Mengenal Cianjur, Jawa Barat

Post a Comment
Sejarah Cianjur


Selain Bandung dan Bogor, Cianjur menjadi kota yang akan saya kenang hingga kapanpun. Enam belas tahun menetap di Cianjur bukanlah waktu yang singkat. Meski tak lagi sering mengunjungi Cianjur, sejarah Cianjur menjadi hal menarik untuk dipelajari.

Ci dan Anjur

Seperti halnya banyak daerah di Jawa Barat, kota Tauco ini juga dinamai dengan awalan 'ci' yang berarti 'air. Kata 'anjur' sendiri merujuk pada asal kata 'hanjur' atau 'lemah anjur' yang berarti lereng atau tanah miring. Sebagian mengartikan 'anjur' sebagai mengalir cepat akrena di Cianjur banyak ditemukan aliran sungai yang mengalir deras. Dari asal kata ini, teman Menong pasti akan menghubungkan dengan kondisi geografis Kota Cianjur yang didominasi area perbukitan dan sungai.

Cianjur terletak kurang lebih 65 km dari Kota Bandung. Cianjur berbatasan ke Kabupaten Bogor, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung Barat. Cianjur memiliki luas 361.434,98 ha yang terbentang dari batas Sungai Citarum, Bendungan Cirata, Puncak Pass hingga pesisir Samudera Indonesia.

Cianjur Selatan merupakan kecamatan terluas di Cianjur yang memiliki pesona pesisir laut yang luar biasa. Dikenal dengan ombaknya yang besar, kuat dan berbahaya karena berhadapan langsung dengan Samudera Indoneisa. Pantai Cianjur Selatan belum sepenuhnya dikenal orang karena jaraknya yang jauh dari kota. Saking luasnya daerah Cianjur Selatan terhubung dengan Kabupaten Bandung (Ciwidey) dan Garut.

Sejarah Cianjur

Cianjur berdiri pada tahun 1677 M yang dipelopori oleh Aria Wiratanu I, seorang bangsawan keturunan Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dalem Cikundul.Cikundul adalah nama daerah di tepian sungai di Cianjur.

Beliau mendirikan Kademangan Cianjur di daerah yang kini dikenal sebagai Kampung Joglo, sekitar 2 km dari pusat kota Cianjur. Aria Wiratanu dan Kademangan diabadikan menjadi nama jalan dan nama daerah yang setiap hari saya lalui.

Aria Wiratanu I memimpin dengan bijak dan mulai menata kehidupan masyarakat, terutama dalam bidang pertanian. Beliau memperkenalkan sistem irigasi sederhana yang memudahkan masyarakat bercocok tanam padi. Tidak heran, sejak saat itu Cianjur dikenal sebagai daerah lumbung padi.

Kepemimpinan Aria Wiratanu kemudian diteruskan oleh keturunannya yang bergelar Aria Wiratanu II, III, hingga VI. 

Dalem Cianjur II atau R. Aria Wiratanudatar II memindahkan pusat pemerintahan dari Cikundul ke Bojongmeron (kawasan alun-alun Cianjur sekarang). Dan pemerintahan dilanjutkan ke penerus berikutnya yaitu Dalem Cikidang, Dalem Pancaniti, dan Dalem Cikundul lainnya.

Pada masa penjajahan Belanda, Cianjur menjadi wilayah Karesidenan Priangan. Cianjur berkembang sebagai kawasan pertanian dan perkebunan kopi sebagai jejak dari masa tanam paksa atau Cultuurstelsel. Hal ini didukung dengan kondisi alam yang subur.

Jalan raya yang menghubungkan Bogor – Cianjur – Bandung dibangun di masa penjajahan Belanda atas perintah Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels di awal abad ke-19. Jalan itu kini dikenal sebagai Jalan Raya Pos atau De Grote Postweg. 

Kekhasan Cianjur

Bila menyebut Cianjur, teman Menong biasanya akan ingat pada beras Cianjur yaitu beras pandan wangi, tauco, dan manisan.

Beras pandan wangi hanya bisa tumbuh di daerah Cianjur menjadikan beras dengan bintik putih di tengah ini sangat populer. Terlebih beras ini memiliki aroma pandan dan rasa pulen yang berbeda dari beras lainnya. Sayangnya beras pandan wangi sudah sangat langka di Cianjur sehingga rawan untuk dipalsukan. Bahkan salah seorang petani Cianjur mengatakan beras pandan wangi sudah tak lagi ada di Cianjur. Salah satu menurunnya produksi pandan wangi bisa jadi disebabkan menurunnya lahan produktif persawahan yang beralih fungsi menjadi area pabrik.

Teman Menong juga bisa mencicipi tauco, salah satu produk fermentasi yang terbuat dari kedelai yang ditambahkan garam dan ragi. Hasil fermentasi diolah menjadi pasta dengan rasa yang khas. Tauco sendiri sebenarnya berasal dari Cina yang dikenal sebagai dengan sebutan “doubanjiang” atau “taotjo.”

Teman Menong pasti mengenal manisan sebagai oleh-oleh terkenal dari Cianjur. Sebagai kota agraria, Cianjur memiliki lahan yang menghasilkan aneka buah-buahan yang dapat diolah menjadi manisan seperti mangga, salak, dan kedongdong. Toko manisan berjejer di sepanjang jalan utama Cianjur. Teman Menong bisa memilih salah satunya untuk membeli manisan dengan bumbu original atau bumbu pedas yang terdiri dari asam jawa, gula merah, cabe rawit, dan garam.

Sebagian manisan menggunakan pengawet sehingga baiknya teman Menong memilih manisan tanpa pengawet buatan. Sayangnya tidak semua toko menjual manisan seperti ini. Salah satu langganan saya di Toko Haji Agus, Jalan Pramuka Cianjur biasa menjual manisan dalam jumlah sedikit dan habis dalam waktu singkat sehingga lebih aman.

Saya sendiri menyukai manisan nata de coco, fermentasi air kelapa yang memiliki rasa unik manis an segar. Nata de coco biasanya diproduksi dalam bentuk lembaran namun dijual dalam potongan kecil berbentuk dadu. Favorit saya adalah kolak nata de coco dengan gula aren asli yang dibeli dalam kondisi masih hangat di Toko Haji Agus.
Newest Older

Related Posts

Post a Comment