Pengalaman Operasi Ablasio Retina Bagian 19

1 comment
operasi ablasio retina

Tahun 2024 menjadi tahun kelima bagi kami berdua berbagi pengalaman operasi ablasio retina. Terkadang, kami masih sering membicarakan bagaimana perjalanan ini berawal. 

Awal Ablasio Retina

Tak banyak yang terasa setelah kami terjatuh menghantam jalan aspal kecuali lengan dan kaki yang memar. Dan ternyata semua itu hanyalah awal dari rangkaian ‘pertemanan’ kami dengan ablasio retina, penurunan penglihatan akibat terlepasnya retina dari posisinya yang menyebabkan retina kurang mendapat asupan oksigen dan nutrisi yang otomatis mengganggu fungsinya sebagai pusat penglihatan.

Salah satu tanda yang dulu tak kami pahami adalah berkurangnya luas pandang. Karena terlambat dibawa ke rumah sakit mata, qodarullah, retina Zauji terlanjur lepas dan operasi menjadi satu-satunya ikhtiar untuk mengembalikan penglihatan Zauji. Awalnya kami berobat dengan biaya mandiri namun dokter menyarankan untuk menjalani pengobatan di Pusat Mata Nasional, RS Cicendo Bandung dengan bantuan BPJS.

Penanganan Ablasio Retina

Rasa takut dan bingung, itu yang kami rasakan. Alhamdulillah, Allah masih memberikan kemudahan melalui salah seorang sahabat saya yang rajin membantu saya selama Zauji menjalani 7 kali tindakan dalam waktu 10 bulan (September 2019 - Juni 2020). 

Tindakan ini dilakukan secara bertahap dari mulai pemasangan silicon oil 1300 cSt (silicon dengan viskositas paling ringan), silicon oil 5000 cSt, penyuntikan gas CF6, sceral buckling (pemasangan ikat silikon pada sklera atau bagian luar putih mata) dan silicon HD (Silicon dengan viscositas terberat).

Di awal persiapan operasi, dokter menyatakan secara teori silikon yang telah dipasang akan dievakuasi atau dikeluarkan kembali setelah 3 – 6 bulan pasca operasi. Namun hingga saat ini, Januari 2024, semua dokter sepakat untuk mempertahankan silikon oksana HD selama mungkin dengan harapan retina menempel dengan baik dan kuat.

Keputusan ini sendiri memiliki konsekuensi lain. Dokter telah beberapa kali merujuk pemeriksaan optical coherence tomography (OCT) dan Electroretinography (ERG) yang ternyata menunjukan adanya penurunan kualitas jaringan mata (termasuk papil yang semakin pucat) dan respon syaraf mata yang melemah. 

Zauji sendiri sudah merasakan penglihatan yang menghilang seluruhnya sejak tahun lalu. Hanya bayangan obyek saja untuk bisa membedakan terang dan gelap yang kini bisa dirasakan Zauji.

Sebelumnya dr. Rova Virgana, Sp.M(K) yang menangani Zauji saat ini pernah merencanakan untuk melakukan tindakan laser di mata kanan sebagai bentuk antisipasi memperkuat retina bila suatu saat nanti silikon HD harus dievakuasi, retina tetap menempel dengan kuat. Namun, tindakan laser ini diurungkan. 

Selain tidak akan mengembalikan fungsi penglihatan, tindakan laser dengan kondisi kornea mata kanan Zauji yang sudah keruh (keratopati) akan membuat laser sulit dilakukan dan bahkan akan diberikan secara berlebih sehingga berpotensi membuat retina berlubang yang pastinya malah akan memperburuk kondisi saat ini yang sudah stabil.

Di akhir tahun 2023, tekanan bola mata Zauji tiba-tiba naik menjadi 36 padahal Zauji tidak merasakan keluhan apapun seperti sakit di bagian mata, mata merah atau mual dan muntah. Nampaknya tubuh Zauji sudah mulai beradaptasi dengan tekanan bola mata yang tinggi. Namun berdasarkan pemeriksaan dokter, ada perubahan fisik pada kornea.

Berdasarkan pengalaman operasi ablasio retina yang telah kami lalui, kondisi abnormal ini tentunya sangat mengkhawatirkan. Dokter merujuk Zauji ke klinik glaukoma untuk mempertimbangkan tindakan tertentu seperti tindakan laser atau operasi membuat sodetan guna menurunkan tekanan bola mata. 

