Monumen Kapal Selam Surabaya

Post a Comment
Salah satu cerita jalan-jalan yang paling berkesan adalah saat saya dan Zauji mengunjungi Surabaya, Jawa Timur. Jauh hari sebelum menginjakkan kaki di Surabaya, Zauji sudah melakukan survei untuk mampir ke destinasi wisata terdekat, salah satunya Museum Kapal Selam.

Kota Pahlawan

Siapa yang tak kenal Surabaya, kota di tepi pantai utara Jawa Timur ini dikenal sebagai kota multietnis ini menyimpan sejuta pesona. Sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur, Surabaya menjadi rumah berbagai kantor instansi pemerintah, bisnis, perdagangan dan pendidikan. Surabaya berasal dari kata 'suro', sejenis hiiu dan 'boyo' yang berarti buaya. Tak heran bila teman Menong akan melihat patung ikan hiu dan buaya menjadi lambang Kota Surabaya.

Tiba di pagi hari di Stasiun Gubeng, Surabaya, Zauji bersikeras untuk jalan kaki menuju hotel (literally jalan kaki) yang berjarak hampir 3 km. Meski saya melarang, Zauji beralasan ingin mengenal Surabaya dari dekat. Memang hasilnya, Zauji menemukan warung soto yang rasanya enak di dekat stasiun. Udara panas dan kering menyambut kami. Rasanya mirip dengan udara Kota Cirebon yang terletak di pinggir pantai utara Jawa Barat.

Sejarah Monumen Kapal Selam

Monumen Kapal Selam terletak di Jl. Pemuda No. 39, Surabaya. Teman Menong dapat menandainya dengan warna biru khas TNL AL dan kapal selam yang terlihat dari luar. Monumen Kapal Selam buka setiap hari dengan jam operasional dari jam 08.00 hingga 21.00 WIB. 
monumen kapal selam
Monumen Kapal Selam bukanlah monumen biasa. Bila monumen lain biasanya merupakan bangunan yang didirikan dari jaman penjajahan Belanda seperti Museum Geologi atau bangunan yang didirikan sebagai bagian dari peringatan suatu peristiwa seperti Monumen Nasional (Monas), Monumen Kapal Selam merupakan wujud kapal selam sungguhan. 

Kapal selam ini merupakan kapal selam asli milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) yang merupakan buatan Uni Soviet (Rusia) yang didatangkan ke Indonesia pada tahun 1962. KRI Pasopati 410, demikian nama yang disematkan.

Kapal Selam KRI Pasopati 410 merupakan bagian dari armada kapal selam kelas Whiskey yang digunakan TNI AL pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Kapal ini memiliki peran sangat penting dalam menjaga kedaulatan laut Indonesia, khususnya pada masa konfrontasi dengan Belanda terkait perebutan Irian Barat (yang kini dikenal dengan nama Papua).

Kapal selam ini beroperasi hingga tahun 1990-an dan akhirnya tidak lagi aktif beroperasi dan diabadikan sebagai monumen di tepi Sungai Kalimas yang dibuka umum pada tanggal 27 Juni 1998. Monumen Kapal Selam menjadi silmbol gagah dan tangguhnya TNI AL menjaga negeri ini. 

Spesifikasi Kapal

Setelah membayar tiket yang harganya sangat terjangkau yaitu Rp. 15.000/orang, kami masuk ke area monumen yang nampak asri dan terjaga rapi. Berhubung belum pernah melihat kapal selam sungguhan, saya dan Zauji terpana meilihat kapal selam yang memiliki panjang sekitar 76,6 meter dan lebar 6,3 meter ini. Zauji menyempatkan diri untuk berpose dengan latar kapal selam dengan bobot lebih dari 1.300 ton ini.
monumen kapal selam
Kami menaiki tangga yang lumayan curam agar bisa naik memasuki kapal selam. Area ini tentunya tak cocok bagi lansia atau orang yang memiliki masalah dengan kaki atau lutut.

KRI Pasopati 410 mampu menyelam hingga kedalaman 250 meter dan berlayar dengan kecepatan maksimum 18,3 knot saat berada di bawah permukaan laut. Kami memasuki bagian kapal selam yang terasa sempit (tak terbayang awak kapal yang dahulu bertugas dalam waktu yang cukup lama). KRI Pasopati 410 dapat mengangkut puluhan awak kapal dan bertahan di bawah laut selama beberapa hari.

Teman Menong bisa melihat langsung berbagai peralatan tempur yang digunakan saat kapal selam masih aktif, termasuk torpedo dan periskop. Pengunjung juga bisa menyentuh dan mencobanya langsung.

Bagian Museum

Kami berdua menyelusuri bagian dalam kapal. Alhamdulillah tak banyak pengunjung karena mungkin hari kerja sehingga kami lebih leluasa. Ruangan panjang khas kapal selam menyambut kami. 

Ruang Torpedo

Ruangan torpedo haluan menjadi ruangan pertama yang kami sambangi. Ruangan ini berada di paling depan dan digunakan sebagai menyimpan dan mengoperasikan torpedo, senjata utama KRI Pasopati 410. Torpedo juga ada di bagian belakang kapal selam yang dinamakan dengan torpedo buritan.
monumen kapal selam

Ruang Navigasi dan Kontrol

Ruangan ini berisi panel-panel kontrol, radar, dan peralatan navigasi yang digunakan untuk mengendalikan kapal selam. Suasana ruangannya masih terasa seperti ketika kapal beroperasi dulu. Kami baru bisa melihat teknologi yang sangat canggih di jamannya.
monumen kapal selam

Ruang Mesin

Di ruang ini terdapat mesin diesel besar yang menjadi penggerak utama kapal. Teman Menong dapat membayangkan suasana ruang mesin yang bisa menjadi cerminan teknologi tercanggih kala itu.

Ruang Tidur dan Dapur

Kapal selam memiliki ruang tidur yang sempit, lengkap dengan tempat tidur susun, serta dapur sederhana untuk memenuhi kebutuhan awak kapal selama berhari-hari di laut. Kami harus berjalan menunduk karena terbatasnya ruang gerak di dalam kapal.
monumen kapal selam
Betapa beratnya kehidupan para prajurit Angkatan Laut demi membela kadaulatan negeri ini. Al Fatihah untuk semua pahlawan yang telah berjuang.
monumen kapal selam

Fasilitas Lain

Setelah puas menjelajahi isi kapal, saya dan Zauji kembali turun untuk menikmati  tayangan film dokumenter tentang sejarah kapal selam dan peran TNI AL dalam mempertahankan kedaulatan laut Indonesia di Teater Mini. Tak perlu membayar tiket, teman Menong hanya perlu menunggu jam tayang dan duduk manis.
monumen kapal selam
Area Museum Kapal Selam dikeliling taman kecil, tempat duduk, hingga area bermain anak. Jangan lupa untuk berfioto di setiap sudut terutama latar kapal selam yang megah dan Sungai Kalimas yang bersih. Teman Menong bisa menikmati jajanan ringan atau membeli cendera mata khas Surabaya di kios yang tersedia.
Newest Older

Related Posts

Post a Comment