Wisata di Badung Bali

Post a Comment
Wisata di Badung Bali

 
Bali menjadi salah satu destinasi yang sangat ingin saya kunjungi. Jujur saja pengetahuan saya mengenai destinasi wisata di Pulau Bali sangat minim sehingga tak tahu apapun mengenai wisata di Badung Bali, kota yang kami sambangi.

Pariwisata di Bali

Siapapun pasti mengenal Bali, pulau cantik dengan beragam destinasi wisata yang sayang untuk dilewatkan. Bali memiliki banyak tourist attraction atau daya tarik wisata seperti budaya dan tradisinya yang unik, pesisir pantai dengan pasir putih dan ombaknya yang tinggi, situs sejarah dan lainnya.

Konon pariwisata di Bali sudah ada sejak tahun 1930, masa perdagangan dengan Belanda, Cina, dan Bugis. Ada perdagangan menyebabkan banyaknya interaksi. Tak hanya barang perdagangan seperti kopi, kopra, dan hewan ternak. Orang yang berkunjung, mungkin saat itu belum dapat dikatakan sebagai wisatawan, menyatakan rasa senang setelah berkunjung ke Bali.

Di tahun 1940 mulai banyak arus kunjungan dengan kapal penumpang dari berbagai negara. Bali Hotel, kini bernama Hotel Inna Bali Herritage, yang dibangun pada tahun 1927 awalnya digunakan sebagai tempat awak kapal perusahaan pelayaran Belanda singgah dan beristirahat mulai difungsikan sebagai hotel umum pada tahun 1942. Hotel megah dengan berarsitektur gaya eropa ini berlokasi di pusat kota Denpasar

Dari buku 'Pengantar ke Bali' yang dikarang Soe Lie Pit di tahun 1954, destinasi wisata di tahun 1930an sudah ada di berbagai tempat seperti Denpasar, Jimbaran, Badung, Gianyar, Klungkung, Buleleng dan Tabanan. Tempat yang masih dikenal sebagai destinasi wisata favorit hingga saat ini.

Dulu saya hanya mengenal Denpasar, Pantai Kuta dan Pantai Sanur sebagai bagian dari pariwisata Bali. Dan ternyata meski berada di seputaran Denpasar, ibukota Provinsi Bali, tempat wisata yang kami tuju berbeda wilayah loh!

Kabupaten Badung

Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali. Jarak Badung ke Denpasar hanya kurleb 12 km atau 50 menit perjalanan dengan kendaraan mobil. Jarak yang cukup pendek. Tak heran karena Kabupaten Badung merupakan wilayah hasil pemekaran Kota Denpasar di tahun 1992. 

Saat tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, saya mengira bandara ini terletak di Kota Denpasar. Dan ternyata, bandara yang telah dibangun pada tahun 1930 dan dinobatkan sebagai bandara tersibuk di Indonesia ini terletak di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.

Secara kasat mata saya sendiri tak bisa membedakan kedua wilayah ini dan tak menyadari bila Pantai Kuta yang sangat terkenal itu berada di Kabupaten Badung bukan di Kota Denpasar. Padahal selama di Denpasar saya sempat berjalan-jalan sendirian menggunakan motor pinjaman. Dan ternyata saya berkendara melewati kabupaten kota yang berbeda.

Kabupaten Badung memiliki banyak destinasi wisata terkenal. Wisata di Badung Bali sangat layak untuk dinanti karena Badung memiliki keindahan alam yang memukau.

Pantai Kuta

Pantai ini merupakan salah satu ikon pariwisata Bali yang berada di Badung Selatan. Pantai Kuta dikenal dengan pasir putih yang membentang sejauh 5 km dan ombak yang cocok untuk berselancar. Tak heran Pantai Kuta jadi destinasi wajib untuk healing.
Pantai Kuta awalnya merupakan pelabuhan dagang sejak abad ke-16 atau tahun 1597. Titik awal berkembangnya sektor pariwisata berawal dari sebuah buku berjudul 'Praise to Kuta' karya Hugh Mahbett.

