Akhir-akhir ini viral sebuah video yang beredar di media sosial, nampak seorang anak yang melakukan gerakan-gerakan seperti memutar tangan, mengayun tangan dan badan bahkan ada pula yang bersalto. Semuanya terlihat mengagumkan karena dilakukan di atas perahu yang sedang melaju kencang dalam lomba perahu, Pacu Jalur. 974
Tak menunggu lama gerakan tersebut tak hanya diikuti masyarakat biasa namun juga tokoh terkenal seperti bintang NFL dan kalangan selebritis. Gerakan ini dianggap sebagai 'aura farming', istilah yang dikenal generasi Z yang menggambarkan gerakan tertentu yang dilakukan seseorang untuk menunjukan kharismanya. Teman Menong mungkin mengenal contoh aura farming seperti gerakan selebrasi pemain bola saat mencetak gol.
Pacu Jalur
Pacu Jalur merupakan atraksi tradisional masyarakat Riau khususnya Kabupaten Kuantan Singingi. Dalam bahasa Indonesia kata 'pacu' berarti 'menggertak kuda supaya berlari kencang' dan 'jalur' berarti 'garis', dalam bahasa Riau, pacu berarti lomba mendayung dan jalur berarti perahu. Tradisi pacu jalur berawal di abad ke-17.
Perahu godang menjadi cikal bakal perahu yang digunakan untuk pacu jalur. Perahu godang yang biasanya digunakan untuk beraktivitas mengangkut hasil bumi dan penghubung antar desa dikemas dengan hiasan menarik dan artistik yang dilombakan dalam setiap hari besar Islam dan di peringatan kemerdekaan RI.
Jalur yang digunakan terdiri dari luan (haluan jalur), talingo (telinga depan), panggar tempat duduk, poruik jalur (lambung perahu), ruang timbo (ruangn tempat menimba air saat air masuk ke perahu), talingo belakang (telinga belakang), kamudi (tempat duduk pengemudi), lambai-lambai (selembayung atau tempat berpegang tukang onjoi). Selembayung sendiri biasanya berupa ukiran bermotif yang melambangkan nama jalur semisal jalur naga sakti memiliki selembayung berbentuk seekor naga.
Bagian lambung jalur terdiri dari pandaro (pinggiran jalur), ular-ular (tempat duduk anak pacu), panggar (landasan tempat duduk), kakok (lubang yang dibuat dengan cara dibor untuk mencegah jalur pecah) dan tambuku (dudukan panggar agar kokoh tidak bergerak).
Jalur juga dilengkapi dengan pengayuah (dayung), penimbo/upiah untuk menimba air yang masuk ke dalam jalur, baju pacu, kain paluik luan untuk membungkus haluan/kemudi) dan mayang/sirih sebagai hiasan jalur.
Kru Pacu Jalur
Pacu jalur menjadi adu kecepatan perahu yang didayung secara bergotong royong oleh 40-60 orang .
Anak Tari
Anak tari, tukang tari yang duduk paling depan di haluan dengan memegang pengayuah kecil dengan hiasan. Tukang tari biasanya menggunakan baju potongan teluk belanga, kain samping pelikat tenunan Bugis, tanjak (peci) hitam dengan hiasan bunga, dan selendang berwarna merah atau kuning.
Melihat anak berusia 8 - 12 tahun yang menari di atas perahu yang melaju kencang, teman Menong akan berdecak kagum dengan kekuatan dan keseimbangan tubuh yang luar biasa.
Menariknya, posisi anak tari hampir selalu diisi oleh anak-anak. Alasannya karena anak-anak memiliki berat badan yang tergolong ringan. Dengan begitu, perahu tetap bisa melaju dengan lincah. Uniknya, gerakan yang dilakukan anak tari memiliki makna tersendiri. Saat anak tari berdiri dan menarikan pangayuah nya, jalur dipastikan meraih kemenangan karena berada di urutan paling depan. Kalau sudah sampai garis finish, Anak Coki akan langsung sujud syukur di ujung perahu.
