Pengalaman Nyaris Terjebak Scammer Cinta

15 comments
pengalaman nyaris terjebak scammer cinta

Saat usia merambat naik namun sang pujaan hati belum juga nampak kapan datang nya tentu nya akan membuat sebagian orang gelisah dan salah satu diantaranya adalah saya sendiri. Dari sekian banyak pengalaman menanti jodoh, salah satu yang akan selalu saya ingat adalah nyaris terjerat scammer cinta atau menjadi korban penipuan cinta.

Profesi Dokter

Alhamdulillah keluarga saya bukan termasuk keluarga yang ‘julid’ atau iseng bertanya saat keluarga besar kami bertemu di hari lebaran.  Meski Ibunda tak terlalu rewel ‘menagih’ kapan punya mantu (lagi), saya bisa merasakan kekhawatiran beliau. Hal ini terlihat dengan antusias nya beliau saat ada orang yang ingin mengenalkan saya pada seseorang

Saya masih ingat, malam itu Blackberry saya berbunyi – yup betul sekali Blackberry yang dulu sempat booming dengan fitur BBMnya-. Seseorang mengirim pesan SMS yang menyatakan beliau teman SMP Uwa saya yang sudah lama tak jumpa. Beliau menyebut dirinya Pak Indra.

Karena beliau membawa nama Uwa saya, saya pun iseng menanyakan langsung pada uwa saya via telepon. Jujur saja, Uwa saya ini termasuk gaptek sehingga saya yakin beliau tak hapal nomor HP saya. Uwa saya pun mengiyakan kalau beberapa hari yang lalu ada seseorang yang menelpon dan mengaku sebagai Pak Indra sebagai teman uwa di SMP dulu.

Meski Uwa mengaku tak mengingat Pak Indra, Uwa merespon keinginan Pak Indra untuk mengenalkan keponakannya dengan putri atau kenalan Uwa. Dan tentunya ini disambut Uwa dengan suka cita karena teringat salah satu keponakannya masih belum menikah. Karena tak hapal nomor HP saya, Uwa memberikan nomor rumah untuk menghubungi Ibunda.

Dari Ibunda inilah Pak Indra mendapatkan nomor saya. Meski saya berniat tak bercerita pada Ibunda namun Ibunda sendiri yang menanyakan apakah Pak Indra sudah menghubungi saya dan mewanti-wanti saya untuk merespon niat Pak Indra dengan baik-baik.

Pak Indra sendiri cerita pada Ibunda kalau salah seorang keponakannya yang berprofesi sebagai dokter di Kalimantan sedang mencari jodoh. Dokter itu pun sedang dalam proses pindah ke RSCM Jakarta sehingga berniat untuk mencari calon istri lewat Pak Indra yang memang berdomisili di Jakarta.

Namun berhubung Uwa tetap bersikukuh tak bisa mengingat sosok Pak Indra. Saya hanya membalas pesan beliau dengan kalimat singkat, “Silakan ngobrol kemballi dengan Pak E**ie (nama Uwa), bila beliau sudah ingat Pak Indra, baru kita ngobrol lagi.” Selanjutnya saya tak lagi merespon SMS apapun yang dikirim Pak Indra hingga akhirnya SMS itupun berhenti.

Lulusan UNPAD

Lima tahun berselang, kali ini saya menerima telepon di ruang kerja saya. Sang penelpon sebut saja Pak Alex menyebut nama saya dan mengaku pernah bertemu saya waktu berkunjung ke kantor kami. Beliau menyampaikan bekerja di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pernah bertamu bersama 3 rekan lainnya dan berbincang dengan saya kala itu. Jujur saja, saya sedikit kebingungan karena kami tak pernah berkegiatan dengan OJK (tentunya kantor kami tak pernah ada kerja sama atau hubungan apapun dengan OJK). 

Beliau menepis kebingungan saya dan mengalihkan pembicaraan beliau ingat saat bertemu dulu saya masih berstatus single dan bertanya apakah saya sudah menikah atau belum. Saya menjawab dengan jujur. Beliau juga menanyakan berapa umur saya. Lagi-lagi saya menjawab dengan jujur dan mengatakan kalau saya baru saja berulang tahun yang ke** dua hari sebelumnya. Beliau menanyakan dengan ramah apakah saya berkenan untuk dikenalkan dengan putra sahabatnya yang berprofesi dengan dokter di Maluku. Beliau ijin untuk meminta no HP saya dan menyampaikannya pada orang yang akan dikenalkan.

Karena posisi sedang berada di kantor sayapun bercerita pada sahabat saya. Sahabat saya mendukung saya bila ingin mencoba berkenalan dan berjanji akan mendampingi saya. Saya pun bercerita pada Bibi saya sebagai perwakilan orang tua. 

Malamnya, telepon berdering dan suara lelaki mengaku bernama Hadi dengan logat seberang terdengar di ujung telepon. Karena saat itu sedang berada di RS, saya berjanji akan melanjutkan percakapan bila sudah sampai di rumah.

