Kuliner Cirebon merupakan salah satu kuliner Jawa Barat favorit saya. Nyaris semua jenis kuliner dari kota udang ini tak pernah saya lewatkan karena rasanya yang mantap di lidah.
Bandung – Cirebon
Siapa yang tak mengenal Cirebon, kota yang terletak di pesisir Utara Pulau Jawa. Cirebon terbagi menjadi Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon. Dahulu, jarak tempuh Bandung – Cianjur memang terbilang lama, kurleb 4 – 6 jam melewati Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Cirebon. Pemandangan khas pedesaan akan menyambut teman Menong sepanjang perjalanan.
Teman Menong yang ingin berkunjung ke Cirebon kini dapat melewati Tol Cikopo – Palimanan dan Tol Cisumdawu. Kini jarak Bandung – Cirebon dapat ditempuh kurleb 2 jam saja. Meski singkat namun tak banyak pemandangan yang bisa teman Menong nikmati.
Teman Menong dapat memilih berbagai moda transporasi seperti travel, bis antar kota atau kereta api. Saya dan Zauji sendiri lebih sering memilih travel karena kemudahan jadwal yang dapat dipilih sesuai kebutuhan kita seperti Bhineka Shuttle atau Cititrans.
Carbon
Secara adat istiadat, Cirebon memiliki kekhasan yang berbeda dari daerah lain di Jawa Barat terlebih bahasanya yang tak mirip bahasa Sunda sama sekali. Budaya Cirebon merupakan perpaduan dari budaya Sunda, Jawa, Tionghoa dan Arab.
Awalnya, Cirebon merupakan nama sebuah dukuh kecil yang dibangun Ki Gedeng Jumajan Jati atau yang dikenal dengan sebutan Ki Gedeng Tapa. Ki Gedeng Tapa memiliki seorang putri bernama Nay Subanglarang yang menjadi istri Prabu Siliwangi.
Dukuh kecil itu berkembang menjadi sebuah desa yang diberi nama Caruban yang kelak dilafalkan menjadi Carbon dan kini dikenal sebagai Cirebon, Cai – Rebon atau air pengolahan udang rebon. Tak heran bila Cirebon dikenal pula sebagai kota udang.
Karena terletak di pinggiran laut, hawa di Cirebon sangat panas membuat saya tak terlalu betah berlama-lama di luar ruangan. Namun pesona Cirebon tak terelakan membuak saya selalu ingin kembali mengunjungi Cirebon.
Gua Sunyaragi
Cirebon dikenal dengan jejak sejarah dan kulinernya. Bila berkunjung ke Cirebon, banyak sekali destinasi wisata yang bisa teman Menong pilih seperti Keraton Kasepuhan, Taman Wisata Goa Sunyaragi dan Pantai Kejawanan.
Cirebon sering menjadi tujuan studi tur sekolah. Saya sendiri mengunjungi Cirebon pertama kali saat studi tur di bangku SMP. Saya mengingat percakapan singkat saya dengan seorang perempuan tua di Taman Wisata Goa Sunyaragi. Kala itu saya tak sengaja menyentuh patung perawan sunti di depan Gua Peteng. Dan ternyata mitos menyatakan seorang gadis yang menyentuh patung tersebut akan kesulitan mendapatkan jodoh.
Dan pastinya ini hanya mitos saja ya, teman! Larangan itu sebetulnya bermakna seorang gadis harus pandai menjaga diri agar tak seperti Perawan Sunti yang hami dan melahirkan anaknya tanpa melalui hubungan lawan jenis.
Selain itu, larangan menyentuh patung atau properti di tempat wisata biasanya ditujukan untuk meminimalkan kerusakan properti akibat sering disentuh.
Tahu Gejrot
Kuliner Cirebon pertama yang saya tahu adalah tahu gejrot yang (dulu) sering dijajakan lewat rumah Embah. Mamang tahu gejrot ini sangat ikonik dan tak bisa kami lupakan karena menjajakan dagangannya nyaris tanpa suara. Gerobak yang didorongnya tak memiliki penanda seperti penjaja pada umumnya yang membunyikan ketongan kecil dan dentingan piring.
Kami harus bersiaga menanti mamang tahu gejort lewat depan rumah Embah setiap jam 4 sore akan bisa memastikan mamang gejrot tak lewat begitu saja. Bawang merah, garam dan cabe rawit diulek kasar dalam piring kecil yang terbuat dari tanah liat.
Tahu kopong coklat yang digunakan dalam tahu gejrot bukanlah tahu biasa yang sering kita temui. Sekilas mirip dengan tahu sumedang namun tahu ini memiliki sedikit daging tahu dan kulit yang lebih kenyal. Tambahkan tahu kopong coklat yang telah dipotong beberapa bagian selanjutnya disiram dengan kuah gula merah dan asam jawa.
Tahu gejrot langsung disajikan dalam piring kecil yang terbuat dari tanah liat tadi dan dinikmati dengan tusukan tusuk gigi atau lidi. Rasanya mantap, pedas, asam dan manis dengan sensasi bau bawang sebagai after taste.
Sejarah tahu gejrot konon mendapat pengaruh budaya Tionghoa sebagai orang yang membawa tahu gejrot ke daerah Ciseeng, Cirebon di awal abad 18. Tahu gejrot awalnya disajikan untuk kaum buruh dan pekerja sehingga penyajian hanya menggunakan piring tanah liat.
Nama ‘gejrot’ sendiri berasal dari bunyi saat kuah gula merah disiramkan dari botol ‘jrot-jrot’. Versi lain gejrot berarti ‘pedas luar biasa.
Satu porsi tahu gejrot di daerah Bandung kurleb Rp. 8000 – Rp. 10.000. Kini tahu gejrot juga banyak disajikan di food court dan resto khas sunda. Penjaja tahu gejrot keliling biasanya menggunakan dua keranjang kayu yang dipikul di bahu atau gerobak dorong kecil.
Hingga kini tahu gejrot menempati urutan pertama kuliner cirebon favorit saya. Selain rasanya enak, tahu gejrot juga mengingatkan saya pada adik sepupu saya tercinta yang baru saja berpulang di awal April 2025 ini. Alfatihah untuk adikku Nuniek Utade.
Post a Comment
Post a Comment