Memasak merupakan aktivitas harian yang pastinya dilakukan semua orang. Alat dapur yang menunjang kegiatan memasak di setiap daerah memiliki istilah dan desain yang berbeda. Keunikan alat dapur dalam bahasa Sunda sangat menarik untuk dikupas. Bagi teman Menong yang tinggal atau berasal dari daerah Jawa Barat pastinya mengenal alat dapur berikut ini. Yuk, kita simak!
Panci
Panci merupakan alat masak umum yang dikenal secara universal. Panci merupakan alat masak yang terbuat dari logam dan berbentuk silinder atau mengecil di bagian bawahnya. Panci memiliki gagang tunggal atau dua 'telinga' di kedua sisinya yang berfungsi sebagai pegangan saat dibawa. Panci biasanya digunakan untuk memasak air, sayur berkuah dan lainnya.
Dalam bahasa Sunda, panci memiliki istilah yang sama. Jaman dahulu panci masih terbuat dari tanah liat, batu, tembaga, dan besi. Kini bahan stainless steel, aluminium, dan teflon lazim digunakan sebagai bahan pembuatan panci.
Katel
Selain panci, katel nampaknya menjadi alat dapur wajib yang harus dimiliki setiap rumah tangga. Katel atau wajan berfungsi untuk menggoreng atau menumis. Katel terbuat dari besi atau tembaga dengan dua 'telinga' di kedua sisinya yang berfungsi sebagai pegangan.
Katel merupakan alat menggorengan sederhana sebelum bertransformasi menjadi pan, wok dan lainnya
Baskom
Meski sering terlewat sebagai alat dapur, baskom merupakan perlengkapan dapur yang harus tersedia di dapur dari fungsinya yang beragam. Baskom berbentuk cekungan untuk wadah sayuran atau adonan dalam jumlah banyak. Jaman dahulu, baskom berfungsi sebagai wadah piring sebelum dan sesudah dicuci, tempat menyimpan perabotan kecil dan wadah bahan makanan.
Baskom pada umumnya terbuat dari plastik. Namun ada juga baskom yang terbuat dari logam dengan beragam ukuran. Jaman dahulu, baskom terbuat dari seng dengan motif unik dengan warna dasar putih dan hiasan hijau atau merah. Baskom jadul ini banak diburu karena terkesan unik dan cantik.
Talenan
Talenan adalah alas untuk memotong atau mencincang bahan makanan saat akan dimasak. Talenan terbuat dari kayu tebal berbentuk kotak dengan permukaan yang halus sehingga serpihan kayu tak menempel di bahan masakan. Kini, talenan banyak yang terbuat dari plastik dengan desain beragam.
Meski jaman sudah berganti ke alat potong atau concang modern seperti chopper, talenan masih banyak digunakan sebagai alat dapur Sunda atau bahkan secara umum.
Coet dan Mutu
Coet dan mutu merupakan alat dapur sunda yang selalu hadir berpasangan. Coet merupakan ulekan (cobek = bahasan Indonesia) dengan mutu yang berfungsi sebagai alat menumbuk.
Coet dan mutu biasanya terbuat dari batu kali yang dipahat agar berbentuk bundar (dengan ketebalan tertentu). kekuatan mutu dan ketahanan coet akan membuat kualitasnya berbeda sehingga harganya lebih mahal.
Ayakan
Perkakas dapur ini berbentuk bulat tipis seperti tampah terbuat dari anyaman bambu. Ayakan berfungsi untuk mengayak (memisahkan bahan berdasarkan ukuran partikelnya) yang biasa dikerjakan untuk makanan dengan bahan dasar tepung. Ayakan dapat juga digunakan sebagai alas saat menjemur makanan. Biasanya ayakan yang digunakan untuk menjemur dilengkapi dengan tali rapia agar dapat digantung sehingga bahan makanan tidak dimakan hewan seperti kucing, ayam atau tikus.
Sekilas ayakan ini mirip dengan tampah, alat dapur yang terbuat dari anyaman bambu dan biasanya berbentuk bulat untuk menampi (membersihkan) beras. Perbedaan ayakan dan tampah adalah anyaman ayakan tampak yang lebih renggang.
Boboko
Boboko adalah nama lain untuk bakul (bahasa Indonesia). Boboko terbuat dari anyaman bambu yang berfungsi untuk menyimpan nasi. Meski kini tak lagi digunakan karena ada teknologi terbaru untuk menyimpan nasi agar tetap awet, boboko masih sering digunakan.
Berbentuk khas dengan bulatan dengan bagian dasar yang agak persegi (dan lebih kuat), boboko memiliki kaki-kaki kecil untuk menopang saat boboko diletakan. Bagian atas boboko bisa jadi terbuka tanpa tutup, meski ada beberapa boboko memiliki tutup agar bahan yang disimpan dalam boboko tidak dimakan binatang.
Parud
Parud merupakan alat dapur Sunda yang masih digunakan hingga saat ini. Parut merupakan alat untuk memarut yang terbuat dari kaleng bekas yang diberi lubang dengan bingkai kayu. Meski sebagian besar rumah tangga sudah menggunakan bahan yang kini tersedia tanpa perlu diparut seperti santan instan sehingga tak perlu lagi memarut kelapa, kunyit bubuk atau seduh, dan lainnya.
