Kontrol Rutin di RS Cicendo
Sudah hampir dua bulan Zauji tidak melakukan kontrol ke RS Cicendo.
Kontrol bulanan yang sedianya dilakukan di minggu keempat bulan Juni tertunda
karena kami sekeluarga mendapat ‘giliran’ terkonfirmasi Covid 19 sehingga
pemulihan pasca Covid menjadi pilihan utama.
Klik di sini untuk mampir :
Setelah tak lagi mengalami gejala dan swab antigen dipastikan negatif, kami mulai menjadwal ulang kontrol rutin kami dengan sebelumnya memperpanjang rujukan di faskes 1 dan 2 terlebih dahulu. Karena sudah menjadi pasien tetap, perpanjangan rujukan di faskes 1 tidak perlu waktu lama. Hasil pemeriksaan di faskes 2, RS Mitra Anugerah Lestari (MAL) menunjukan ada penurunan jarak pandang. Hal ini memang sesuai dengan apa yang Zauji rasakan sejak terpapar Covid 19, jarak pandang jauh berkurang namun Alhamdulillah tidak blank sama sekali.
Kontol rutin bulanan jatuh pada hari Rabu agar kami bisa bertemu dengan Prof.
dr. Arief. S. Kartasasmita, Sp.M(K) di klinik pavilium. Qodarullah, hari itu
kami bertemu kembali dengan dr. Made Indra Widyanatha, SpM (K).
Pemeriksaan Visus
Hasil pemeriksaan visus menunjukan adanya kenaikan tekanan bola mata kanan yang mencapai 27 dan penurunan penglihatan yang signifikan sesuai yang disampaikan dokter Novi di RS MAL. Alhamdulillah mata kiri dalam kondisi baik.
Pemeriksaan kali ini dilakukan berbeda, dokter Indra menyatakan ada
jejak diabetes di mata kanan Zauji sehingga dimungkinkan penurunan penglihatan
disebabkan diabetes. Selama terpapar Covid 19, gula darah Zauji memang naik
drastis meski asupan makanan hanya 3 - 4 sdm makan saja. Dokter menyarankan
untuk dilakukan pemeriksaan darah (gula darah puasa, gula darah PP dan HbA1C)
dan OCT.
Karena tidak bersiap (baik belum berpuasa 10 jam sebagai syarat pemeriksaan darah), kami juga tidak mempersiapkan dana lebih. Sebetulnya Zauji dijadwalkan kontrol di poli reguler BPJS minggu depan namun agar dapat berkonsultasi lebih banyak kami memutuskan untuk konsul di klinik paviliun dan tentunya segala biaya ditanggung secara mandiri. Biaya pemeriksaan darah mencapai 500rb an, sedangkan OCT sekitar 600rb. Dokter tidak memaksa untuk melakukan pemeriksaan segera karena tentunya biaya yang diperlukan tidak sedikit. Namun dengan pertimbangan, hasil akan langsung dapat dikonsultasikan dengan dokter konsulen seperti dr. Indra, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan pemeriksaan keduanya di klinik paviliun.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium dan OCT
Kami kembali keesokan harinya. Pemeriksaan darah dilakukan 2 kali, 1x
gula darah puasa, setelahnya Zauji sarapan dengan bekal yang kami bawa lalu
kembali melakukan pemeriksaan gula darah 2 jam PP (post prandial = setelah
makan). Sementara menunggu hasil, Zauji melakukan pemeriksaan Optical Coherence
Tomography (OCT).
Klik di sini untuk mampir : Pengalaman Operasi Ablasio Retina...Part 9..OCT
Meski waktu masih menunjukan jam 8 kurang, ruang tunggu laboratorium
dipenuhi pasien dan keluarga yang sedang menunggu antrian atau hasil pemeriksaan.
Beberapa diantaranya melakukan swab antigen sebagai persyaratan pra operasi.
Pemeriksaan OCT dilakukan oleh perawat yang sudah mengenal kami selama
hampir dua tahun ini. Sambil melakukan pemeriksaan, kami saling bertukar kabar.
Pemeriksaan dilakukan berulang karena Zauji kesulitan memfokuskan mata kanan
mata titik yang ada pada alat. Hal ini normal bagi pasien dengan penurunan
penglihatan (kerusakan retina atau papil). Hasil pemeriksaan dicetak dalam
berlembar-lembar kertas.
Karena sudah terdaftar di hari sebelumnya, kami hanya melaporkan kepada
bagian pendaftaran saja. Dari hasil pemeriksaan lab, gula darah Zauji (10 jam
puasa dan 2 jam PP) tidak terlalu tinggi untuk pasien diabetesi, <200. Nilai
HbA1C pun ada di angka, cukup bagus bagi Zauji yang pernah mencapai nilai 12, 3
tahun yang lalu. Saya pun menyampaikan selama pemulihan pasca terpapar Covid
19, Zauji belum melakukan diet diabetes lagi karena target kami memulihkan
kondisi dulu sehingga asupan karbohidrat belum diganti kembali menjadi nasi
merah. Selain itu olah raga dan shaum sunnah yang biasa nya dilakukan Zauji
juga kami skip hampir 1 bulan.
Adapun hasil OCT menunjukan ada bagian retina yang belum menempel
kembali meski silikon HD sudah terpasang lebih dari 1 tahun. Hal ini dimungkinkan
karena syaraf mata sudah kaku. Evakuasi silikon bukan menjadi pilihan yang
tepat karena dikhawatirkan retina yang sudah menempel akan lepas kembali. Saat
ini, meski mengalami penurunan penglihatan, kondisi Zauji dalam keadaan stabil
sehingga bukanlah hal yang bijaksana ‘mengobrak-abrik’ kondisi yang sudah ada.
Hasil OCT Mata Kiri |
Hasil OCT Mata Kanan |
Menunda Evakuasi Silikon
Untuk sementara, kontrol rutin bulanan menjadi opsi terbaik untuk
mengobservasi kondisi Zauji, terutama tekanan matanya. Saat ini dokter hanya
memberikan resep Timol dan Glaupen untuk menurunkan mata serta mengingatkan
Zauji agar selalu mengontrol gula darah.
Ikhitiar langit lah menjadi satu-satunya harapan. Apapun yang Allah
berikan, insya Allah selalu yang terbaik. Meski manusia beriktiar dengan jalan
maksimal, dokter terbaik, rumah sakit terbaik, peralatan dan obat terbaik, namun
bila Allah belum berkehendak...semoga menjadi jalan kebaikan dan dan amal
sholeh.
Alhamdulillah ‘ala kulli hal.
Bersyukur di segala keadaan.
Klik di sini untuk cerita selanjutnya: Pengalaman Operasi Ablasio Retina...Part 15...ERG
Foto : Dokumentasi JustMenong
No comments:
Post a Comment
Assalamualaikum, teman!
Silakan tulis komentarmu di sini.
Jangan lupa pergunakan bahasa yang baik yaaa
Assalamualaikum, friends!
Please write your comments here.
Use good language.