Pembicaraan berlanjut saat tiba di rumah. Hadi mengaku baru saja selesai acara perpisahan. Suasana di belakang nya sunyi dan saya menduga karena waktu tentunya sudah menunjukan jam 11.00 WIT disana. Hadi bercerita bila dia berasal dari Payakumbuh, Sumatera Barat dan telah lama yatim piatu karena kedua orang tua dan adik-adiknya tewas dalam kecelakaan di Kelok Sembilan. 

Pak Alex sebagai sahabat keluarga mengangkat Hadi sebagai anak dan menyekolahkannya di Bandung hingga lulus kuliah kedokteran di Universitas Padjadjaran. Saya pun menyatakan kalau salah seorang kakak sepupu saya juga berkuliah di kedokteran Unpad dan kini menjadi dokter bedah syaraf di sebuah rumah sakit di Bekasi. Mengingat usianya yang sebaya dengan kakak sepupu saya, tentunya mereka akan saling kenal bila memang dulu kuliah di almamater yang sama. Namun sayangnya pertanyaan saya ini tak mendapat respon apapun. 

Terbersit rasa heran saat saya bercerita keponakan saya yang sedang dirawat karena thypoid disease, Hadi tak merespon apapun selayaknya seorang dokter yang mendengar riwayat medis seseorang. Bagi saya hal ini sangat tidak lazim, tak ada pertanyaan atau nasihat terkait penyakit keponakan saya. Hadi hanya berfokus pada kisah hidup saya dan menasehati saya agar sabar dan selalu bersyukur. 

Hadi juga bercerita tentang niatnya untuk kembali ke Pulau Jawa dan sedang berupaya untuk pindah ke RS Hasan Sadikin Bandung. Karena sudah larut (di Maluku tentunya sudah hampir tengah malam), kami menyudahi telepon.

Keesokan harinya, begitu sampai di kantor saya membuka web yang memuat alumni Fakultas Kedokteran Unpad. Saya melihat nama kakak sepupu saya begitupun nama teman-teman saya yang memang meneruskan kuliah di FK Unpad selepas lulus SMA. Namun saya tak menemukan nama Hadi di beberapa angkatan berdekatan dengan kakak sepupu saya. Teman saya yang tak lagi berpraktek dokter karena beralih profesi menjadi pengacara dan politikus pun masih tercatat sebagai alumni. Hmmm, aneh bukan!

Tak lama kemudian, Hadi kembali menelpon saya, kali ini meminta bantuan meminjam rekening saya untuk transaksi penjualan rumah dan mobil di Maluku. Saya menjawab dengan heran, kenapa Hadi tidak menggunakan rekeningnya sendiri. Hadi menjawab berhubung akan pindah ke Bandung tentunya rekening transaksi penjualan harus rekening yang dibuka di Bandung karena nanti uangnya akan dicairkan di Bandung juga. 

Saya pun menerangkan bila rekening bank itu online bisa diakses dimana saja meski kita sudah berpindah kota. Meski tak lagi tinggal di Maluku, Hadi tetap bisa mencairkan uangnya di Bandung atau dimana saja. Rasanya ini adalah pengetahuan dasar yang pasti diketahui siapapun yang memiliki rekening di bank. Dan tentunya saya tidak terbersit kalau ini adalah modus dari scammer cinta.

Saya juga bertanya mengapa Hadi tak menitipkan ke Pak Alex atau kerabat lainnya atau teman-teman kuliahnya yang notabene pasti masih ada yang tinggal di Pulau Jawa. Hadi memberikan alasan bahwa dia sungkan dengan Pak Alex dan tak punya kenalan di Jawa kecuali saya. Hmm, lagi-lagi saya tak habis pikir. Masa sih sekelas dokter, tak punya teman sama sekali,ya? Entah sesama alumni atau sesama dokter.

Saya bilang tak bisa seperti itu. Tak bisa menitipkan uang pada seseorang yang tak dikenal atau baru dikenal. Bisa jadi saya ini orang jahat. Hadi terus menerus menyakinkan saya kalau dia mempercayai saya. Dan dia bilang tak apa menitipkan pada saya karena dia percaya saya dan berniat dekat dan serius dengan saya sehingga mempercayakan uang hasil penjualan rumah dan mobil itu pada saya.

Meski ingin berkata tak sopan namun saya menahan diri untuk tak berkata kasar dan mengakhiri telepon dengan kalimat santun yang intinya saya menolak dan menyuruh dia mencari orang lain saja.

