Pengobatan Kanker Setelah Kemoterapi Selesai

Post a Comment
Pengobatan kanker setelah kemoterapi selesai

Tahun 2022 menjadi tahun kedua Ibunda menjalani pengobatan kanker. Berpindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit, satu dokter ke dokter yang lain, ikhtiar ini kami jalani demi menyelesaikan pengobatan kanker setelah kemoterapi selesai di bulan Agustus 2020. 

Rangkaian Pengobatan Kanker Payudara

Saat Ibunda mengatakan ada benjolan di payudara kiri, saya langsung mendaftarkan beliau di bagian bedah umum RS Hermina Arcamanik Bandung. Pasca operasi biopsi, dokter menyarankan mastektomi langsung karena hasil diagnosa menunjukan adanya sel karsinoma atau kanker.

Ibunda termasuk tidak rewel dalam berobat sehingga mastektomi dilaksanakan beberapa minggu kemudian yang dilanjutkan dengan kemoterapi di RS Santosa Kopo Bandung meski hasil mastektomi menunjukan tidak ada penyebaran kanker di bagian paru-paru dan limpa. Kemoterapi yang berlangsung selama 4 bulan untuk 6 siklus (6 kali pemberian obat kemoterapi setiap 3 minggu sekali).

Alhamdulillah kondisi Ibunda terus membaik pasa kemoterapi sehingga kontrol rutin dapat dilakukan setiap bulan. Dokter juga menyarankan pemeriksaan imunohistokimia untuk memastikan jenis kanker yang diderita Ibunda. Karena hasil imunohistokimia menunjukan hasil yang baik, hingga pertengahan tahun 2022, dokter bedah onkologi hanya memberikan resep herbal untuk menjaga daya tahan tubuh Ibunda karena Ibunda relatif dapat beraktivitas normal. 

Atas saran beberapa orang, saya meminta dokter untuk melakukan pemeriksaan tambahan berupa USG perut dan rontgen dada. Alhamdulillah keduanya menunjukan hasil yang menggembirakan hingga dokter merujuk Ibunda untuk melakukan kontrol setiap tiga bulan sekali.

Selama berobat, Ibunda memanfaatkan fasilitas BPJS mandiri kelas satu untuk menanggung semua biaya dari mulai biopsi, mastektomi, kemoterapi termasuk pemeriksaan darah, jantung, USG, rontgen dan lainnya. Beberapa biaya memang kami keluarkan untuk mempercepat waktu pemeriksaan.

Rujukan di Faskes 1

Seperti biasa, saat berobat menggunakan BPJS, selain tagihan pembayaran BPJS, teman Menong harus memastikan rujukan dari faskes 1 ke faskes berikutnya masih berlaku. Kami sengaja memilih klinik Pratama dekat rumah bukan Puskesmas dengan pertimbangan antrian di klinik relatif lebih sedikit dan buka hampir 24 jam. 

Dokter di faskes 1 tidak mensyaratkan Ibunda untuk datang langsung saat akan memperpanjang rujukan. Namun karena kami ingin menceritakan rangkaian pengobatan kanker payudara yang telah kami lakukan, saya mengajak Ibunda untuk menemui dokter di klinik.

Dokter umum dan petugas administrasi di klinik juga sangat baik dan kooperatif. Dokter juga memeriksa luka bekas mastektomi dan memastikan dalam kondisi yang baik.
Anehnya, petugas di faskes 1 kesulitan untuk mendaftarkan Ibunda ke RS Santosa Kopo Bandung. Padahal biasanya proses ini bisa dilakukan dalam hitungan menit saja. Setelah dicoba berkali dan terus menerus ditolak, petugas meminta kami untuk kembali beberapa hari lagi karena ada sistem yang error.

Sayangnya beberapa hari kemudian, sistem di komputer masih belum bisa terkoneksi dengan RS Santosa Kopo. Akhirnya saya inisiatif untuk menanyakan langsung ke RS Santosa Kopo. Petugas sekuriti di bagian bedah onkologi mengatakan bila pasien dari faskes 1 sudah tidak bisa lagi dirujuk langsung ke RS Santosa Kopo sejak bulan Juni 2022 karena adanya perubahan tipe kelas.

Karena masih penasaran, saya berinsiatif bertanya langsung ke bagian BPJS RS Santosa Kopo. Secara administrasi, RS Santosa Kopo memiliki sistem yang sangat rapi dan memberikan kemudahan layanan bagi pasien. Seperti halnya saat pertama kali mendaftarkan Ibunda di rumah sakit ini, petugas khusus BPJS melayani semua pertanyaan pasien secara tatap muka.

Jawaban yang jelas dan runut memberikan pencerahan. Usut demi usut, penolakan ini terjadi karena adanya perubahan tipe kelas RS Santosa Kopo yang asalnya Kelas B menjadi Kelas A. Hal ini berarti dari faskes 1, Ibunda harus dirujuk ke faskes 2 kelas B terlebih dahulu. Bila di faskes 2 kelas B tidak bisa ditangani, pasien akan dialihkan ke faskes 3 kelas A.

Hal ini berarti Ibunda tidak boleh dirujuk langsung ke RS Santosa Kopo dan harus mencari rumah sakit tipe kelas B terlebih dahulu. Setelah mencari informasi mengenai bedah onkologi di berbagai rumah sakit yang tak jauh dari rumah, akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan pengobatan di RS Al Islam Bandung.

