Masih bercerita mengenai Hari Guru Nasional 2024 yang jatuh pada hari senin lalu, saya teringat salah satu guru luar biasa yang tampil dalam film The Miracle Worker. Film ini menceritakan kisah seorang guru inspiratif yang membimbing anak tuna netra sekaligus tuna rungu yang kelak menjadi salah satu tokoh penting yang popular.
Anak Berkebutuhan Khusus
Sejak lama saya tertarik dengan dunia anak berkebutuhan khusus (ABK). Selain karena saya mempunyai beberapa keponakan ABK, saya juga telah lama berminat menjadi relawan pembaca buku untuk penyandang tuna netra.
Beberapa kenalan saya juga berprofesi sebagai guru Sekolah Luar Biasa yang pastinya berbeda dengan guru sekolah biasa. Dari mereka saya mendapatkan banyak cerita dan pengalaman menarik. Saya juga mengikuti beberapa akun di media sosial yang menampilkan keseharian orang tua/pendamping ABK. Dengan belajar mengenai ABK, setidaknya saya bisa memahami dan mensupport adik saya yang Allah pilih menjadi orang tua bagi anak calon penghuni surga. Aamiin.
The Miracle Worker
The Miracle Worker tayang perdana di tahun 2000. Entah kapan saya pertama kali menontonnya yang pasti saya terkesan dengan alur cerita dan pemain utamanya, seorang gadil cilik yang kelak saya ketahui adik kandung dari pemeran utama The Social Network.
Film ini menuturkan kisah nyata Hellen Keller, seorang aktivis Hak Asasi Manusia (HMA) asal Amerika Serikat berkebutuhan khusus, tuli, bisu dan buta di usia 19 bulan. Kondisi ini pastinya menyulitkan Helen untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya termasuk orang tuanya sehingga membuatnya mudah marah dan cenderung tak bisa diarahkan.
Karena sang Ibu tak mau jauh dari putrinya membuat ayah Helen memutuskan memanggil seorang guru untuk mengajari Helen. Anne Sullivan alumni sebuah sekolah terpilih karena kondisi Anne yang ternyata memiliki kelainan penglihatan dianggap sebagai guru terbaik yang bisa memahami Helen.
Setibanya di kediaman Keller, Anne melihat bagaiman Helen diperlakukan dengan istimewa oleh keluarganya sehingga Helen cenderung sukar diatur dan seenaknya sendiri. Helen sendiri terlihat seperti anak yang cerdas sekaligus manja karena semua orang menuruti apapun keinginannya.
Di suatu waktu, saat Anne menyadari Hellen terbiasa makan dengan cara mengambil makanan dari piring orang lain, Anne menyadari kedisiplinan bisa jadi pola asuh terbaik untuk mengajar Hellen. Dan proses ini memerlukan ketegasan dari smeua orang termasuk kedua orang tua Hellen.
Awalnya ayah dan ibu Hellen keberatan setelah Anne mencoba meyakinkan keduanya untuk mengijinkan Anne bersikap lebih tegas dengan cara (pura-pura) pergi keluar kota dan menetap dalam sebuah rumah berdua saja Anne dan Hellen.
Selama dua minggu, Anne dengan sabar mengajari Hellen tata krama sekaligus mengenalkannya dengan bahasa isyarat untuk berkomunikasi yaitu bahasa dengan menggunakan gerakan jari atau sandi yang diletakan di telapak tangan. Lambat laun, Hellen mulai menunjukan perubahan tingkah lakunya.
Namun ada saat waktu habis, kedua orang tua Hellen keberatan atas permintaan Anne untuk meneruskan metode belajarnya ini. Alhasil, begitu Hellen kembali kerumah, Hellen kembali kepada kebiasaan lamanya yang tak mau diatur.
Post a Comment
Post a Comment