Mengenal Sifat Orang Sunda

Post a Comment
Nusantara terdiri dari berbagai suku yang memiliki keunikan masing-masing. Bila diulik, teman Menong akan menemukan adanya stigma yang terlanjur melekat pada suatu suku termasuk suku Sunda. Tak kenal maka tak sayang. Daripada percaya terhadap stigma tertentu lebih baik kita mengenal lebih dekat termasuk mengenal sifat orang Sunda yang menjadi salah satu dari dua suku dengan jumlah terbanyak di Indonesia.

Suku Sunda 

Suku Sunda merupakan etnis mayoritas yang mendiami wilayah di Provinsi Jawa Barat dan sebagian Provinsi Banten. Suku Sunda diperkirakan berjumlah 41.347.333 jiwa pada awal tahun 2025, berdasarkan data Institute of Southeast Asian Studies, sebuah nstitut yang berfokus pada studi tren sosial, politik, dan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.

Suku Sunda dikenal dengan sifatnya yang sopan, ramah, murah senyum , penyabar dan senang bercanda. Orang Sunda biasanya kan mudah menyapa siapa saja termasuk orang yang baru dikenal. Filosofi “someah hade ka semah” atau ramah terhadap tamu menjadi bagian dari keseharian. 

Sifatnya yang penyabar menghadirkan sebuah lelulon bila di Bandung sangat jarang terdengar suara klakson di jalanan meski kondisi dalam keadaan macet parah. Orang Sunda akan sabar menunggu giliran untuk melaju. Warga jalan akan mendahulukan tolerasi saat harus menunggu sesuatu di jalanan. Bunyi klakson yang berulang hanya akan membuat keriuhan dan mengganggu ketenangan. Klakson nampaknya digunakan sebagian dari cara berinteraksi dengan sesama pengguna jalan alias alat untuk menyapa orang lain.

Beberapa pelawak kenamaan lahir dari tanah Sunda karena orang Sunda senang membuat celetukan atau guyonan lucu yang menghibur saat mengobrol. Sebagai urang Sunda, saya merasakan sendiri senangnya kami bergurau saat berkumpul. Namun bukan berarti urang Sunda tak bisa serius juga loh.

Dibaliknya sifatnya yang santai, orang Sunda dikenal sebagai orang kreatif dan inovatif. Orang Sunda pandai 'menyulap' apapun menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, bernilai jual dan berbeda dari lainnya. Hal ini terbukti Jawa Barat dikenal dengan fashion dan kuliner yang unik dan selalu sleangkah lebih maju.

Aneka kuliner ala Sunda seperti seblak, cilok dan lainnya menjadi jajanan yang dikenal dimana-mana. Tak lupa pula Bandung telah lama menjadi pusat fashion. Tak heran istilah orang Sunda gemar berdandan muncul seiring 'aware'nya (khususnya) gadis-gadis Sunda terhadap penampilan.

Orang Sunda Pemalas

Di balik sifatnya yang ceria, orang Sunda mendapatkan label sebagai orang yang pemalas. Hal ini konon terbukti dengan jarangnya orang Sunda merantau hingga jauh. Orang Sunda juga dikenal bekerja dengan santai dan tak ambisius.

Meski kini ungkapan itu kini mulai bergeser karena teman Menong dapat bertemu orang Sunda dimana saja. Saat berkunjung ke Kendari, Sulawesi Tenggara, saya bertemu dengan seorang supir angkutan umum yang ternyata berasal dari Buah Batu, tak jauh dari daerah rumah saya.  

Salah satu faktor mengapa orang Sunda jarang merantau karena tanah Tatar Sunda yang nyaman ditinggali dengan segala fasilitas tersedia yang mendukung pertanian, air melimpah, dan suhu nyaman membuat orang Sunda tidak memiliki alasan untuk merantau.

Hal ini juga menjadi 'cap' bagi orang Sunda sebagai suku pemalas karena tak mau bersusah payah untuk melakukan sesuatu.

Padahal jejak sejarah membuktikan suku Sunda merupakan suku yang memiliki perabadan maju di bidang pemerintahan, kebudayaan, perdagangan, dan kehidupan bermasyarakat yang terbukti adanya kerajaan besar di tanah Sunda seperti Tarumanagara (abad ke 4 - 7 M), Galuh (abad ke-7 M) dan Pajajaran (abad ke-16 M).

Stigma dari Penjajah

Tak hanya suku Sunda, suku lainpun diberikan 'cap negatif' tertentu yang hingga kini masih diyakini banyak orang. 

Sebetulnya darimana 'cap negatif' itu datang ya?

Alam tatar Sunda yang indah merupakan bentangan pegunungan vulkanik aktif yang memberikan kesuburan sehingga cocok digunakan sebagai lahan pertanian. Tanpa usaha yang keras, petani dapat memanen hasil pertanian dengan mudah karena curah hujan yang tinggi sehingga tak diperlukan usaha pengairan yang lebih keras.

Inilah yang membuat suku Sunda terkesan pemalas karena kondisi alam yang memungkinkan masyarakat di tatar Sunda tak perlu bekerja terlalu keras untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari.

Kondisi inilah yang membuat penjajah Belanda memberi cap kepada suku Sunda sebagai suku pemalas. Di sisi lain, penjajah Belanda ingin rakyat bekerja lebih keras guna memberikan upeti kepada penjajah. Etos kerja suku Sunda dianggap tidak selaras dengan etos kerja industri.

Stereotip sifat orang Sunda ini terus memenerus digaungkan selama ratusan tahun secara turun temurun membuat kita percaya apa yang dulu dihembuskan kaum penjajah. Pastinya teman Menong tidak percaya, bukan?

Banyak sekali tokoh yang lahir dan besar sebagai orang Sunda. Tak hanya itu, teman Menong pastinya memiliki teman dari suku Sunda yang rajin belajar atau bekerja sehingga mendapatkan hasil dari usahanya. 

Di sisi lain pasti ada orang Sunda yang pemalas begitu dari suku lain karena pada dasarnya setiap manusia (dari suku apapun) memiliki potensi yang sama untuk rajin atau malas, mau merantau atau tidak, kreatif atau tidak, ramah atau tidak dan lainnya. Dan pastinya banyak hal positif dari sifat orang Sunda, bukan?😘
Newest Older

Related Posts

Post a Comment