Ibunda sendiri sering berobat di RS Al Islam Bandung karena dekat dengan rumah dan dapat dijangkau dengan satu kali angkot saja. Saya sendiri mencari jadwal dokter bedah onkologi dan cara mendaftarkan Ibunda sebagai pasien baru.

Bedah Onkologi RS Al Islam Bandung

Berhubung Ibunda pernah berobat di RS Al Islam, Ibunda diperbolehkan untuk daftar via telepon 022 7506078 untuk mendapatkan nomor antrian. Jangan lupa sebutkan nomor rekam medis untuk data pasien. Hanya ada satu dokter bedah onkologi di RS Al Islam Bandung yaitu dr. Rian Robian, Sp.B(K)On, FINAC, FICS setiap hari Senin dan Kamis jam 14.00 – 16.00 WIB. Dari segi waktu, jadwal ini lebih memudahkan karena selain dekat, Ibunda juga tak perlu lagi berobat hingga malam hari.

Karena baru pertama kali berobat di bagian bedah onkologi, kami harus mengikuti prosedur pendaftaran pasien. Petugas sekuriti memberikan tips agar antrian pendaftaran tidak terlalu lama. Karena Ibunda dikategorikan lansia, kami diijinkan untuk mengambil nomor urutan khusus lansia. 

Kami juga datang jam 13.00 WIB dan tak perlu datang di pagi hari (atau subuh) seperti antrian BPJS di rumah sakit pada umumnya,.

Persyaratan administrasi BPJS sendiri tidak terlalu banyak, cukup dengan surat rujukan dari faskes 1, KTP dan kartu rekam medis, Ibunda sudah mendapatkan nomor antrian di klinik bedah onkologi. Pasien bagian onkologi di RS Al Islam Bandung tak sebanyak RS Santosa Kopo. Ibunda mendapatkan nomor antrian kelima dari 10 orang pasien. 

Sebelumnya saya menyempatkan waktu berbincang dengan pasien lain yang telah lama berobat di RS Al Islam untuk mencari informasi seputar dokter Rian yang akan kami temui nanti.

dr. Rian Robian, Sp.B(K)On, FINAC, FICS

Rupanya dokter Rian terhitung masih muda untuk ukuran seorang dokter spesialis kanker. Seperti biasa saya menerangkan perjalanan Ibunda dari A – Z, pengobatan apa saja yang telah Ibunda terima dan bagaimana kondisi Ibunda saat ini. Saya pun menjelaskan kalau kondisi Ibunda sudah dinyatakan baik sehingga hanya perlu kontrol 3 bulan sekali.

Tak disangka, dokter Rian memberikan pernyataan yang cukup menohok dan menegur saya atas dasar apa bila Ibunda dinyatakan sehat dan sembuh dari kanker. Beliau menerangkan bahwa seorang pasien tidak boleh sembarangan dinyatakan telah bebas kanker hanya karena dapat beraktivitas dengan normal.

Beliau pun menanyakan hasil pemeriksaan apa saja yang telah dilakukan setelah kemoterapi selesai. Hanya hasil USG perut dan rontgen yang kami bawa (hasil immunohistokimia pun lupa tak saya bawa saat itu). Dokter menanyakan apakah Ibunda telah melakukan scan tulang dan pemeriksaan darah.

Dokter memberikan rujukan agar keduanya dapat dilakukan segera. Sebagai pertimbangan, saya memilih untuk menggunakan biaya mandiri di laboratorium terdekat karena bila tetap ingin menggunakan BPJS, kedua pemeriksaan tersebut hanya dapat dilakukan di RS Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung yang pasti harus mengikuti antriaan hingga 3 – 6 bulan lamanya.

Biaya pemeriksaan darah berkisar 1 -2 juta dan hasilnya harus diserahkan segera agar dokter dapat menindaklanjuti treatment berikutnya yang akan diberikan kepada Ibunda. Dokter menyarankan untuk menanyakan scan tulang yang berbiaya 4 – 6 juta ke RS Santosa Kopo untuk kepastian jadwal.

Dokter juga menerangkan bahwa meski nampak sehat, kondisi Ibunda tidak dapat dipastikan begitu saja. Terlebih di RS Santosa Kopo, dokter tak pernah melakukan pemeriksaan fisik dan hanya diberikan resep saja. Meski terkesan galak, kami bersyukur dokter Rian sangat teliti dan ramah dalam memberikan penjelasan.

Sebetulnya saya pribadi merasa bersalah karena abai terhadap hal ini. Namun tentunya harus ada solusi yang nyata. Sepulang dari rumah sakit, kami langsung meluncur untuk melakukan pemeriksaan darah di laboratorium PRODIA terdekat.

Meski sedikit gugup, Alhamdulillah pemeriksaan darah setelah kemoterapi selesai bisa dilalui dengan baik. Hasil tes CA 15-3 dan CEA baru akan kami dapatkan di hari Jumat sore sehingga hari Senin, Ibunda dapat kembali berkonsultasi dengan dokter Rian. Bagaimana ya hasil tes ini? Dan apakah scan tulang dapat dilakukan pula di RS Santosa Kopo?

Related Posts

Post a Comment