Coklat Monggo

Post a Comment
Coklat Monggo yogyakarta

Sebagai penggemar coklat, saya sangat bersemangat saat Zauji mengajak saya untuk keliling kota Yogyakarta dan membeli oleh-oleh Cokelat Monggo, coklat favorit saya.

Sejarah Coklat

Coklat merupakan salah satu produk pangan yang banyak digemari di seluruh penjuru dunia. Tua muda, dewasa anak-anak, pria wanita, ras apapun pasti menyukai penganan berwarna coklat (yang sesuai dengan namanya). Konon coklat sudah dikenal di jaman era Mesoamerika (Meksiko selatan dan Belize, El Salvador, Guatemala, dan Honduras) kuno sekitar tahun 2000 SM hingga abad ke-17. Bangsawan mesoamerika kuno sudah mengenal minuman coklat.

Coklat (kokoa) sejatinya merupakan produk pangan yang terbuat dari biji kakao (Theobroma cacao L.), tanaman tropis yang berasal dari daerah Amazon utara yang menyebar hingga ke Amerika Tengah sampai Meksiko. 

Indonesia sendiri merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia. Dan pastinya memiliki rasa yang unik dan karakter sendiri.

Dulu saat kecil, saya pernah diajak main ke kebun kakao yang banyak terdapat di pesisir pantai Pangandaran. Kami diperkenankan untuk mengupas dan mencicipi biji kakao langsung. Rasanya enak dan manis namun tak ada 'rasa coklat' seperti yang dibayangkan. Dengan proses yang panjang termasuk proses fermentasi, biji kakao yang diolah lebih lanjut menghasilkan beraneka produk seperti cokelat batang, pasta cokelat, bubuk cokelat, dan masih banyak lagi. 

Sejarah Coklat Monggo

Coklat Monggo termasuk oleh-oleh khas Yogyakarta yang diburu wisatawan. Kisah coklat monggo sendiri berawal dari serita unik seorang wisatawan backpacker. Adalah Thierry Detournay, seorang pria asal Belgia yang travelling ke Yogyakarta di tahun 2001 yang membandingkan rasa produk coklat Indonesia dengan produk coklat di Belgia. Katanya coklat di Indonesia berasa sangat manis yang jelas berbeda dengan coklat Belgia yang cenderung pahit.

Bila teman Menong perhatikan, produk coklat di Indonesia memang relatif berasa manis karena produk coklat ini tidaklah 100% kokoa namun dicampurkan dengan susu dan terkadang gula. Dan tentunya kualitas produk coklat berbeda dengan coklat yang dibuat dari kakao 100%. Namun sepertinya inilah yang disukai konsumen Indonesia.

Thierry Detournay bekerja sama dengan Edward Riando Picasauw, mahasiwa asal Maluku untuk menformulasikan produk coklat baru yang berbeda dari coklat Indonesia yang rasanya mendekati rasa coklat yang otentik Belgia yang agak pahit. Produk ini diberi nama 'coklat monggo'. 

Bahan baku Cokelat Monggo diolah dari biji kakao pilihan yang didatangkan dari perkebunan kakao di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Cokelat Monggo terbuat dari premium dark coklat dengan mentega kakao murni. Kandungan cokelat yang digunakan adalah 58% dan 69% kakao, hmmm tergolong tinggi untuk produk coklat Indonesia. Dan tentunya Thierry Detournay menyetarakan dengan kandungan  kakao Eropa yang berkisar di 69%.

Tingginya kandungan kakao membuat Coklat Monggo tepat untuk berdiet karena memiliki kandungan gula yang rendah dibanding produk coklat lainnya. 

'Monggo' sendiri berasal dari kata Monggo yang berarti “silahkan” dalam bahasa Jawa. Kata Monggo digunakan  sambil mengacungkan ibu jari saat lewat di depan orang atau saat menawari, mengundang orang masuk ke rumah atau pamit.

Coklat Monggo pertama kali diproduksi di kawasan UGM dengan menggunakan kakao asli Indonesia yang ternyata bisa menghasilkan produk dengan cita rasa tinggi. Teman Menong yang pernah mencicipi coklat Monggo pastinya akan merasakan hal yang sama, rasa yang sedikit pahit, lebih pekat dan unik. Coklat Monggo memang didesain menjadi coklat dengan kandungan kakao tinggi. Namun rasa ini menghasilkan pula tekstur yang halus dan lumer di mulut.

Keunikan coklat Monggo tak hanya disitu. Kemasan coklat Monggo menggunakan kertas daur ulang dan kertas bersertifikat FSC (Forest Stewardship Council) yang ramah lingkungan. Kemasan yang kental dengan ilustrasi budaya Jawa, seperti wayang dan batik membuat coklat Monggio tak hanya sekadar cokelat namun juga sesuatu yang diingat sebagai bagian dari Yogyakarta. 

Varian Coklat Monggo

Varian apa saja yang bisa teman Menong coba?
Berat coklat monggo terbagi menjadi 3 jenis yaitu bars (40gr), tablets (80gr), dan oleh-Oleh (100gr). 

Dari kemasan bars, teman Menong bisa mencoba 10 varian rasa yang berbeda yaitu Praline (krim kacang mete), Caramello (krim karamel), Dark (58% kakao), Strawberri, Durian, Milk (41% kokoa), Mangga, Marzipan (kacang almond), Kurma, dan White.

Untuk kemasan Tablets ada  8 varian rasa,yaitu Kacang Mete Organic, Orange Peel (kulit jeruk sunkis), Macadamia, Ginger (jahe), Dark Tablets (58% kakao), Dark (69% kakao), Cokelat Susu (41% kakao), Mangga, dan Red Chili (cabai krispi pedas)

Teman Menong bisa menemukan coklat Monggo di toko oleh-oleh terkenal dan di dua showroom Coklat Monggo Kotagede dan Tirtodipuran. Jangan lupa untuk memperhatikan cara penyimpanannya karena Cokelat Monggo mudah meleleh dan harus disimpan pada suhu maksimal 20º C.

Sayangnya coklat Monggo tak 'ramah' bagi penderita gerd seperti saya karena otomatis akan membuat asam lambung naik. Namun begitu rasanya tak ada coklat lain yang bisa menyaingi 'keunikan' coklat Monggo.
Newest Older

Related Posts

Post a Comment