Mengenal Makna Kakawihan Sunda

1 comment
 
Jaleuleu Ja adalah salah satu kakawihan Sunda yang sering saya dengarkan saat kecil dulu. Kawih ini ternyata memiliki makna rahasia yang belum banyak diketahui. Rahasia apa ya? Yuks simak! 796

Kakawihan 

Meski tak 100% berdarah Sunda asli, saya terbiasa mengidentifikasikan diri saya sebagai Urang Sunda Asli alias USA. Mengapa demikian, karena sejak lahir saya lebih banyak dikenalkan dengan budaya Sunda. Dari sekian banyak budaya, saya terpesona dengan banyaknya kawih, lagu atau nyanyian, yang sepertinya mulai hilang tertelan jaman.

Kawih atau kakawihan merupakan folklor masyarakat Sunda, budaya yang diwariskan secara turun-menurun baik lisan atau tindakan. Biasanya kakawihan didendangkan dalam permainan anak-anak atau kaulinan barudak untuk menambah kegembiraan dan sebagai bentuk komunikasi dan edukasi.

Seperti keunikan bahasa Sunda umumnya, hal unik dari kakawihan ini adalah biasanya terselip kata-kata yang menggambarkan eratnya hubungan manusia dengan alam karena secara geografis alam Sunda didominasi pegunungan. Tak heran bisa dalam kakawihan ini banyak digambarkan dunia flora (tumbuhan) dan fauna (hewan).

Salah satu kakawihan dengan teman fauna adalah kawih oray-orayan (ular-ularan).

Oray Orayan luar leor mapay sawah (Ular-ularan meliuk-liuk menyusuri sawah)
Entong ka sawah parena keur sedeung beukah (Jangan ke sawah padinya sedang merekah)
Oray Orayan luar leor mapay kebon (Ular-ularan meliuk-liuk menyusuri kebun)
Entong ka kebon di kebon loba nu ngangon (Jangan ke kebun banyak yang mengembala)
Oray Orayan luar leor mapay leuwi (Ular-ularan meliuk-liuk menyusuri lubuk sungai)
Mending ka leuwi di leuwi loba nu mandi (Lebih baik ke lubuk sungai di sana banyak yang mandi)
Saha anu mandi (Siapa yang mandi)
Anu mandina pandeuri (Yang mandinya yang terakhir)
Oray-orayan (Ular-ularan)
Oray naon (Ular apa)
Oray bungka (Ular majapait – jenis beracun)
Bungka naon (Bungka apa)
Bungka laut (Bungka laut)
Laut naon (Laut apa)
Laut dipa (laut dipa)
Dipa naon (dipa apa)
Dipanderi..ri...ri..ri (Dipanderi = terakhir)

Sebetulnya saya tidak terlalu hapal dengan lirik kakawihan Sunda meski sering kami dendangkan saat kecil dulu. Biasanya otomatis kami nyanyikan begitu saja. Setelah dewasa, barulah saya menyadari banyak sekali versi lirik kakawihan Sunda. Salah satunya adalah lirik Endog-endogan (telur-teluran).

Endog-endogan peupeus hiji prek
Endog-endogan peupeus hiji prek
Goleong-goleong mata sapu mulotmulotot

Paciwit - ciwit lutung

Paciwit-ciwit lutung
Silutung pindah ka luhur
Paciwit -ciwit lutung
Silutung pindah ka luhur

Caca burange

Caca burange
Burane, bil gobang
Gobang pancarane
Anak gajah bebagune
Jing gojing lewok-lewok
Jing gojing lewok-lewok

Filosofi Kaulinan Barudak

Kawih oray-orayan dinyanyikan sekelompok anak yang berbaris menyerupai ular panjang yang sedang berjalan meliuk-liuk. Setiap anak memegang pundak teman yang berada di depannya dan berjalan maju melewati dua orang temannya yang menautkan dua tangan membentuk terowongan.
 
Permainan ini pastinya membutuhkan tempat yang luas dan lapang. Dahulu tak sulit menemukan sawah, pekarangan rumah atau lapangan kosong untuk memainkan permainan oray-orayan ini
.
Hampir semua permainan melibatkan olah fisik, sportivitas (anak diajak taat terhadap peraturan pemainan, fairplay dengan kemenangan dan kekalahan) dan pengetahuan dari lirik yang didendangkan. Permainan oray-orayan secara tidak langsung mengajak anak-anak untuk belajar banyak hal. Anak-anak dituntut kekompakan untuk menjaga barisannya agar tidak lepas. 

Secara filosopi, permainan oray-orayan bermakna ketaatan rakyat kepada pemimpinnya (anak yang menjadi kepala ular), kerja sama dan kebersamaan semua pemain dan keberanian menghadapi rintangan.

Hasil penelitian menyatakan dari 22 kakawihan permainan tradisional Sunda, terdapat 18 kakawihan yang memiliki kata yang familiar dengan fauna atau hewan (oray, oray bungka, anjing, ucing, londok, peucang munding, bajing, lutung, manuk,sapi dan lainnya) dan 12 kakawihan mencantumkan nama flora seperti pare, muncang, cau, gedang, jengkol dan lainnya. 

Contoh lain adalah kakawihan paciwit-ciwit lutung:
Paciwit-ciwit lutung
Nu di handap pindah ka luhur.

Bahasa Rahasia

Diyakini, kakawihan tidak hanya bagian dari bentuk suka cita dalam beraktivitas terutama bermain namun juga berisi bahasa sandi atau rahasia untuk menyampaikan pesan dalam suatu komunitas.

Adalah Jaleuleu Ja, sebuah kaulinan yang dimainkan dengan saling memanggil antar kelompok yang bersembunyi. Satu kelompok memanggil dengan lirik pertama “Jaleuleu Ja” dan disahuti kelompok lain dengan lirik kedua “Ja”, dan seterusnya.

Jaleuleu Ja
Atulak Tujaéman … Gog
Seureuh Leuweung … Bay
Jambé Kolot ... Bug
Ucing Katinggang Songsong … Ngék !

Kakawihan ini kental dengan pengulangan bunyi. Lagu ini konon awalnya dibuat ketika Tatar Sunda diserang oleh Mataram, tujuannya untuk telik Sandi para prajurit Sunda. Lalu, di zaman penjajahan Belanda, lagu ini sering dinyanyikan oleh anak-anak dan dipakai juga oleh para pejuang di Tatar Sunda untuk telik sandi ketika zaman penjajahan Belanda.

Jaleuleu Ja… atulak tujaéman (panggilan untuk Mang Eman, nama orang, untuk memberitahukan bahwa orang Jawa, “Ja”, telah datang). Mang Eman diminta untuk nagog, “gog” (berjongkok bersembunyi).

Seureuh leuweung…bay merupakan tanaman sirih hutan yang biasa disebut gebay yang memiliki bentuk seperti tameng. Ini dapat diartikan agar Mang Eman bersiap-siap.

Jambe kolot…bug memiliki arti jambe atau buah pinang tua yang biasa disebut jebug. Jebug..bug merupakan mirip suara memukul.

Ucing katinggang songsong ... ngék, kucing tertimpa payung berbunyi ngek.

Dan sekarang kakawihan sunda Jaleuleu Ja ini lebih dikenal sebagai kakawihan untuk permainan anak-anak. Ternyata ada rahasia di baliknya ya😉
Newest Older

Related Posts

1 comment

  1. Terima kasih atas informasinya,

    NAGAHITAM777 adalah Platform situs games online terpercaya yang selalu menjadi andalan dalam menyediakan layanan terbaik.

    Sukses selalu!

    ReplyDelete

Post a Comment