Seeng
Seeng merupakan alat yang digunakan untuk mengukus atau merebus air. Seeng biasanya digunakan satu paket dengan aseupan yang terbuat dari anyaman bambu karena Seeng berfungsi untuk menyangga aseupan. Seeng terbuat dari tembaga dengan bentuk mirip dengan langseng (perkakas untuk menanak nasi) namun bagian pinggang seeng berukuran lebih kecil.
Seeng memang jarang digunakan di perkotaan meski kini warga pedesaan juga suah beralih ke alat masak canggih untuk menanak nasi, mengukus atau merebus air. Seeng menjadi salah satu alat masak 'legend' yang mengingatkan kita akan masa kecil dahulu yang serba tradisional.
Aseupan
Ayaman bambu berbentuk kerucut menyerupai caping yang berfungsi untuk mengukus makanan atau menanak nasi. Aseupan satu paket dengan seeng. Kini, aseupan sepertinya hanya digunakan untuk masakan tertentu seperti awug yang dijajakan sebagai camilan karena banyak orang yang telah beralih ke alat masak modern.
Tolombong
Tolombong adalah wadah berbentuk bulat yang terbuat dari anyaman bambu yang berfungsi untuk menyimpan bahan makanan. Tolombong menjadi alat serba guna karena memiliki banyak fungsi. Jaman now, tolombong digantikan dengan baskom plastik.
Nyiru
Nyiru merupakan nampang yang terbuat dari anyaman bambu. Nyiru digunakan untuk menjemur makanan atau membersihkan beras dari kotoran.
Rantang
Rantang merupakan panci bersusun dan memiliki tutup tempat menyimpan makanan. Susunan rantang biasanya dilengkapi tangkai yang berfungsi sebagai pengait dan pegangan. Rantang terbuat dari aluminium yang lazim digunakan untuk menghantarkan makanan.
Kini, peran rantang tergantikan bahan plastik dengan model dan warna yang lebih menarik. Keberadaan rantang sebagai alat masak sunda memang nyaris tergusur jaman namun beberapa rumah tangga masih mempertahankan rantang sebagai wadah makanan yang tahan panas dan mudah dibersihkan.
Artikel ‘Alat Dapur dalam Bahasa Sunda’ ini menarik banget mbak! ada nama-nama coet dan mutu, boboko, seeng & aseupan, sampai nyiru dengan penjelasan yang jelas dan detail. Jadi nggak cuma alat-modern, tapi juga ada nilai budaya di balik tiap nama. Mantaplah! 👌
ReplyDeleteBaca tulisan ini jadi ingat masa SD. Di pelajaran Basa Sunda, ada materi menghafal nama-nama perkakas. Kalau ujian, biasanya ada gambar alat masak dan soalnya adalah apa nama alat masak ini dalam Basa Sunda. Saya harus memilih jawaban dari pilihan ganda. Berhubung dulu saya hanya menghapal biar lulus ujian, sekarang sudah lupa apa saja nama perkakasnya. Padahal banyak perkakas ini yang mulai jarang digunakan. Tentu lebih baik kalau afa usaha untuk melestarikan alat-alat masak ini.
ReplyDeleteMenarik juga ya mb, perkakas dapur dalam bahasa Sunda bisa jadi sebuah tulisan menarik. Most wanted bagi penduduk luar Sunda yang dapat pelajaran bahasa Sunda, atau ahli sejarah yang pengen mengulik kebudayaan Sunda via alat dapur.
ReplyDeleteDiantara nama-nama perlengkapan dapur ini, aku cuma yang familiar sama baskom haha. Soalnya sama kayak di tempatku namanya. Btw, baskom yang dari send ini, legend banget ya. Tapi sekarang aku udah jarang banget liat yang model begini lagi.
ReplyDeleteWah banyak banget ya bahasanya dan agak ribet nih umma sebagai orang seberang bacanya
ReplyDeleteAlat-alat dapur kuno yg sebagian hingga kini masih dipakai. Saya masih asing dengan istilah seeng. Mungkin kalau bahasa Jawa sama dengan dandang untuk menanak nasi ya kak.
ReplyDeleteCoet, mutu, boboko, nyiru dll aku familiar banget. Sebagai urang sunda ti Bandung yang udah ga lekoh ngomong bahasa sunda, aku tetap ngerti kalau orang tuaku berbahasa sunda setiap hari. Perkakas dapur kayak gini diperluin banget buat madak harian ya.
ReplyDeleteJadi pengen share artikelnya ke murid-muridku, hihi. Salah satu pelajaran yang kata anak-anak sulit tuh bahasa Sunda. Mereka sekolah di Depok, kebanyakan orang betawi dan pendatang, jarang sekali yang asli Sunda. Sementara Depok itu provinsi Jabar. Jangankan murid-murid, aku pun baru tahu ada yang namanya tolombong, nyiru, wuiih jadi nambah pengetahuan per-Sunda-an. :)
ReplyDeleteSebagai orang Sunda sangat relate sekali dengan berbagai istilah ini. Mau nambahin lagi yang lumayan melekat buatku untuk urusan dapur itu : hihid, centong, Sutil, peso dan hawu🤣
ReplyDelete