Tukang Onjai
Tukang Onjai yang berperan sebagai pengatur irama atau gerak jalur. Tukang onjai berdiri di kemudi belakang sehingga dapat menekan bagian belakang jalur hingga terjungkit da jalur bertambah cepat. Tukangn onjai biasanya memakai jubah berwarna mencolok bergaya panglima dengantopi kebesaran.
Tukang Concang
Tukang Concang bertugas untuk memberikan instruksi dan mengatur ritme pendayung agar perahu dapat melaju dengan seirama dan seimbang. Tukang concang biasanya berada di bagian depan perahu, dekat dengan tukang tari. Tukang concang memegang pangayuah sedikit lebih besar dari pangayuah tukang tari.
Tukang Pinggang/Tukang Kemudi
Peran lain diisi Tukang Pinggang yang menjadi nahkoda untuk menentukan arah kemudi seperti ke arah mana jalur harus berbelok. Tukang pinggang atau tukang kemudi memegang pangayuah paling besar dan panjang.
Tukang Timbo
Tukang timbo yang berdiri di tengah perut jalur yang bertugas menimba air yang masuk ke dalam jalur agar jalur tidak tenggelam. Tukang timbo juga bertugas memberikan aba-aba kepada anak pacu untuk menentukan kecepatan dayung. Tukang timbo memegang upiah panimbo atau pelepah daun pinang. Upiah akan mengeluarkan suara kencang bila dipukul dengan keras.
Anak Pacu
Anak pacu sebetulnya tokoh utama dalam Pacu Jalur karena anak pacu lah yang bertugas menggerakan perahu hingga dapat mencapai garis finish. Anak pacu dapat dikatakan sebagai atlet olah raga tradisional Pacu Jalur. Anak pacu biasanya memakai kain oblong berwarna cerah dengan tulisan nama dan nomor jalur.
Setiap orang dalam pacu jalur memiliki perannya tersendiri yang harus bekerja sama seirama untuk menggapai satu tujuan yaitu kemenangan dan kegembiraan.
Pacu Jalur menjadi tradisi kebanggaan masyarakat Kuantan Singingi yang selalu disambut penuh antusias. Peserta lomba berasal dari setiap kecamatan. Tradisi ini kini breubah menjadi event yang ditunggu banyak orang.
Faktanya, tradisi turun-temurun ini memiliki makna dan filosofi yang sangat mendalam. Baik itu dari segi pembuatan perahu, hingga makna di setiap gerakan sang penari saat Pacu Jalur. Ditambah lagi, pembuatan jalur tidak dilakukan sembarangan. Sebelum mengambil kayu besar, seluruh masyarakat harus melakukan ritual terlebih dahulu. Tujuannya untuk menghormati dan meminta izin kepada hutan belantara saat mengambil kayu yang besar.
Sekitar satu abad kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat keberadaan perahu itu menjadi semakin menarik, yaitu dengan menggelar acara lomba adu kecepatan antar perahu.
Lomba ini pun dinamai Pacu Jalur yang populer hingga saat ini. Karena perahu digerakkan secara bersama-sama, maka tradisi ini menggambarkan sifat gotong royong.
Mulanya, Pacu Jalur diselenggarakan di kampung-kampung di sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar Islam. Pada masa penjajahan Belanda, Pacu Jalur diadakan untuk memeriahkan perayaan adat, kenduri rakyat dan memperingati hari kelahiran Ratu Belanda.
Kini, Pacu Jalur juga diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di bulan Agustus. Kemeriahan Pacu Jalur pun menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, sekitar lebih dari 100 perahu akan mengikuti perlombaan. Acara ini pun menjadi agenda tetap Pemerintah Provinsi Riau untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke Riau, khususnya di Kabupaten Kuantan Singingi.
Kini warna warni kostum dan dentum suara meriam penanda mulai lomba, serta teriakan pemberi semangat menjadi daya tarik Pacu Jalur, budaya lokal asli Kuantan Singingi, Riau yang pantas dinanti dan dinikmati.
Post a Comment
Post a Comment