Oleh-oleh tak hanya bermanfaat sebagai bagian dari barang bawaan kita tapi juga untuk berbagi kebahagian dengan orang lain yang tak ikut serta. Kali ini saya akan memberikan tips membeli oleh-oleh yang bisa teman Menong coba.
Siapa saja yang akan diberi oleh-oleh
Nah ini dia, poin pertama yang harus teman Menong perhatikan. Pastikan teman Menong sudah memiliki list siapa saja yang akan diberi oleh-oleh. Teman Menong bisa juga membaginya menjadi oleh-oleh spesial untuk keluarga dan oleh-oleh umum untuk keluarga dan teman.
![]() |
Oleh-oleh Khas Turki |
Dahulu saya selalu membelikan oleh-oleh kain khas daerah untuk Ibunda, Ibunda Zauji dan kaos cinderamata untuk kedua keponakan saya yang masih kecil. Berhubung Ibunda dan Ibunda Zauji sudah tak lagi menjahit baju sendiri dan kedua keponakan saya sudah beranjak besar, akhirnya saya hanya membelikan makanan khas daerah saja.
Ini juga tak bertahan lama karena euforia mencoba makanan khas daerah memudar hanya menyisakan beberapa jenis makanan saja yang paling disukai seperti bakpia dari Yogya, lumpia dan bandeng presto dari Semarang, mochi dari Sukabumi atau Cianjur, bumbu petis dan kerupuk udang dari Cirebon.
Untuk saudara atau teman-teman, kami membelikan makanan yang bisa dibeli dalam jumlah banyak seperti kacang disko dari Makassar, kerupuk kemplang (tentunya ukuran sedang ya) dan pempek dari Palembang atau bakpia dari Yogya.
![]() |
Pempek Palembang |
Kami sudah tak pernah membelikan oleh-oleh berupa kain atau kaos karena harganya yang mahal bila dibeli dalam jumlah banyak atau gantungan kunci dan benda kecil lainnya yang relatif jarang terpakai.
Dana yang telah disiapkan
Saya dan Zauji tidak mewajibkan diri sendiri untuk membelikan oleh-oleh karena pasti akan berhubungan dengan dana yang kami miliki. Sebelum menikah, saya selalu mengalokasikan dana untuk membelikan Ibunda dan adik saya kain khas daerah dengan kualitas menengah.
Setelah saya menikah, dana yang harus disiapkan pastinya bertambah karena saya ingin membelikan sesuatu untuk Ibunda Zauji, ipar dan keponakan. Namun, karena Ibunda Zauji tipe perempuan yang jarang membeli baju baru, akhirnya saya memilih membelikan makanan.
Kebiasaan ini juga bergeser karena beliau sangat jarang ngemil sehingga seringkali makanan itu akhirnya saya berikan kepada yang lain. Dana yang tadinya digunakan untuk oleh-oleh, kami berikan sebagai tambahan uang bulanan.
Banyak yang menyarankan untuk tidak membeli oleh-oleh di tempat wisata baik di lapak atau penjaja keliling karena harganya cenderung lebih mahal. Pendapat ini ada benarnya karena penjual sering menaikan harga kepada pembeli yang berasal dari laur daerah. Hal ini mungkin disebabkan pembeli tidak mengetahui harga dasar dan kemampuan untuk menawar dalam bahasa daerah setempat juga kurang. Selain itu kualitas juga tidak dijamin keasliannya.
Sebagai alternatif, teman Menong bisa membelinya di toko khusus oleh-oleh atau suvenir yang ada di beberapa kota seperti Toko Mirota atau Pasar Beringharjo di Yogyakarta, toko Mochi Lampion di Jl. Bhayangkara di Sukabumi, toko Bravo di Kendari, atau toko resmi Bolu Susu Lembang yang nge hits di Bandung.
Dari pengalaman saya, dari sekian daerah di Indonesia, harga oleh-oleh kain khas yang terjangkau, dari murah hingga sangat mahal untuk oleh-oleh kain, dapat teman Menong temukan di Makassar Sulawesi Selatan dan kawasan oleh-oleh di Jalan Pattimura Pontianak. Pastinya harga ini akan bervariasi berdasarkan kualitas barang. Toko ini juga menyediakan beraneka camilan.
Lakukan riset mengenai oleh-oleh khas daerah
Saat akan menentukan jenis oleh-oleh, biasakan untuk melakukan riset seperti jenis makanan atau kain khas daerah apa yang bisa teman Menong pilih. Agar terkesan otentik, pastikan oleh-oleh yang teman Menong beli memang berasal dari daerah yang teman Menong kunjungi.
Terlebih bila teman Menong berbelanja di toko suvenir atau oleh-oleh, akan banyak dijumpai produk luar daerah yang juga dijual di toko tersebut. Rasanya akan aneh bila teman Menong membawa oleh-oleh khas Bandung seperti Brownies Amanda saat berkunjung ke Surabaya atau batik made in Pekalongan saat membeli oleh0oleh di toko Krishna, Denpasar.
