Hal yang saya sukai saat berjalan-jalan ke berbagai daerah adalah berburu kain nusantara khas daerah setempat. Indonesia memiliki beragam budaya dan adat istiadat yang melahirkan beragam kain tradisional yang memiliki keunikan tersendiri. Kain tradisional Sulawasi Selatan menjadi salah satu kain tradisional yang sering saya jadikan oleh-oleh.
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan menjadi daerah di luar Jawa yang paling sering saya kunjungi. Saya menyukai segala sesuatu yang ada di Sulawesi Selatan. Kulinernya serba enak, alam yang indah, budaya baru yang sangat berbeda dari budaya Sunda yang sehari-sehari yang kenal dan warisan tekstil turun temurun, salah satunya kain tradisional yang memukau.
Kuliner favorit saya adalah konro bakar. Konro merupakan tulang iga sapi atau kerbau yang diberi kuah berwarna cokelat kehitaman. Kuah ini merupakan campuran berbagai rempah, seperti ketumbar, keluak, pala, kunyit, lengkuas, kayu manis, asam jawa, serai, dan cengkeh. Tak heran rasa dan wanginya sangat khas.
Alam Sulawesi Selatan merupakan perpaduan dari kecantikan pegunungan dan laut yang menawan. Teman Menong takan jemu untuk menjelajah setiap sudut Sulawesi Selatan. Begitu pula dengan budaya dan tradisinya yang masih terpelihara hingga kini. Kemegahan Istana Balla Lompoa menjadi bukti ketangguhan Kerajaan Gowa.
Menjelang pulang biasanya kami mampir ke toko oleh-oleh untuk berburu camilan khas Sulawesi Selatan seperti kacang disko. Kacang disko merupakan camilan khas Sulawesi Selatan yang terbuat dari kacang tanah dibalut tepung terigu. Berbeda dengan kacang + tepung terigu lainnya, permukaan kacang disko tidak beraturan sehingga akan menimbulkan sensasi kriuk seperti berdisko saat digigit.
Selain camilan dan hiasan, di toko oleh-oleh ini teman Menong dapat juga membeli aneka kain khas Sulawesi Selatan yang beragam jenisnya. Harganya juga bervariasi dari yang murah hingga yang super mahal.
Kain tradisional merupakana salah satu bentuk yang kerajinan tenun, benang lungsin yang digabungkan dengan benang pakan untuk dijadikan sebuah kain.
Kain-kain tradisional tersebut ternyata tidak hanya berfungsi sebagai busana namun juga memiliki nilai filosofis, status sosial, hingga simbol kehormatan. Motif dan warna memiliki makna tersendiri yang merepresentasikan budayanya. Tak heran di Sulawesi Selatan pun memiliki kain tradisional yang beragam.
Jenis Kain Tradisional Sulawesi Selatan
Kain Sutra Bugis
Kain sutra Bugis merupakan kain tradisional yang paling terkenal dari Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Wajo, Soppeng, dan Sidrap. Kain sutra Bugis dibuat dari benang sutra murni yang ditenun secara manual menggunakan alat tradisional.
Kain jenis ini memiliki teksturnya halus, ringan, dan memiliki kilau indah. Kain Sutra Bugis termasuk oleh-oleh yang sangat digemari.
Motif kain sutra Bugis biasanya berbentuk kotak-kotak atau garis-garis geometris dengan warna cerah seperti merah, kuning, hijau, dan biru. Ternyata, warna-warna ada maknanya yaitu melambangkan semangat, keberanian, serta kemakmuran.
Dulu, kain sutra Bugis hanya digunakan oleh kalangan bangsawan dan dipakai dalam upacara adat maupun acara penting keluarga. Kini, kain ini banyak dipakai untuk pakaian resmi atau modifikasi pakaian modern. Saya juga teringat jenis kain ini sering sekali digunakan dalam karnaval anak-anak saat perayaan 17 Agustus.
Kain Lipa Sabbe
Kain lipa sabbe merupakan sarung khas Bugis-Makassar yang ditenun dari benang sutra. Ciri khas dari sarung ini adalah motif garis-garis atau kotak-kotak.
Seperti banyak kain tradisional lainnya, sarung kain lipa sabbe dengan kualitas terbaik bisa mencapai harga tinggi. Fantasitis ya😍.
Penyebabnya adalah pengerjaan kain lipa sabbe harus dikerjakan dengan detail dan memerlukan waktu lama hingga berbulan-bulan. Pastinya terbayang kualitas dan harga dari kain ini. Jenis kain serupa yaitu kain songket yang pernah saya lihat saat berkunjung ke Palembang.
Sarung lipa sabbe tidak sembarangan dipakai karena menjadi simbol identitas dan kebanggaan. Jangan salah bila sarung lipa sabbe kerap dijadikan bagian dari mas kawin atau seserahan sebagai tanda penghormatan kepada mempelai wanita.
Kain Pattuqduq Towaine
Kain pattuqduq towaine berasal dari daerah Mandar. Nama kain ini diambil dari sebuah tarian tradisional Mandar yaitu tari Pattuqduq Towaine yang dibawakan oleh sejumlah wanita.
Kain ini dibuat dengan cara ditenun dengan motif garis berwarna cerah seperti merah, jingga, atau kuning yang dipadukan dengan warna gelap.
Kain Tenun Toraja
Kain tenun Toraja umumnya digunakan dalam upacara adat Toraja, baik upacara kematian atau upacara syukuran panen. Motif kain Toraja biasanya berbentuk geometris, seperti garis zig-zag, lingkaran, atau pola menyerupai kerbau dan ayam sesuai dengan filosofi yang dianut Toraja.
Teman Menong mungkin mengenali kerbau yang dalam budaya Toraja melambangkan kekayaan dan status sosial. Ayam sendiri menjadi lambang kehidupan sehari-hari.
Warna kain tenun toraja masih didominasi warna dari bahan alam seperti coklat, merah, dan hitam.
Kain tenun Toraja tidak hanya dipakai sebagai busana, tetapi juga sebagai hiasan rumah, selendang, hingga perlengkapan ritual. Teman Menong bisa menemukan motif kain toraja pada produk kerajinan seperti tas, dompet, atau taplak meja yang diminati wisatawan.
Kain tradisional Sulawesi Selatan kini telah hadir dan dikenal masyarakat di luar Sulawesi Selatan. Saya sendiri memiliki banyak koleksi kain tradisional Sulawesi Selatan yang menjadi kebanggaan saat dikenakan di hari besar nasional.




Post a Comment
Post a Comment