Pengalaman Lebaran di IGD...Momen Berkesan Lebaran Part 3

Post a Comment
Lebaran jadi salah satu momen paling memorable dalam hidup saya. Bagaimana tidak, pengalaman berlebaran di IGD (Instalasi Gawat Darurat) mungkin tak dialami banyak orang. Di saat oran lain berbahagia di hari raya, sebagian orang, termasuk saya, harus melewati masa-masa 'tak menyenangkan' di kasur rumah sakit yang penhu dengan hiruk pikuk.

Lebaran beberapa tahun yang lalu saya terbangun karena rasa sakit yang luar biasa di perut kanan sebelah bawah. Momen 'silaturahim' di hari kedua lebaran diawali dengan 'sowan' dengan para dokter di ruang IGD.

Di part pertama, rumah sakit yang pertama saya kunjungi subuh itu adalah RS Al Islam Bandung, lalu berpindah ke RS Hermina dan RS Santosa, dan berakhir di RS Hasan Sadikin dan mampir sejenak di RS Borromeus sebelum akhirnya terdampar kembali di RS Al Islam.

Di part kedua, akhirnya saya mendapatkan rawat inap. Seperti halnya rumah sakit lain, layanan USG di RS Al Islam libur di akhir pekan sehingga RS Al Islam melakukan pemeriksaan darah untuk memastikan apakah saya harus operasi segara atau bisa ditunda. Ternyata hasil leukosit (sel darah putih) saya normal. Entah apa yang terjadi, padahal di RS Hermina dan RS Hasan Sadikin, leukosit saya tinggi menunjukan adanya infeksi yaitu 
15.000 dari nilai maksimal 11.000.

Dokter jaga memutuskan saya opname malam itu. Bibi saya yang menemani hampir dua malam saya persilakan pulang untuk istirahat dan meninggalkan saya sendiri. Alhamdulillah saya tidak lupa membawa kartu BPJS. Berbeda dengan RS Hasan Sadikin, selama mendapat perawatan, saya diijinkan untuk tidak terus menerus ditunggui apabila pihak keluarga ada halangan.

 

Rawat Inap di RS Al Islam

Tak lama menunggu, saya masuk ke ruangan rawat inap dan alhamdulillah dapat beristirahat tanpa rasa sakit. Dokter bedah yang sedianya akan memeriksa saya belum melakukan visit karena akan lebih efektif apabila hasil USG sudah ada. Alhamdulillah pemeriksaan USG dan rontgen dilakukan bada dzuhur. Dan ternyata saya baru mengetahui bahwa USG yang dilakukan berbeda dengan USG biasa di dokter spesialis kandungan atau ginelokogi.


Ultrasonografi (USG) abdomen merupakan USG yang dilakukan untuk mendiagnosa penyakit dalam seperti batu empedu, batu ginjal, pankreas dan lainnya. USG abdomen dilakukan seperti halnya USG kandungan namun dengan area yang tentunya lebih luas.

Karena keluhan saya berada di area perut bagian kanan, kini menjalar hingga pinggang dan punggung, pemeriksaan USG organ intraabdomen atas dan bawah dilakukan meliputi area limpa, pankreas, ginjal, RLQ (Right Lower Quadrant). Pemeriksaan hanya dilakukan berkisar 30 menit saja.

Ternyata, meski hasil USG abdomen belum ada, dr. Catur Setyo Damarianto, SP. B. tetap melakukan visit di sore hari. Alhamdulillah dokter sangat ramah dan menyakinkan saya bahwa sakit yang saya derita bukan usus buntu. Jujur saja, saya mulai membaik meski rasa panas dan sakit kerap muncul namun tidak seekstrim 2 hari sebelumnya. dokter juga menanyakan kebiasaan saya seperti jadwal minum atau BAK (buang air kecil) karena bisa jadi indikasi ada batu ginjal atau hal semacamnya. Saya juga tak lupa menyampaikan riwayat penyakit lain yang sempat saya idap beberapa tahun sebelumnya.

Ini adalah kali kedua saya opname di RS Al Islam. Kali ini pengalaman saya selama di rawat tidak ‘sehoror’ dahulu yang berdampingan dengan 2 pasien kanker dan salah satunya kritis dan meninggal dunia tepat di sebelah saya. Karena punya pengalaman menunggui Embah, saya sengaja memilih bed di dekat kamar mandi agar saya bisa leluasa bergerak. Saya juga tidak meminta Ibunda atau siapapun menemani saya karena tidak ada keluhan berat yang saya rasakan.

Kristal Kecil di Saluran Kemih

Keesokan harinya, hasil USG abdomen sudah ada. Dari hasil USG tersebut ternyata nyeri hebat kemungkinan disebabkan ada batuan kecil dalam saluran kemih yang letaknya di bagian kanan. Karena masih berukuran sangat kecil, batu-batu ini tidak terdeteksi USG sehingga diagnosa sementara ada kristal kecil di saluran kemih yang disebabkan kurang minum dan malas BAK yang saya akui dengan jujur.

Setelah merenung dan berpikir, akhirnya teka teki mengapa saat berada di 6 IGD sebelumnya, perut saya selalu nyeri hebat pasca makan dan minum, dokter menerangkan kemungkinan karena pergerakan lambung 'menyenggol' saluran kemih yang memang terdapat kristal runcing yang menyebabkan saluran 'tersayat' sehingga menimbulkan rasa nyeri.

Dokter pun menyarankan saya agar lebih memperhatikan gaya hidup ‘salah’ ini agar nantinya tidak berkembang menjadi penyakit yang lebih serius. Saya hanya ‘mondok’ selama 2 malam. Dokter mengijinkan saya pulang karena secara fisik saya sudah mulai membaik dan hanya diberi obat anti nyeri dan catatan untuk kembali kontrol seminggu kemudian.

Jadilah saya menghabiskan sisa cuti lebaran dengan diam di rumah saja. Kakak sepupu saya yang juga seorang dokter mengingatkan agar saya tidak lagi mengkonsumsi minuman instan termasuk teh. Pilihannya hanya air putih saja. Beberapa bulan berikutnya, saya benar-benar tidak menyentuh berbagai makanan dan minuman instan termasuk junk food sehingga berat badan saya turun beberapa kilogram. Well, ternyata dengan pola makan yang sehat, saya tidak perlu bersusah payah berdiet untuk menurunkan berat badan.

Agar pengalaman berlebaran di IGD tak lagi berulang, sampai hari ini, Zauji selalu sigap mengingatkan saya untuk minum dengan cukup karena setiap kali saya kekurangan minum, perut saya otomatis akan terasa sakit dan panas. Pengalaman berlebaran di IGD ini menjadi alarm bagi saya untuk tak lupa minum dan tak malas ke toilet.

Related Posts

Post a Comment