Saya pun menghubungi seorang teman yang bisa melacak keberadaan seseorang. Beberapa jam kemudian posisi Hadi ini terlacak berada di Medan, Sumatera Utara (lengkap dengan alamatnya) dan saya pastikan Hadi ini seorang penipu. Saya pun mengiriminya pesan karena nomor HPnya masih aktif: “Selamat pagi, Kota Medan. Lokasi Anda sudah terlacak.” -

Saya pun mencari tahu bagaimana bisa telepon ‘Pak Alex’ nyasar ke ruangan saya. Dan ternyata ‘Pak Alex’ ini secara random bertanya kepada operator telepon kantor pura-pura lupa nama karyawan yang masih single yang dulu ditemuinya saat berkunjung ke kantor. Tentunya saja secara spontan, operator teringat pada saya dan langsung menyambungkan telepon ke ruangan saya. Saya pun lalu mengingatkan operator untuk tak asal memberikan sambungan telepon bila tak jelas maksudnya.

Saat itu saya tidak mengenal scammer cinta dan tak menyadari nyaris sekali saya menjadi korbannya. Jarang membicarakan dengan orang lain kecuali dengan Zauji, ternyata modus ini masih dipraktekan bertahun-tahun kemudian saat saya berkenalan dengan Bunda Fey dari Komunitas Waspada Scammer Cinta. Apa sih scammer cinta itu? Yuk kita kenali di kisah selanjutnya!

Related Posts

15 comments

  1. Lumayan mengerikan modus-modus orang jahat zaman sekarang, sampai perihal cinta pun dijadikan ladang bisnis penipuan. Para zomlo harus hati-hati banget dengan para scammer cinta kaya gini, it's dangerous

    ReplyDelete
  2. Subhanallah ada-ada saja usaha orang jahat untuk menipu orang lain. Berbagai celah terus diulik, berharap kita lengah. Alhamdulillah Mbak bisa bersikap waspada. Terima kasih telah berbagi informasi bermanfaat.

    ReplyDelete
  3. Wow, ternyata ada juga ya modus penipuan seperti ini, syukur alhamdulillah mbak tidak sampai terpesona dengan mereka hehehe... mungkin bisa jadi bahan pembelajaran buat mbak2 yang lain biar tidak mudah baper dan harus selalu waspada, karena sering kali yang menjadi target adalah wanita.

    ReplyDelete
  4. Harus banget ekstra hati² zaman sekarang ya mbaaa... Modus penipuan sudah merebak dengan berbagai cara...

    ReplyDelete
  5. Apalagi dunia maya yang udah masuk international lebih parah dan ngeri ngeri pake banget. Bisa" nyawa taruhannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepertinya modus seperti ini memang ada di berbagai negara ya

      Delete
  6. Duh orang-orang yang tidak punya hati, saya pun beberapa kali hampir terjebak hal seperti ini, mereka dengan mudahnya mempermainkan orang

    ReplyDelete
  7. Wah ngeri banget. Mbak menong keren bisa sesabar itu meladeni Hadi. Kalo saya mungkin udah ngomel2 marah2 do telepon dan langsung saya blokir. Wkwkwk..

    Kalo sekarang ini yang paling saya khawatirkan justru orang tua. Krn modus penipuan begini kan macam2. Nah orang tua yang baru melek teknologi ini yang rawan..

    ReplyDelete
  8. Halo mbak. AKu baru ngeh dengan scammer cinta seperti ini loh. DUh, mengerikan sekali ya jenis penipuan ini. Untung saja mbak lekas sadar dengan logika. Mbak juga masih sabar dan santun terhadap oknum itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan santun sih...saya cuman tidak terbiasa 'kasar' sama orang...hahaha

      Delete
  9. Semua akan tampak mencurigakan begitu minta rekening 😆😆😆😆 bener seperti uraianmu mbak.. Pengetahuan dasar soal perbankan tuh kita mesti tahu supaya gak gampang di tipu..

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah dalam situasi begini mbak Menong berpikir normal ya. Temenku kena begini dan dia percaya lho mbak. Aku gemes ya, udah disadarin tapi udah kepalang mabok cinta buta. Akhirnya diporotin dah sama tu penipu yang mengaku anggota wkwk. Mau mengumpat tapi kasian uangnya habis banyak mbak. Semoga nggak ada lagi orang yang langsung bulet-bulet percaya penipu model gombal begini ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Duuh kasihan ya...sebetulnya tanda-tanda penipuan ini sudah muncul sejak awal. Pokoknya yang berhubungan dengan uang bisa pertanda red flag bagi sebuah hubungan (teman atau teman spesial)

      Delete
  11. Keren Mbak bisa waspada dan berhati-hati tidak mudah terpengaruh tipuan kayak begini ya jadi terhindar dari bahaya. Sepupuku hampir kena lho sampai mau transfer duit untung pas ada mamaku yang melarangnya jadi luput dari bencana

    ReplyDelete
  12. Modusnya banyak banget ya, saya pernah di modusin dapat hadiah nyuruh saya ke atm buat cek. Karena dah tahu ga beres, saya pun minta dia telpon ulang. Jam 11 siang , waktu itu telponnya ke lain operator dianya. Sampai sampai marah dia, telponnya habis banyak

    ReplyDelete

Post a Comment