Cara Hidup Sehat dan Awet Muda

Post a Comment
Panjang umur, sehat dan tetap terlihat muda. Mungkin itulah yang dicita-citakan kaum hawa sehingga semua berlomba-lomba untuk menerapkan berbagai cara hidup sehat dan awet muda. Meski seiring usia, badan saya makin ber’flower’ namun ada beberapa pola yang tetap saya lakoni hingga kini.

Sehat dan Awet Muda

Kurangi Gula

Saya memiliki turunan diabetes dari pihak Ayahanda dan gula darah saya sempat naik beberapa tahun lalu. Meski Ayahanda dan Ibunda keduanya sehat dan tak mengidap diabetes, sudah belasan tahun saya mengurangi gula dalam makanan atau minuman yang saya konsumsi.

Tetap makan secara normal dan banyak jajan, saya sudah terbiasa tak menambahkan gula dan jus atau jarang sekali membeli minuman instan. Selain itu, air putih tetap menjadi pilihan kami. Saya dan Zauji sendiri tidak pernah menyengaja membeli minuman instan, bahkan yang kami dapat dari bingkisan pun lebih sering diberikan kepada orang lain dibanding kami konsumsi sendiri.

Lantas apakah jadi terasa aneh?

Semua serba plain. Alhamdulillah lidah saya sudah familiar dengan rasa tanpa gula. Jus atau minuman apapun tak pernah saya tambahi dengan gula putih kecuali rasa buah yang terlalu asam seperti strawberry atau mangga.

Bahkan lidah saya sedikit sensitif bila ada makanan atau minuman yang terlalu manis atau menggunakan pemanis buatan seperti sakarin (gula biang) atau aspartam. Hidung saya bahkan bisa membaui rasa manis dalam secangkir teh.

Karena terbiasa, pada akhirnya saya sedikit bisa menahan diri bila ada makanan manis termasuk cake dan coklat yang tentunya jadi bertolak belakang dengan kegemaran saya sebagai chocolate lover.

Demi kesehatan dan ‘bertoleransi’ dengan Zauji yang sudah harus menyetop gula sama sekali, hobi saya yang satu ini jelas harus saya kurangi.

Alhamdulillah, hingga saat ini, kadar gula kami berdua masih ada di ambang batas normal.


Kurangi Gorengan

Naah...ini habbit yang paling susah untuk saya tinggalkan. Gehu dan bala-bala adalah sarapan terenak buat saya. Tahu goreng yang disajikan panas-panas plus kecap bisa jadi makanan super mewah bagi saya. Satu hari tanpa gorengan, tentunya jadi tantangan besar buat saya.

Masih berusaha mengurangi makanan favorit, gorengan yang hampir setiap hari tersaji di rumah atau dimana saja. Kini, saya mulai membatasi membeli gorengan kecuali Ibunda Zauji yang menyediakan di rumah.

Lantas bagaimana dengan berbagai jenis makanan yang digoreng lainnya?

Well, sampai saat ini kami masih mengkonsumsi jenis makanan yang digoreng. Tentunya akan sangat sulit untuk berhenti total. Selain jumlah yang dibatasi, jangan lupa untuk selalu sertakan buah dan sayuran dengan jumlah yang cukup.

Kurangi Nasi Putih

Sejak Zauji divonis menderita diabetes, saya membatasi nasi putih sebagai sumber karbohidrat utama. Alhamdulillah Zauji menuruti saran saya dan menggantinya dengan nasi merah. Meski harus memasak dua jenis nasi yang berbeda, terlebih kami masih memasak dengan cara tradisional mengggunakan dandang, cara ini cukup jitu untuk menurunkan kadar gula Zauji.

Saya sendiri sudah makan nasi putih sebagai syarat lidah saya. Seperti orang Indonesia pada umumnya, rasanya belum lengkap alias belum makan bila tidak makan nasi dulu. Terkadang Ibunda protes dengan kebiasaan ini karena porsi makan saya semakin lama semakin ‘mengecil’.

Karena terasa hambar, saya pun mensiasati nasi merah dengan biji-bijian agar rasanya lebih enak sebagai cara hidup sehat dan awet muda. Nasi multigrain ini dibuat dengan cara mencampurkan beras merah dengan multigrain pada saat proses aron. Tak hanya sebagai nasi pokok, nasi multigrain dapat diolah menjadi nasi goreng kesukaan Zauji tanpa mengubah rasa.

Nasi goreng multigrain mix
Nasi goreng multigrain mix

Olah Raga

Saya bukan tipe orang yang senang berolah raga tapi dulu selama kurang lebih 4 tahun saya rutin mengikuti kelas yoga di sela-sela hari kerja saya. Kesenangan ini berakhir saat saya sering terkena vertigo yang membuat saya tak leluasa untuk melakukan gerakan yoga. Kursus renang pun terhenti karena beberapa gerakan juga justru memicu vertigo kambuh lagi.

Saat cuti studi dulu saya pun tergerak mengambil kelas gym yang bisa memilih berbagai jenis olah raga yang berbeda seperti zumba, line dance, yoga, tergantung waktu luang. Dan nasib kelas ini pun sama dengan kelas-kelas saya sebelumnya.

Mengukur Jarak Jalan Kaki dengan Amazfit Smartwatch

Tiga tahun terakhir, akhirnya saya memilih olah raga murah meriah dan super simpel yaitu jalan kaki. Sejak Zauji mengalami ablasio retina, olah raga berat atau rentan guncangan tak lagi diperkenankan sehingga jalan pagi menjadi pilihan kami.

Ini bukanlah pilihan yang buruk karena aktivitas pagi ini bisa kami nikmati berdua sambil mengobrol dan belanja (selalu, yaaa)

Berpikir Positif

Mungkin ada satu hal yang sulit dihilangkan dari pikiran saya. Saya selalu merasa gemuk.
Yup...perasaan itu ada sejak belasan kilo gram yang lalu.

Body positivity, belajar mencintai dan mensyukuri tubuh kita sendiri. Banyak orang yang mengataan seorang istri harus selalu menjaga penampilannya, Alhamdulillah Zauji tak banyak menuntut dan selalu mensyukuri rupa dan bentuk tubuh saya.

Body positivity bukan untuk penilaian orang lain namun untuk hati dan jiwa kita sendiri agar kita tetap memilih cara hidup sehat dan awet muda sebagai bentuk mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.

Related Posts

Post a Comment