Jangan lupa untuk menanyakan tanggal kadaluarsa. Bila berniat membeli makanan sebagai oleh-oleh, pilih selalu jenis makanan yang awet dan tahan lama. Beberapa makanan basah memiliki batas kadaluarsa yang masih bertahan di perjalanan seperti bandeng dan lumpia basah semarang atau batagor bandung.
Kemas oleh-oleh dengan baik dan aman. Umumnya toko suvenir akan menyediakan jasa packing gratis. Teman Menong hanya perlu membeli dus yang bertuliskan logo toko. Toko akan membantu merapikan dan mengemasnya hingga memberi label dan tali yang praktis untuk dimasukan ke bagasi atau kabin.
Salah satu oleh-oleh favorit saya adalah Ayam Betutu Bali. Alhamdulillah, penjual memberikan layanan antar dan mengemasnya dengan aman hingga bisa kami nikmati di Bandung.
![]() |
Ayam Betutu Bali |
Saat ke Payakumbuh, saya nekad membeli martabak mesir yang terkenal enak dan menyimpannya dalam freezer selama dua malam (saya selalu membawa tupperware). Sayangnya saya lupa dengan kuahnya yang mengandung cuka sehingga bocor di perjalanan membasahi barang saya yang lain.
Ingat bagaimana membawanya
Sering kali kita lapar mata saat berbelanja oleh-oleh sehingga melupakan cara untuk membawanya. Bila teman Menong bepergian menggunakan kendaraan pribadi, barang bawaan (koper) akan bertambah dengan oleh-oleh sehingga space kendaraan berkurang.
Bagi teman Menong yang menggunakan kendaraan umum, perhatikan kapasitas kabin atau bagasi yang diijinkan. Terlebih beberapa maskapai menetapkan berat barang dan jumlah tentengan maksimum untuk setiap penumpang.
Dulu, saat saya nekad membeli 3 buah selimut khas Lombok, saya merelakan menukar sebagian barang saya dalam koper untuk disimpan dalam tas kecil dan ditenteng demi memasukan selimut. Saya memang selalu membawa tas ekstra saat berpergian jauh.
Salah seorang teman saya juga terpaksa membayar kelebihan bagasi hingga hampir Rp. 500.000. tentunya bukan hal yang menyenangkan ya! Jangan lupa selalu menerapkan tips membeli oleh-oleh agar kenangan setiap perjalanan terangkai indah.
Dari seringnya melakukan perjalanan ke tiap daerah, pasti tidak melupakan untuk beli oleh2 khas daerah tersebut. Oleh2 berupa sovenir atau kain sangat khas dan bisa dijadikan kenangan, namun juga makan tempat.
ReplyDeleteAku kalau bepergian, sekarang oleh2nya cuma makanan aja, nggak pernah beli yang lain-lain. Emang lebih repot sih bawa makanan, tapi harganya terjangkau. Lumayan hemat budget, aku keluarga besar soalnya.
ReplyDeleteBulan kemaren saya ke malang juga cuma beli brownies tugu malang aja sama sayuran. Beli buat banyak keluarga soalnya jadi pilih yang terjangkau. Dan ya, kena tipu penjual deh. Mungkin karena saya juga masih kecil, nggak ada wajah biasa ke pasar juga wkwk.
ReplyDeleteKalau kemana-mana, oleh-oleh yang pengen dibeli buat keluarga itu pasti makanan. Karena nggak ada di daerah kita, jadinya merasa wajib untuk nyobain. Tapi, yang ada jadi kalap, rasanya pengen diborong semua. Tetep janga lapar mata dan beli secukupnya ya. Apalagi sampai harus nambah bagasi gitu, huhu.
ReplyDeleteSaya juga dulu pernah membeli oleh-oleh berupa gantungan kunci di Pangandaran. Selain memang lucu, harganya pun relatif lebih murah dibanding oleh-oleh lain. Saya membeli cukup banyak, tetapi tampaknya kebanyakan dari gantungan kunci itu tidak terpakai.
ReplyDeleteSaya juga tipe jarang bawa oleh oleh, cuman suka aja ada yang iseng nanyain. Mana oleh olehnya 😅. Padahal kalau makanan suka bisa beli di online. Soalnya bener bgt bayar bagasi lebih nyessk
ReplyDeleteKalo beli oleh-olehnya direncanain gini memang lebih memuaskan dan berkesan ke trip kita. Karena perjalan bukan cuma tentang kita yang hepi tapi berbagi dengan yang di rumah atau teman kita ya. Biasanya memang yang sering lupa itu bawa tas ekstra buat wadah oleh-oleh yang sesuai, dan juga kemampuan kita membawanya.
ReplyDelete