Siapa yang tak mengenal Kota Bekasi, salah satu kota yang menjadi penyangga ibukota Indonesia, DKI. Jakarta. Kota Bekasi yang berbatasan langsung dengan ibukota di bagian barat. Tumbuh sebagai kota dengan fasilitas yang lengkap dan infrastruktur modern, tak disangka sejarah Kota Bekasi menarik untuk disimak. 777
Geografis
Bekasi terbagi menjadi dua wilayah yaitu Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. Secara geografis, Bekasi berada di ketinggian yang rendah yaitu 11 - 81 m di atas permukaan laut sehingga tak heran bila Bekasi kerap kali dilanda banjir. Teman Menong pastinya sering membaca atau melihat berita tentang banjir di Bekasi.
Bekasi juga memiliki kelembaban tinggi sehingga tak heran cuaca di Bekasi terkenal panas. Ada sebuah jokes yang mengatakan bila Bekasi lebih dekat dengan matahari karena teriknya hawa di siang hari.
Bila teman Menong cermati, banyak aliran sungai yang ada di Kabupaten Bekasi tepatnya berjumlah 16 aliran sungai besar dengan lebar berkisar antara 3 sampai 80 meter (wow, lebar ya!)
Sungai utama tentu saja Sungai atau Kali Bekasi yang melintasi Kota Bekasi menuju utara wilayah Kabupaten Bekasi. Sungai lain adalah Sungai Citarum, sungai terpanjang di Jawa Barat, Sungai Cikarang, Sungai Ciherang, Sungai Belencong, Sungai jambe, Sungai Sadang, Sungai Cikedokan, Sungai Ulu, Sungai Cilemahabang, Sungai Cibeet, dan Sungai Cipamingkis.
Seperti halnya daerah yang dilintasi sungai, pencemaran air menjadi masalah bagi Kabupaten Bekasi. Terlebih lagi banyak sekali industri yang ada di Kabupaten Bekasi yang dibagi menjadi beberapa kawasan seperti Jababeka Industrial Estate - Cikarang (JIEC), MM2100 Industrial Town, Greenland International Industrial City (GIIC), dan lainnya.
Pengawasan aliran sungai pasti menjadi poin penting yang pemerintah dan pastinya harus diawali dari masyarakat dengan mulai tidak membuang sampah ke sungai atau mendirikan bangunan di pinggiran sungai.
Bila terjadi banjir atau tercemarnya sungai, masyarakatlah yang akan mengalami kerugian.
Tarumanegara
Menurut catatan sejarah Bekasi, Bekasi telah ada sejak era Kerajaan Tarumanegara di tahun 358-669 M dan menjadi ibukota dengan sebutan Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri.
Kerajaan Tarumanegara meliputi area yang sangat luas dari wilayah Bekasi, Sunda Kelapa (Jakarta), Depok, Cibinong, Bogor hingga Indramayu.
Lokasinya yang strategis menjadikan Bekasi sebagai penghubung antara Kerajaan Galuh (dengan ibukota Kawali, Ciamis) dan Kerajaan Pajadaran (pakuan, Bogor).
Bekasi menjadi bagian dari jejak tatar sunda karena ditemukannya empat prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Kebantenan yang berisi keputusan (piteket) dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, Jayadewa 1482--1521 M). Prasasi ini ditulis dalam lima lembar lempeng tembaga.
Konon kata 'Bekasi' berasal dari nama sungai di era Tarumanagara yang bernama Candrabhaga. Candra berarti bulan. Dalam bahasa Jawa Kuno bulan disebut dengan “sasi" dan Bhaga berarti bagian.
Sungai Candrabhaga kini dikenal sebagai Kali Bekasi yang memiliki dua sumber air yaitu Sungnai Cikeas dan Sungai Cileungsi. Dahulu keberadaan aliran air Sungai Candrabhaga sangat penting karena berfungsi sebagai penyupali air wilayah Tarumanegara daerah Bogor.
Pelafalan ini mengalami perubahan seiring waktu menjadi Sasibhaga atau Bhagasasi yang disingkat menjadi Bhagasi. Di era penjajahan Belanda, lafal ini berubah karena pengaruh dialek Belanda menjadi Bacassie dan dikenal sebagai Bekasi saat ini.
Distrik Bekasi
Di jaman penjajahan Belanda, Bekasi merupakan sebuah kewedanan (distrik) yang wilayahnya meliputi Kabupaten Jatinegara yang kelak di tahun 1961 menjadi Jakarta Timur dengan ibukota Cawang. Wilayah Distrik Bekasi ini terus berkembang seiring bergantinya masa penjajahan Belanda ke Jepang.
Di tahun 1972, Kabupaten Jakarta Timur berubah menjadi Kabupaten Bekasi dengan ibukota Cikarang. (Kota) Bekasi sendiri masih berupa salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi. Pada tahun 1982, Kecamatan Bekasi berubah menjadi kota administratif sebutan untuk suatu wilayah yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan suatu daerah tertentu dan dipimpin seorang walikota yang dipilih gubernur namun tidak memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Di tahun 1996, Kota Administratif Bekasi berubah menjadi Kota Bekasi.
Kota Penyangga
Menjadi salah satu kota penyangga Jakarta, tak heran penduduk Bekasi sangat beragam baik dari etnis dan agama. Meski masuk dalam wilayah Jawa Barat, bahasa Sunda relatif jarang digunakan.
Teman Menong bisa berkunjung ke Bekasi dengan kereta api jarak jauh, KRL atau commuter line untuk area Jabodetabek, travel atau bis antar kota antar provinsi.
Saya dan Zauji lebih sering memilih travel dari Bandung daripada moda transportasi lainnya. Dengan adanya jalan tol, jarak tempuh memang terasa lebih dekat. Alhamdulillah banyak pilihan travel yang tersedia tergantung daerah yang akan teman Menong tuju.
Untuk tujuan Kota Bekasi tentunya akan jauh lebih mudah karena terletak di pusat kota. Teman Menong bisa memilih tujuan Mega City Mall yang dekat dengan banyak travel. Sedangkan untuk tujuan Kabupaten Bekasi, umumnya teman Menong harus memilih tujuan Kota Bekasi terlebih dahulu kecuali untuk tujuan Cikarang.
Saya dan Zauji memang tak pernah berjalan-jalan secara khusus di destinasi wisata Bekasi. Waktu luang biasanya kami gunakan untuk cuci mata di beberapa mall di Bekasi. Menilik sejarah Bekasi, rasanya tak pernah membayangkan bila udara yanng kita hirup saat ini adalah udara yang sama saat masyarakat Kerajaan Tarumanegara berjaya.
Post a Comment
Post a Comment