Tiket Saung Angklung Udjo Bandung

Post a Comment
Saung Angklung Udjo

Beberapa destinasi wisata yang sudah ada di Bandung sejak saya kecil dan bertahan hingga sekarang, salah satunya Saung Angklung Udjo Bandung. Beberapa waktu lalu, saya dan Zauji mengintip harga tiket Saung Angklung Udjo Bandung.

Budaya Bandung

Jawa Barat memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Seni, tradisi, bahasa, pakaian adat, makanan, dan upacara adat sangat beragam meskipun masih dalam satu provinsi yaitu Jawa Barat. Dari segi bahasa, Jawa Barat memiliki banyak dialek. Saya sendiri yang lahir dan besar di Bandung tidak mengenal semua dialek karena berbeda dengan dialek yang sering saya dengar.

Banyak lembaga tergerak untuk melestarikan budaya Jawa Barat agar tetap dikenal masyarakat. Uniknya pelestarian budaya dilakukan dengan kreatif sehingga menarik minat. Banyak pula pihak swasta atau perorangan yang berperan aktif menjaga budaya Sunda, salah satunya adalah Saung Angklung Udjo Bandung. 

Dari namanya, teman Menong pastinya langsung teringat dengan salah satu alat musik yang terbuat dari bambu. Konon angklung sudah dikenal masyarakat Sunda kuno di abad 12 sebagai bagian dari aktivitas ritual. Angklung sendiri sudah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia sejak tahun 2010.

Saung Angklung Udjo didirikan oleh Udjo Ngalagena bersama sangn istri, Uum Sumiati pada tahun 1966.  Udjo Ngalagena atau yang akrab dipanggil Mang Udjo memiliki cita-cita sederhana yaitu melestarikan seni musik tradisional Sunda dan memperkenalkannya ke masyarakat luas, baik nasional maupun internasional. 

Siapa Udjo Ngalagena?

Udjo Ngalagena sendiri merupakan seniman sekaligus maestro angklung yang tinggal di Bandung. Beliau mendirikan Saung Angklung di halaman rumahnya berupa saung sederhana yang dijadikan ruang pertunjukan kecil dan bengkel pembuatan angklung. 

Namun, tak hanya pertunjukan angklung saja yang ditampilkan, Mang Udjo yang dibantu keluarga, anak-anak dan masyarakat sekitar menciptakan pusat seni sebagai tempat untuk belajar budaya Sunda. 

Tiket Saung Angklung Udjo

Saung Angklung Udjo Bandung berlokasi di Jl. Padasuka No. 118, Bandung. Teman Menong yang keluar dari gerbang tol Pasteur akan mudah menemukan tempat ini. Begitu keluar pintu tol Pasteru, teman Menong bisa melewati jalan layang Pasopati dan turun di Gasibu lalu meneruskan perjalanan ke arah Cicaheum. 

Meski berada tak jauh dari pusat kota, teman Menong akan menemukan suasana yang berbeda karena di Saung Angklung Udjo banyak pepohonan yang rimbun dan bangunan tradisional berbahan bambu yang menambah keasrian. 

Hal yang menarik dari Saung Angklung Udjo ini adalah adanya pergelaran seni budaya. Dulu saya berpikir pagelaran seperti ini hanya cocok bagi wisatawan yang bukan berasal dari tanah Sunda. 

Suatu hari kami kedatangan teman dari Jerman. Di akhir pekan kami mengajak teman kami ini jalan-jalan di Bandung. Pertama kami membawa Manfred, demikian namanya, ke Gunung Tangkuban Perahu meski awalnya ia tak antusias karena mengira saya akan mengajaknya naik gunung ala-ala mountaineer dengan segala kerempongannya. 

Maklum meski masih nampak sehat, beliau lahir di tahun Indonesia Merdeka. Dan hasilnya Manfred sangat senang karena tak menyangka 'volcano' yang kami tuju hanya beberapa meter dari area parkir mobil.

Setelahnya, kami mengajak Manfred mampir di Saung Angklung Udjo untuk memperkenal budaya Sunda setelah selama ini kami mengajari Manfred untuk mengatakan 'hayu uih' alias 'mari pulang'.

