Belajar Bahasa Apalagi yaa???

Post a Comment
Saya mungkin termasuk orang yang menyukai belajar sesuatu yang baru. Di masa pandemi ini, rasanya saya semakin rajin untuk belajar banyak hal, salah satunya belajar bahasa. Berhubung sudah banyak bahasa yang saya pelajari, saya pun terpikir belajar bahasa apalagi yaaa?

Fiki Naki

Awal tahun ini saya terkagum-kagum dengan kemampuan Fiki Naki yang pandai berbagai bahasa dan sukses mendapatkan banyak teman baru di OME TV. Sebagai orang yang sering belajar bahasa asing, saya memahami kalau ada sebagian orang yang diberi karunia kemudahan menguasai bahasa. Beberapa orang terdekat saya begitu mudahnya pintar berbahasa asing sementara banyak orang mengeluh susahnya cas cis cus berbahasa inggris.

Kakek dan Nenek saya dari pihak Ibunda adalah salah sekian diantaranya. Beliau berdua fasih berbahasa inggris dan belanda, bahkan kakek saya adalah penerjemah saat bertugas di ketentaraan karena kefasihan beliau berbahasa jepang dan mandarin. Kakek saya dari pihak Ayah juga tak jauh beda, beliau juga paham bahasa belanda dan bahasa jepang karena pernah bertugas sebagai chef kepresidenan.

Beberapa cucu beliau ternyata mewarisi bakat kemudahan berbahasa asing seperti adik dan kakak sepupu saya. Dan ternyata keponakan saya mewarisi bakat mama nya. Sejak usia batita, keponakan saya sudah pintar berbahasa inggris hanya dengan hobinya menonton Disney Channel tanpa diajari siapapun termasuk mama nya yang notabene guru bahasa inggris. Dia lah yang menjadi partner saya mengobrol bahasa inggris di rumah.

Sejak duduk di bangku SMP, saya sudah tertarik dengan bahasa inggris. Entahlah mengapa saya punya hobi menghapalkan isi kamus bahasa inggris dan buku-buku conversation murah yang banyak tersedia di rumah. Barulah saat kuliah saya berkesempatan kursus bahasa inggris langsung dengan native speaker. Mungkin inilah satu-satunya kursus yang bisa dibilang berhasil untuk saya (kursus lain adalah kursus Fisika dan Matematika). Bahasa inggris ini lalu saya praktekan saat mengunjungi Istanbul di tahun 2014.

Bahasa Jepang

Meski tidak begitu mahir, kemampuan bahasa inggris saya bisa diandalkan (tapi nilai TOEFL selalu mentok di 530). Setelah lulus kuliah dan masih menganggur saya mengisi waktu untuk belajar bahasa jepang lalu ikut Nihongo Noryoku Shiken (TOEFL untuk bahasa jepang) dan berhasil lulus di level 4 (level terendah) hanya karena saya hobi membaca komik dan menonton Detektif Conan. Untuk pemula yang mempelajari hiragana, katakana dan kanji dalam waktu 6 bulan, ini sungguh pencapaian yang luar biasa.

Bahasa Jerman dan Bahasa Korea

Saat bekerja, saya kursus bahasa jerman karena kantor kami berkesempatan kerja sama dengan Indonesia German Institute yang mendatangkan konsultan langsung dari Jerman. Salah satu konsultan masih berteman baik dengan saya dan masih berkirim kabar melalui email hingga kini. 

Bahasa selanjutnya yang saya pelajari adalah bahasa korea karena salah seorang dosen asli korea membuka kursus gratis untuk mahasiswa. Namun kursus bahasa korea ini gagal total karena ketidakmampuan saya mengejar kemampuan teman-teman yang lain. Rasanya mati kutu kalau harus menganalisa bahasa lewat pemutaran video karena saya sama sekali bukan penggemar drakor atau K-Popers😪

Bergembira di Saung Angklung Udjo

Memasak Toppoki Bersama Mr. Lee

Bahasa Arab

Bahasa yang saya pelajari paling akhir adalah bahasa arab. Tahun 2014, saya berniat mengunjungi Baitullah. Malu rasanya bila saya tidak mempelajari bahasa al quran yang sejatinya adalah bahasa umat muslim. Dan benar, sebanyak apapun bahasa yang kita kuasai, tak ada artinya saat saya menginjakan kaki di tanah suci. Kemana bahasa inggris dan bahasa lainnya pergi...tak ada yang menanyai saya dengan bahasa-bahasa itu selama di sana.

Bila banyak yang mengatakan bahasa jermanlah bahasa yang tersulit dipelajari. Namun nyatanya, bagi saya, bahasa arab adalah bahasa tersulit. Biasanya apabila saya mempelajari suatu bahasa, saya selalu menyandingkan dengan tata bahasa inggris sebagai padanan. Tapi ini tidak berlaku untuk bahasa arab. Berlembar-lembar saya berlatih, tetap saja saya belum mengerti pola perubahan yang harus dipahami. Well, seperti saya harus belajar lebih keras lagi.

Meski kini tak lagi punya banyak waktu untuk mempelajari bahasa baru namun saya tidak akan menolak. Masih ada rusia, spanyol dan bahasa arab tentunya.... yang menarik untuk dipelajari.

Related Posts

Post a Comment