
Inilah lomba agustusan yang memorable bagi anak-anak jaman old. Alat dan bahannya sangat sederhana yaitu sendok makan dan kelereng (mungkin anak-anak jaman now sudah tak lagi bermain kelereng seperti dulu).
Cara bermain lomba ini sangat mudah yaitu dengan meletakan kelereng di dalam sendok lalu sendok yang berisi kelereng tersebut dibawa dengan posisi gagang sendok yang digigit dengan mulut.
Peserta yang bisa mempertahankan posisi kelereng dalam sendok tanpa terjatuh dari titik start hingga finish dan tercepat (pastinya tidak diperbolehkan disentuh dengan tangan) menjadi pemenang.
Lomba ini memerlukan keseimbangan yang kuat, konsentrasi dan fokus untuk mencapai tujuan.
Lomba Balap Karung
Lomba balap karung merupakan lomba yang diambil dari permainan tradisional. Lagi-lagi bermodal alat sederhana yaitu karung (biasanya karung goni berwarna coklat), peserta harus berlomba untuk mencapai finish dengan posisi badan berada dalam karung,
Konon, karung atau goni menjadi simbol tidak adanya bahan yang layak untuk dibuat menjadi pakaian sehingga di jaman penjajahan dulu banyak orang yang memilih menggunakan karung atau goni ini sebagai pengganti pakaian. Bahkan pada masa sulit, hanya kalangan berada yang bisa membeli karung goni.
Lomba balap karung ini telah sejak jaman penjajahan Belanda yang dibuktikan dengan adanya foto koleksi Perpustakaan Reksopustoko Mangkunegaran berupa gambar remaja anggota pramuka (padwinder) yang dibina Mangkunegara VII. Karung sendiri mencerminkan kehidupan rakyat Indonesia yang identik dengan karung sebagai alat untuk mengangkut atau menyimpan hasil pertanian.
Lomba Tarik Tambang
Sebetulnya tarik tambang tak hanya dikenal di Indonesia saja. Tarik tambang alias tug of war pernah dimainkan dalam Olimpiade pada 1900 di Paris hingga 1920 di Antwerp, Belgia. Permainan ini juga dikenal di banyak negara.
Permainan yang juga bisa melatih kekuatan tubuh dan kerjasama tim ini memiliki makna luas sebagai ajang menumbuhkan solidaritas dan sportivitas. Lomba ini juga membutuhkan taktik untuk bisa menarik tali tambang lawan ke area tim peserta.
Lomba Panjat Pinang
Lomba panjat pinang biasanya dilaksanakan di bagian akhir perayaan sebagai puncak dari lomba agustusan yang diselenggarakan. Lomba ini sangat menarik karena hadiah tersedia yang dapat diambil dan diperoleh langsung saat memenangkan lomba.
Panjat pinang memerlukan alat dan bahan yang lebih komleks karena harus menyediakan batang pinang (atau bambu) dengan panjang yang sesuai, mengulitinya dan memberikan cairan pelumas agar licin. Hadiah menarik digantungkan dibagian atas. Peserta terdiri dari tim yang saling membantu menaikan setiap peserta agar salah satu bisa mencapai puncak dan meraih hadiah.
Lomba panjat pinang sering dianggap sebagai simbol penguasa (penjajah) yang bahagia melihat rakyat kecil saling menginjak untuk memperebutkan barang mewah yang sulit didapat. Namun sebetulnya panjat pinang dahulu digelar sebagai acara hiburan dalam sebuah pesta pernikahan bangsawan. Dan tentunya proses saling menginjak ini merupakan bentuk dari gotong royong mendapatkan sesuatu yang nantinya akan dibagikan ke semua anggota tim, tak mempedulikan posisinya.
Masih banyak lomba lainnya yang sering dilakukan seperti lomba memasukkan pulpen ke dalam botol, mencabut koin dan pepaya yang sudah diberi pelumas, balap bakiak, dan lainnya.
Secara umum, alat dan bahan yang digunakan memang mudah didapat untuk meminimalkan dana. Peserta yang menang akan diberi hadiah.
Kini, lomba agustusan tidak hanya terbatas pada lomba yang biasa dilakukan 10 tahun ke belakang. Panitia Peringatan Kemerdekaan RI banyak melakukan inovasi untuk memotivasi warga akan semangat turut serta mengikuti lomba.
Lomba agustusan tidak hanya dihiasi kegembiaran saja namun juga menjadi lambang perjuangan, kerja keras dan gotong royong yang dibalut kegembiraan dalam mengisi kemerdekaan. Semoga kemerdekaan ini akan selalu memberikan makna dan semangat untuk berkarya dan mencintai negeri ini selalu.
Post a Comment
Post a Comment