Tekanan bola mata yang tinggi akan membuat kornea rentan lecet yang mengakibatkan radang dan membuat kornea mata menjadi putih. Bagian kornea mata akan menipis dan membuat kornea jebol. 

Untuk sementara, dokter memberikan obat tetes penurun tekanan bola mata yaitu timol dan glaupac karena Zauji tidak cocok dengan obat penurun tekanan mata oral – glaucon dan aspar K- yang sering menyebabkan mual, muntah dan tremor di tangan.

Alhamdulillah, kedua obat ini berfungsi sehingga dua minggu kemudian saat diperiksa tekanan bola mata Zauji kembali normal di kisaran 11 sehingga dokter tak jadi merujuk Zauji ke glaukoma. Dokter mengarahkan untuk menghabiskan obat tetes yang masih tersisa.

Dokter juga meyakinkan kami, meski tetap diberi timol, tekanan bola mata tidak akan turun <11 dan akan tetap ada di rentang normal. Tekanan bola mata yang rendah menyebabkan bola mata akan kempis karena tidak berisi cairan.

Fungsi dan struktur mata

Dokter tak memberikan batasan atau larangan apapun dalam beraktivitas termasuk mengendarai motor, berenang dan bekerja menggunakan komputer seperti yang biasa Zauji lakukan. Dengan mata yang kini hanya berfungsi satu saja yaitu mata kiri, tentunya ada keterbatasan terutama blind spot yang harus diwaspadai.

Maha Besar Allah yang telah menciptakan tubuh manusia dengan luar biasa. Zauji sudah mulai beradaptasi dengan keadaan termasuk mensiasati agar luas pandang mata yang terbatas tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Sejak awal 2023, dokter hanya menganjurkan Zauji untuk kontrol setiap 6 bulan sekali saja untuk memantau tekanan bola mata yang harus tetap ada di kisaran normal, 10 - 24.  Sebetulnya beliau menyarankan agar kami kontrol satu tahun sekali saja kecuali ada kondisi darurat seperti tekanan bola mata yang sangat tinggi, sakit luar biasa atau pecahnya silikon.

Dan ternyata meski kondisi dapat dikatakan stabil, dalam artian Zauji tak merasa kesakitan, tekanan bola mata normal atau kondisi silikon tidak pecah atau rusak, ada ‘musuh mengintai’ kami. Meski fungsi mata sudah tak ada lagi, dokter tetap berikhtiar untuk menjaga struktur mata agar tetap seperti mata normal. 

Silikon HD membentuk ruang dalam bola mata sehingga menjaga struktur mata tetap berbentuk normal atau bulat alias tidak kences atau kempis.

Akhirnya kami memahami alasan mengapa dokter tetap mempertahankan silikon HD dan pentingnya menjaga tekanan bola mata. Meski secara fungsi sudah tidak bisa diupayakan secara medis namun secara struktur, dokter masih berikhtiar agar mata kanan Zauji memiliki bentuk normal. 

Kami juga tetap berikhtiar agar mata kiri Zauji tetap berfungsi normal. Jujur saja kami berdua sedikit parno. Dari penjelasan dokter, meski kini mata kiri saja yang berfungsi bukan berarti mata kiri lebih cape karena menanggung beban kedua mata kanan dan kiri sehingga kami tidak perlu terlalu khawatir. Saat ini Zauji rutin melakukan akupuntur di sebuah klinik di Bandung untuk menjaga kesehatan khususnya syaraf.
stuktur mata normal
Struktur mata normal (gambar : Canva)

Dari pengalaman operasi ablasio retina berkali-kali yang telah Zauji jalani, kami bersyukur masih bisa melewatinya hingga saat ini.  Semoga pengalaman yang berjilid-jilid ini memberikan hasil akhir yang bahagia di dunia dan akhirat kelak. Alhamdulillah a’la kulli hal.

Related Posts

1 comment

  1. Masya Alloh maaf sy Baru baca article yg ini..., hatur nuhun atas sharing nya, sy juga lg ikhtiar Dg terapi totok Kaki ,lebah & akupunktur

    ReplyDelete

Post a Comment