Pengalaman Operasi Ablasio Retina Bagian 15

Post a Comment
Tak terasa kisah ini dituturkan hingga mencapai jilid ke-15. Tentunya saya tak pernah menyangka pengalaman operasi ablasio retina yang dijalani Zauji akhirnya menginjak tahun kedua. Ablasio retina merupakan lepasnya retina sehingga menimbulkan gangguan penglihatan dengan tiba-tiba. 

Rangkaian ikhtiar telah kami lakukan dari mulai pemasangan silicon oil 1300 cSt, silicon dengan viskositas paling ringan, silicon oil 5000 cSt, penyuntikan gas CF6, sceral buckling dan silicon HD, silicon dengan viscositas terberat.

Pasca Operasi Ketujuh

Operasi pemasangan silikon HD di bulan Juni 2020 menjadi tindakan ketujuh yang Zauji jalani. Meski penggunaan silikon oksana HD disarankan tidak lebih dari 3 bulan namun dokter menyarankan untuk tetap mempertahankan silikon oksana HD selama mungkin agar retina menempel dengan sempurna.

Evakuasi (pengangkatan) silikon oksana HD hanya akan dilakukan apabila sudah terbentuk emulsi atau hal lain yang mengganggu kondisi retina atau mata secara umum.

Kontrol dilakukan setiap bulan dengan berbagai kisah naik dan turun. Sebagian pemeriksaan dilakukan di klinik paviliun RS Cicendo Bandung untuk memudahkan kami bertanya dan berdiskusi dengan dokter.

Pada pemeriksaan sebelumnya di bulan Juli 2021, dr. Made Indra Widyanatha, SpM (K), meminta kami melakukan pemeriksaan optical coherence tomography (OCT). OCT merupakan teknik pencitraan diagnostik medis yang memanfaatkan fotonik (photonics) dan serat optik untuk mendapatkan gambar dan karakterisasi jaringan kedua mata.

Hasil OCT Bulan Juli

Hasil pemeriksaan terakhir dengan dr. Made Indra Widyanatha, SpM (K) di RS Mata Cicendo menyatakan Zauji cukup kontrol rutin 3 bulan berikutnya untuk mengobservasi kondisi Zauji, terutama kondisi retina dan tekanan mata kanan dan kiri. 

Hasil OCT Mata Kanan

Hasil OCT Mata Kiri

ERG atau Electroretinography

Di bulan awal November 2021, kami sepakat untuk melakukan kontrol di hari Selasa. Alhamdulillah tepat dengan jadwal dr. Rova Virgana, SpM(K). Kami tak lupa membawa hasil OCT. Dan kamipun menceritakan kembali penjelasan dokter Indra. Dokter Rova menyarankan agar kami melakukan ERG.

ERG atau Electroretinography (Elektroretinografi) merupakan pemeriksaan mata yang dapat mengukur respons listrik sel mata yang peka terhadap cahaya. Sel yang merupakan bagian dari retina ini disebut batang dan kerucut. Kerucut bertanggung jawab atas rasa sensitif mata terhadap warna.

ERG digunakan untuk mengetahui kondisi retina termasuk kondisi sel di area makula pada retina. Namun, berhubung biaya yang harus dikeluarkan lumayan mahal berkisar 4 juta rupiah bila dilakukan secara mandiri di klinik paviliun, dokter Rova mengijinkan kami untuk melakukan pemeriksaan di klinik reguler dengan pembayaran BPJS tanpa ada batas waktu. 

Selain timol dan glaupen untuk menjaga tekanan bola mata, dr. Rova memberikan vitamin syaraf mata untuk menguatkan syaraf mata yang mulai melemah.

Hasil Pemeriksaan ERG Ablasio Retina

Kali ini, Zauji melakukan pemeriksaan di klinik reguler BPJS tanpa saya temani dari awal karena saya baru menyusul menjelang siang. Pemeriksaan dan hasil pemeriksaan syaraf retina kami dapatkan pada hari itu juga. Tanpa perlu menunggu antrian hingga bermingggu-minggu. Qodarullah dokter Indra yang bertugas sebagai dokter kepala sehingga kami langsung dapat berkonsultasi dengan beliau. 

Hasil ERG

Hasil ERG

Hasil pemeriksaan menunjukan adanya sel-sel mati di area makula retina mata hal ini yang menyebabkan syaraf retina melemah sehingga penglihatan menurun. Hal ini tentunya sejalan turunnya penglihatan Zauji karena resiko tidak dievakuasi nya silikon HD sejak operasi terakhir, Juni 2020. Tidak ada hal yang dapat kami lakukan selain menjaga mata kiri Zauji tetap sehat dan mengurangi segala resiko yang dapat menyebabkan kerusakan pada mata kiri. Dokter Indra pun memberikan kelonggaran kepada Zauji untuk kontrol 3 bulan lagi mengingat kondisi Zauji pun sehat dan dapat beraktivitas seperti biasa. 

Alhamdulillah ‘ala kulli hal. 

Bersyukur di segala keadaan. 

Yang harus kami syukuri bersama, hingga saat ini Zauji masih dapat beraktivitas seperti biasa meski tak lagi dapat berkendara di malam hari seperti dahulu. Dan setidaknya, kami masih  menjalani segala sesuatunya bersama. Kondisi buruk yang dulu sempat saya bayangkan saat pertama kali Zauji divonis menderita ablasio retina, alhamdulillah memudar seiring perjalanan waktu. 

Semoga pengalaman operasi ablasio retina ini menjadi kifarat dosa bagi Zauji. Semoga Allah memudahkan langkah kami selanjutnya untuk selalu berikhtiar mencari pengobatan terbaik bagi Zauji. Aamiin.

Related Posts

Post a Comment