Cerita Sangkuriang, Legenda Tangkuban Perahu

10 comments
cerita sangkuriang
Bagi teman Menong yang menyukai cerita rakyat nusantara, pastinya mengenal cerita Sangkuriang, sebuah legenda dari tanah Sunda. Saya sendiri sudah menghapal isi cerita ini sedari kecil, terlebih bagi urang Bandung, kami bisa memandang langsung ke arah kisah ini berlatar.

Gunung Purba Sunda

Gunung Tangkuban Perahu terletak di perbatasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang. Akses menuju Gunung Tangkuban Perahu dapat ditempuh melalui gerbang Tol Pasteur menuju arah utara Bandung atau dari arah Subang kota menuju arah Bandung.

Area Tangkuban Perahu menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan. Selain kawasan Taman Wisata Alam (TWA) berupa hutan lindung dengan rimbunan pohon pinus dan hamparan daun teh, teman Menong juga akan menjumpai area outbound, camping atau resto di sekitar Tangkuban Perahu.

Gunung Tangkuban Perahu sejatinya menjadi narasi struktur geologi tatar Sunda. Secara Geografis, gunung Tangkuban Perahu terbentuk sejak 90 ribu silam sebagai kaldera seluas 6 x 7 km (cekungan akibat kosongnya ruang magma pasca letusan gunung berapi) dari Gunung Sunda. 

Gunung Sunda sendiri memiliki tinggi 4000 mdpl (meter di atas permukaan laut) dan meletus antara 210.000 – 105.000 tahun yang lalu. Gunung Sunda mengandung silika tinggi yang berwarna putih sehingga dinamai 'cunda', yang berarti putih dalam bahasa Sansekerta.

Letusannya membentuk danau Bandung purba (setelah danau Bandung mengering kini menjadi cekungan kota Bandung) dan gunung-gunung di sekitar cekungan Bandung seperti gunung Burangrang, gunung Bukit Tunggul dan gunung Putri.

gunung bandung

Kini kita akan mengetahui mengapa gunung yang masih aktif ini memiliki bentuknya yang menyerupai perahu terbalik. Secara geologis, bentuk menyerupai perahu telungkup ini disebabkan adanya dua kawah gunung yang terletak berdampingan ke arah barat dan timur. 

Bentuk seperti ‘tangkuban perahu’ ini sendiri hanya bisa diamati dari arah kota Bandung saja (arah selatan gunung). Dan gunung ini akan nampak seperti bentuk gunung pada umumnya bila dilihat dari arah kota Subang, Purwakarta bagian barat, dan Sumedang bagian timur.

Sejak letusan pertamanya sekitar 1,5 abad yang lalu, telah ada 13 kawah terbentuk di Gunung Tangkuban Perahu namun empat diantaranya lebih banyak dikenal yaitu Kawah Ratu, Kawah Domas, Kawah Upas dan Kawah Baru. Kawah-kawah inilah yang menjadi daya tarik wisatawan.

kawah domas tangkuban perahu

Letusan gunung Tangkuban Perahu baru tercatat sejak tahun 1829. Gunung Tangkuban Perahu sempat mengalami beberapa letusan freatik (letusan yang terjadi pada saat magma memanaskan air tanah atau air pemukaan). Letusan ini menyebabkan ledakan kuat secara tiba-tiba namun tidak menghasilkan lava.

kawah gunung tangkuban perahu

Letusan freatik Tangkuban Perahu tercatat terakhir terjadi di bulan Juli 2019. Saat itu asap bercampur abu vulkanik membumbung setinggi 200 meter di atas puncak kawah Ratu yang mengagetkan pengunjung dan pedagang di sekitar yang sedang beraktivitas.


