Pengalaman Jalan-Jalan ke Istanbul, Turki (1)

Post a Comment
Konstatinopel kota reruntuhan Byzantium menjadi tujuan pertama di luar Indonesia yang menjadi cita-cita saya. Namun, jujur saja, saya tak pernah membayangkan akan memiliki pengalaman jalan-jalan ke Istanbul, Turki secepat ini. Tahun 2012 menjadi penyemangat terbesar saat seorang kawan karib melakukan umroh plus Turki. Dan akhirnya, di awal tahun 2014, cita-cita saya terkabul.

Konstatinopel

Saat berkesempatan untuk melaksanakan umroh plus, tanpa berpikir panjang saya memilih Turki sebagai destinasi lain di luar jadwal perjalanan umroh. Alasan pertama tentu saja karena saya sudah ingin sekali menjejakkan kaki di benua Eropa.

Namun sesungguhnya alasan yang terpenting adalah karena Turki dahulu pernah menjadi pusat kekhalifahan islam. Pengalaman jalan-jelan ke Istanbul, Turki adalah sebuah keharusan. Tempat dimana semua peninggalan jaya Utsmaniyah berada.

Konstatinopel kota reruntuhan Byzantium, pagi itu hampir menyentuh 4°C. Dingin namun tetap sarat dengan pesona. Betapa tidak, sejarah penaklukannya telah disabdakan Rasulullah SAW berabad yang lalu. Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash. 

Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya : “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab : “Kota Heraklius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.”

Benteng Peninggalan Byzantium

Kota Heraklius yang dimaksudnya adalah Konstantinopel. (H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim)
Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan. (H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad)

Penaklukan Konstatinopel

Penaklukan Konstatinopel dilakukan pertama kali oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 668 M namun mengalami kegagalan. Salah seorang sahabat Rasulullah SAW yaitu Abu Ayyub Al Anshari r.a gugur dan dimakamkan di sisi tembok Konstatinopel di Golden Horn yang kelak diabadikan menjadi sebuah mesjid sebagai bentuk penghormatan kepada beliau. 

Inilah yang mungkin tak pernah saya bayangkan saat dahulu daftar, pengalaman jalan-jalan ke Istanbul, Turki tak hanya sekedar jalan-jalan namun juga mengingat kemballi sejarah Islam.

Mesjid Abu Ayyub Al Anshari
Makam Abu Ayyub Al Anshari r.a

Adalah Sultan Mehmed II yang dikenal juga sebagai Sultan Muhammad Al Fatih (30 Maret 1432 – 3 Mei 1481), seorang khalifah Utsmaniyah yang menaklukkan kekaisaran Romawi Timur 8 abad kemudian. Ahli di bidang ketentaraan, sains, matematika dan menguasai 6 bahasa saat berusia 21 tahun. Seorang pemimpin yang tak pernah meninggalkan sholat wajib, tahajjud dan rawatib sepanjang hayatnya.

Jumat, 6 April 1453 M , Sultan Mehmed II disertai Aaq Syamsudin -guru beliau-, Halil Pasha, Zaghanos Pasha dan 250.000 pasukan yang dilengkapi teknologi terbaru saat itu yaitu meriam melakukan penyerangan terhadap Konstatinopel.

Konstantiopel saat itu dikelilingi dengan benteng kokoh dan parit yang sulit ditembus, sedangkan selat Golden Horn sendiri telah dilindungi dengan rantai besar sehingga kapal perang dengan berbagai ukuran tidak dapat melewatinya. Sebuah ide luar biasa dari Sultan Mehmed II muncul yaitu pemindahan 70-an kapal perang melewati bukit di daerah Galata agar dapat memasuki ke teluk Golden Horn yang telah dipasangi rantai dalam waktu satu malam. 

Taktik ini lantas diakui oleh para sejarawan Barat sebagai salah satu taktik peperangan terbaik. Dengan masuknya kapal perang melalui jalan darat, pasukan Konstatine dapat ditaklukkan dan Konstatinopel dikuasai oleh pasukan Sultan Mehmed II.

Hagia Sophia

Setelah Konstatinopel ditaklukkan penduduk kota berkumpul di Hagia Sophia, sebuah gereja. Sultan Mehmed II memberi perlindungan kepada semua penduduk baik yang beragama Islam, Yahudi ataupun Kristen. Dan Hagia Sohpia diubah menjadi mesjid Aya Sofia sedangkan gereja lain tetap difungsikan sebagaimana biasa. Dan nama Konstatinopel pun diubah menjadi Istanbul.
Pintu Masuk 
Museum Aya Sofia

Istanbul merupakan satu-satunya kota di dunia yang berada di dua benua yaitu Asia dan Eropa yang dipisahkan oleh selat Bosphorus. Kota yang pernah menjadi ibu kota empat kekaisaran -Kekaisaran Romawi (330 – 395), Kekaisaran Romawi Timur (395 – 1204),

Kekaisaran Latin (1204 – 1261) dan Kekhilafahan Utsmaniyah (Ottoman)- ini terletak di semenanjung sempit yang terbagi oleh tiga bagian yaitu Laut Marmara, Bosphorus dan Golden Horn.

Wisata di Istanbul

Istanbul memiliki banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi. Aya Sofia yang kini dijadikan museum sejak pemerintahan sekuler Mustafa Kemal Attaturk merupakan salah satu ikon wisata Istanbul. Mesjid Biru atau Blue Mosque yang terletak di seberang Museum Aya Sofia menjadi salah satu destinasi utama wisatawan muslim.
Ayo...Kemana kita jalan-jalan?😍

Istana Topkapi (Topkapi Sarayi) yang merupakan kediaman 24 khalifah Utsmaniyah selama 4 abad sangat layak untuk dikunjungi. Istana yang didirikan di atas tanah seluas hampir 700.000 m2 ini kini dijadikan museum yang menyimpan lambang kejayaan kekhilafahan Utsmaniyah dan benda-benda peninggalan Nabi Muhammad SAW.

Wisata belanja dapat dilakukan di Egyptian Bazaar yang dibangun pada tahun 1660. Penamaan tersebut dikarenakan banyaknya rempah-rempah asal Mesir meski banyak juga produk dan makanan khas Turki yang dijual di pasar ini. Selain itu Grand Bazaar dapat dijadikan tujuan wisata belanja lainnya.

Egyptian Bazaar

Wisata alam dapat dilakukan dengan melihat menikmati kota Istanbul di daratan Asia dari ketinggian di Çamlıca Tepesi setelah sebelumnya menyeberangi Selat Bosphorus yang penuh dengan pemandangan indah peradaban masa silam. Perjalanan wisata melalui Selat Bosphorus dapat juga dinikmati dengan kapal feri.

Keindahan Istanbul Asia dilihat dari Çamlıca Tepesi



Selat Bosphorus yang memisahkan Istanbul Asia dan Istanbul Eropa

Terpesona Konstatinopel bukan saja terpesona dengan segala keindahan alam dan arsitektur peradaban berabad silam yang dipadukan dengan kemodernan abad 21. Terpesona Konstatinopel adalah terpesona dengan kejayaan Islam, terpautnya hati dengan sejarah Islam, sejarah yang terkadang luput dari ingatan kaum muslim.

Mesjid Yeni Cami dekat Egyptian Bazaar

Konstatinopel kota reruntuhan Byzantium menjadi saksi pengalaman jalan-jalan ke Istanbul, Turki menatap langsung segala sesuatu yang terpaut dengan Baginda Rasulullah SAW. Pengalaman jalan-jalan ke Istanbul, Turki menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Related Posts

Post a Comment