Saya sendiri mengagendakan kunjungan ke Pantai Kuta sebagai kunjungan wajib. Alhamdulillah cita-cita ini akhirnya terlaksana. Pantai Kuta hanya berjarak 12 km dari bandara dan 10 km saja dari tempat kami menginap, Hotel Grand Mirah Boutique. Kami menyengaja untuk mampir menjelang magrib (sebetulnya sambil menunggu waktu berbuka puasa) untuk menikmati indahnya matahari terbenam yang memukau.
sunset di kuta
Tak ada tiket masuk yang harus kami bayar. (Beda bila teman Menong menggunakan kendaraan motor/mobil, pastinya harus membayar uang parkir).

Kami duduk di pantai dan sesekali membasahi kaki dengan deburan ombak yang menepi. Berdiam diri di Pantai Kuta seolah tak pernah mengenal kata sepi. Hingga waktu magrib tiba, wisatawan masih saja memenuhi pantai indah ini, tak terkecuali para peselancar yang hilir mudik membawa papan selancar baik muda atau tua. Jangan salah, pelancar di Pantai Kuta banyak dari wisatawan lokal juga loh!

Langit gelap dan kelabu membuat kami harus berhenti menatap indahnya Kuta karena kami harus beranjak kembali ke hotel. Jalanan macet seolah menjadi bagian dari kekhasan di seputaran pantai. Kami membeli makanan untuk berbuka di sebuah restoran fast food dan kembali pulang dengan menggunakan transportasi online. Di sepanjang jalan, kami bisa melihat wisatawan asing yang berjalan kaki menikmati datangnya malam.

Area sekitar pantai dilengkapi dengan pusat perbelanjaan, hotel, kafe, dan restoran yang menjadikan Pantai Kuta sebagai destinasi favorit wisatawan.

Monkey Forest, Sangeh

Monkey Forest, Sangeh tidak termasuk destinasi dalam daftar saya. Saat kembali dari Jembatan Tukad Bangkung, kami melewati Desa Sangeh yang masih berjarak 21 km menuju Denpasar. Akhirnya kami mampir sejenak di hutan yang dikenal karena dihuni ratusan monyet.
sangeh
Nama 'Sangeh' diyakini berasal dari kata 'Sang' yang berarti orang dan 'Ngeh' yang berarti melihat. Sangeh dimaknai dari cerita perjalanan pohon pala dari Gunung Agung di Bali Timur menuju Bali Barat, Saat ada orang yang melihat pohon-pohon ini bergerak, pohon pala lalu berhenti di lokasi yang kini menjadi Hutan Sangeh.

Area parkir yang sangat luas menyambut kami. Udara sejuk menyapa kami. Tiket untuk pengunjung dewa lokal dipatok Rp. 15.000 dan untuk anak usia > 3 tahun hanya Rp. 5.000 saja. Terbilang murah ya!.

Hutan Sangeh merupakan hutan pohon Pala, Dipterocarpus trinervis, yang umurnya sudah ratusan tahun. Teman Menong dapat melihatnya secara fisik. Pohon-pohon pala ini memiliki tinggi dan diameter kayu yang luar biasa.
sangeh
Hutan ini dihuni 600 ekor monyet abu ekor panjang atau Macaca fascicularis yang menjadi daya tarik utama Monkey Forest Sangeh. Monyet-monyet ini sangat jinak selama tidak diganggu. Bila teman Menong ingin menyentuh atau berfoto, biarkan monyet-monyet itu datang dan menghampiri sendiri. 

Jangan lupa gunakan outfit yang sesuai tanpa perhiasan mencolok yang mudah diambil paksa oleh monyet-monyet demi keamanan pengujung dan tentunya (monyet) di hutan.
monyet di sangeh
Saya sendiri menyempatkan waktu berfoto meski berpose sedikit tegang karena takut. Pemandu lokal berbaik hati membantu kami mengambil foto terbaik. Konon monyet di Hutan Sangeh ini meruakan jelmaan prajurit putri Kerajaan Mengwi yang ada di abad ke-17.

Karena berada di wilayah sakral. perempuan yang sedang haid atau orang yang sedang ditinggal mati keluarganya dilarang berkunjung ke Hutan Sangeh. Sebagai pengunjung yang baik, pastinya kita harus menghormati segala aturan wisata di Badung Bali.
Newest Older

Related Posts

Post a Comment