Kawasan Gunung Berapi Aktif

Teman Menong sendiri dapat menikmati bentuk perahu terbalik ini saat melewati jalan layang Pasupati atau saat berada di lapangan Gasibu (sayangnya kini terhalang tugu baru di Monumen Perjuangan Jawa Barat).
gunung tangkuban perahu

Gunung Tangkuban Perahu mungkin satu-satunya kawasan gunung berapi yang mudah dijangkau. Dahulu, saat salah satu teman saya dari Jerman saya temani untuk jalan-jalan di Bandung, saya menunjukan Gunung Tangkuban Perahu dari kejauhan saat kami melintas di jalan layang Pasupati. Dan teman saya serta merta menolak karena tak mau berjalan jauh dengan alasan lutut nya sudah tak akan kuat untuk naik gunung (btw, teman saya ini lahir sebelum Indonesia merdeka).

Meski beliau menolak, saya tetap meneruskan rencana kami dan voila, saat turun dari mobil, saya menunjukan kawah yang terletak hanya beberapa meter dari parkiran. Dan beliau senang luar biasa karena tak mengira akan mengunjungi ‘volcano’ yang tak pernah ditemui nya di Jerman😀

Kami hanya mengunjungi Kawah Ratu, kawah terbesar, karena lokasinya yang mudah ditempuh. Jujur saja, sebagai orang yang lahir dan besar di Bandung, kunjungan saya ke Tangkuban Perahu dapat dihitung dengan jari. Keindahan kawah Tangkuban Perahu mengingatkan saya warna biru dan hijau di Kawah Rengganis, Ciwidey, Bandung.

Demikian pula, saat kami mengajak Ibunda Zauji berjalan-jalan ke kawasan yang telah dicanangkan sebagai Taman Wisata Alam ini, beliau masih bersemangat karena tahu bila tak perlu repot naik turun untuk melihat keindahan gunung berapi ini.
kawah gunung tangkuban perahu
Saat berdiri di tepian kawah, kita dapat menghirup udara segar bercampur dengan aroma bau belerang. Saat cuaca cerah, teman Menong dapat melihat keindahan lekukan kawah yang terlihat mempesona.

Sangkuriang dan Dayang Sumbi

Saya juga menceritakan tentang Sangkuriang dan Dayang Sumbi kepada teman Jerman saya. Cerita Sangkuriang, legenda Tangkuban Perahu berkisah mengenai pasangan ibu dan anak yang telah lama berpisah. Karena telah lama tak bertemu, Sangkuriang yang telah dewasa jatuh hati pada Dayang Sumbi sang Ibunda.

Dayang Sumbi sendiri menyadari bila pria yang menyatakan cinta kepadanya adalah putranya yang sudah lama tak dijumpainya. Dan tentu saja, Dayang Sumbi menolaknya. Namun, Sangkuriang tetap saja bersikukuh untuk mendapatkan cinta Dayang Sumbi.

Karena tetap bersikeras, akhirnya Dayang Sumbi bersedia dengan syarat Sangkuriang memenuhi permintaannya yaitu membuatkan Dayang Sumbi sebuah perahu hanya dalam waktu satu malam saja. Bila perahu itu selesai pada waktunya, maka Dayang Sumbi bersedia dinikahi Sangkuriang. 

Sangkuriang sendiri tak gentar dengan permintaan mustahil itu karena percaya diri dengan kekuatannya sekaligus meminta bantuan jin untuk mempercepat pembuatan perahu itu. Dan tentunya, pengerjaan proyek istimewa ini berjalan dengan cepat. 

Dayang Sumbi tak putus arang, memanjatkan doa tak henti agar Sangkuriang tak mampu membuatkan perahu untuknya. Dan doa itu terkabul. Fajar datang lebih awal. Perahu yang hampir rampung nyatanya tak bisa memenuhi syarat yang diberikan Dayang Sumbi. Perjanjianpun batal.

Sangkuriang tak kuasa menahan amarah dan menendang perahu yang hampir selesai itu hingga melayang dan jatuh terbalik. ‘Tangkuban’ perahu ini lah yang mengawali legenda gunung Tangkuban Perahu.