Harga Tiket Masuk

Dewasa lokal: Rp100.000 – Rp120.000
Anak-anak: Rp60.000 – Rp80.000
Wisatawan mancanegara: Rp150.000 – Rp200.000 
Saya baru tahu ternyata harga turis berbeda dengan harga warlok seperti kami. Kami juga ditawari workshop angklung dengan harga tiket Rp50.000

Harga ini tentunya dapat berubah sesuai kebijakan pengelola, terutama saat ada festival atau acara khusus

Pertunjukan reguler biasanya digelar setiap hari pukul 15.30 – 17.00 WIB. Pada musim liburan atau kunjungan khusus, bisa ada tambahan sesi siang atau malam. Kami menunggu kurleb 1 jam kami tiba lebih awal. 

Pertunjukan

Kami duduk di di amfiteater. Ternyata banyak sekali tamu bule sehingga Manfred punya kesempatan bertemu sesama bule setelah hampir satu minggu berada di Indonesia. Jujur saja, meski pertunjukan belum dimulai saya sudah sangat antusias. 

Kami juga mengintip halaman belakang, banyak sekali anak-anak yang sedang bermain aneka permainan tradisional Sunda seperti engrang, sapintrog, congklak, sondah dan lainnya. Permainan yang sudah jarang kita lihat di keseharian.

Pertunjukan dikemas dengan cara interaktif, edukatif, dan menghibur dalam dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang diselipin bahasa lain seperti Belanda dan Perancis. Pertunjukan biasanya berdurasi sekitar dua jam. 

Pertunjukan diawali wayang Golek. Manfred menyebutnya doll dan terpana saat saya menyampaikan hanya ada 1 orang yang memainkan dan mengisi suara semua wayang.

Pengunjung juga disuguhi tarian tradisional Sunda seperti tari Jaipong, tari Merak yang diiringi gamelan dan angklung.

Nah ini dia salah satu yang saya sukai saat berkunjung ke Saung Angklung Udjo Bandung. Setiap penonton diberi satu angklung dengan kunci tertentu (saya kebagian kunci G) dan diajari memainkan lagu-lagu sederhana bersama-sama dengan dipandu oleh instruktur.

Saya sendiri baru pertama kali memegang dan memainkan angklung. Dan ternyata semua bisa mengikuti instruksi dan tercipta harmoni indah dari lagu-lagu populer. 

Angklung juga dipadukan dengan instrumen modern membentuk orkestra bambu yang dinamakan dengan arumba (Alunan Rumpun Bambu), gabungan alat musik dari bambu seperti angklung dan calung. Lagu-lagu populer nasional maupun internasional dibawakan dengan nuansa istimewa. 

Manfred sendiri merasa terharu karena salah satu lagu berbahasa Belanda, bahasa yang ia pahami. Saat MC menyodorkan mic, Manfred semangat bernyanyi dengan keras, lucu sekali😄

Pertunjukan diakhiri dengan bermain angklung bersama anak-anak. Selain menikmati pertunjukan, teman Menong bisa mengintip workshop pembuatan angklung secara manual oleh pengrajin. Teman Menong bisa melihat bambu dipotong, dihaluskan, dan dirangkai hingga menghasilkan suara yang khas. 

Bagi teman Menong yang ingin belanja, ada toko suvenir yang menyediakan berbagai cindera mata seperti angklung, berbagai kerajinan bambu seperti miniatur, tas, batik, hingga perabot rumah tangga ala Sunda. Kami sendiri memberikan satu set angklung mini untuk Manfred bawa pulang ke Jerman. Dan dia senang sekali.

Saung Angklung Udjo Bandung telah diakui UNESCO pada 2010 dan ditetapkan sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity. Selain Manfred kami juga membawa rekan kami dari Belanda untuk mampir di Saung Angklung Udjo. Dan ternyata wisatawan asing asal Belanda memang paling banyak berkunjung. Apakah teman Menong berminat juga?😍
Newest Older

Related Posts

Post a Comment