Selesai bercerita, btw saya menggunakan bahasa inggris seadanya, teman saya memberikan komentar lucu karena cerita nya yang dianggap aneh. Saat kecil dulu, saya tak pernah memperhatikan terlalu detil suatu legenda. Bagi orang yang senang membaca buku, legenda-legenda ini hanyalah pelengkap hobi saya. Rasanya setiap anak Indonesia akrab dengan beragam legenda yang sudah kita dengar sejak kecil seperti Malin Kundang, Situ Bagendit, Timun Mas dan lainnya.

Meski terlihat aneh, namun biasanya kita akan menelan begitu saja rangkaian cerita yang ‘super ajaib’ ini. Sebetulnya filosofi apa sih yang ada dalam cerita Sangkuriang, legenda Tangkuban Perahu ini?

Related Posts

10 comments

  1. saya sudah 2 kali ke Kawah Ratu Tangkuban Parahu, pesonanya masih sama indah dan menakjubkan.

    ReplyDelete
  2. Sudah lama saya nggak ke kawah Ratu, mungkin sekarang sudah banyak perubahan dan lebih bagus ya mbak. Cerita-cerita rakyat (legenda) perlu dilestarikan untuk anak cucu kita kelak.

    ReplyDelete
  3. Dari dulu pingin kesana belum keturutan sampai sekarang, penasaran kata orang-orang indah pemandangannya. Apakah arti Tangkuban Perahu itu Perahu Terbalik?wkwk saya masih nggak tahu sampai sekarang.hehe

    ReplyDelete
  4. Cerita Sangkuriang ini tuh legenda paling di luar nalar ya hihihi mamaknya awet muda sampai ditaksir anaknya sendiri... pemandangannya memang cantik dan bikin betah

    ReplyDelete
  5. Wah, jadi penasaran dengan Kawah Ratu. Semudah itu bisa menikmati kawah yang indah. Betul, cerita Sangkuriang saya dengar dan baca dulu ketika kecil, dan yaudah diterima aja. Eeh, teman Bulenya bilang apa, Mbak?

    ReplyDelete
  6. Zaman aku masih kecil sampai remaja, baru dua hingga tiga kali deh rasanya berkunjung ke Gunung Tangkuban Perahu. Kepengen ajak anak-anakku yang udah abg nih belum sempat juga hahaha.... Cerita Sangkuriang ini memang aneh ya dan bikin gemes bagi orang-orang yang baru pertama kali tahu legendanya.

    ReplyDelete
  7. bagiku, ini keren sih mbak. Menceritakan legenda Jawa ke teman Jerman menggunakan bahasa inggris. Kalau aku ya pasti mumet. Wis gk suka sejarah ditambah harus menjelaskan pake b. inggris. Jadi belajar, jika mau papaun itu pasti bisa jadi jalan dakwah ya mbak. Mbak menong salah satu yg dpt anugerah itu. Salut

    ReplyDelete
  8. Ingat perjuangan ke tempat ini dulu waktu masih muda. Dan indah sekali pemandangan nya..maha besar Allah dengan segala penciptaan Nya

    ReplyDelete
  9. Inget banget dulu zaman SD, di buku pelajaran Basa Sunda ada bab yang membahas legenda Tangkuban Perahu. Semakin bertambah umur, semakin memikirkan apa hikmah dari cerita ini. Meskipun bingung, hal baik yang saya tangkap dari cerita ini adalah usaha Dayang Sumbi agar tidak ada pernikahan sedarah.

    ReplyDelete
  10. Baru sekali ke sana, masyaAllah pemandangan dan hawanya menyenangkan. Makanya wisatawan asing bisa kagum juga. Dulu kalau dikaitkan dengan legenda tersebut memang kurang masuk akal, tapi sekadar cukup tahu aja ya...

    ReplyDelete

Post a Comment