Meski sering bepergian kemana-mana, rasanya tak pernah terbayangkan bila suatu hari nanti saya akan menginjakan kaki di daratan Eropa. Kesempatan itu hadir saat saya menunaikan ibadah umroh dan mampir sejenak di Istanbul, Turki. Mengulik sejarah Hagia Sophia, rasanya pengetahuan saya mengenai peradaban Islam sangat minim.
Turki
Awalnya saya hanya berniat untuk menunaikan ibadah umroh tanpa embel-embel lain seperti jalan-jalan. Namun atas bujukan tetangga lama saya yang qodarullah satu rombongan akhirnya saya membulatkan diri untuk mengambil paket umroh plus Turki yang saat itu hanya selisih Rp. 5.000.000 saja untuk kurs dollar Rp. 15.000.
Turki atau Turkiye merupakan salah satu negara di kawasan Euraisa yang wilayahnya terbentang dari Semenanjung Anatolia di Asia Barat Laut hingga Balkan di Eropa Tenggara. Secara geografis, Turki berada di dua benua yaitu benua Asia dan benua Eropa.
Meski orang mengenal Istanbul sebagai salah satu kota di Turki, kota Konstatinopel ini bukanlah ibukota dari Turki. Ankara secara resmi menjadi ibukota Turki sejak tahun 1923 menggantikan Istanbul.
Kami mendarat di bandara internasional Istanbul, salah satu bandara termegah dan terbesar di dunia. Bandara ini terletak di sisi Eropa Istanbul. Setelah menikmati sarapan ala eropa kami menyimpan barang di hotel dan mulai city tour di suasana pagi yang super dingin mencapai 4 derajat celcius.
Destinasi yang kami kunjungi adalah mesjid-mesjid bersejarah dan salah satunya adalah Hagia Sophia. Hagia Sophia merupakan mesjid populer yang tak hanya dikenal di seantero Turki namun juga menjadi salah satu mesjid yang erat dengan sejarah Islam. Mesjid dengan arsitektur unik ini menjadi salah satu monumen luar biasa dunia yang mengalami perubahan fungsi selama beberapa kali.
Hagia Sophia
Hagia Sophia atau Ayasofya (bahasa Turki) atau Sancta Sophia (bahasa Bosphorus, Istanbul) berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti ‘Kebijaksanaan Suci.’ Hagia Sophia terletak di Konstatinopel (Istanbul) dan dibangun sebagai sebuah gereja pada abad 6 tepatnya tahun 532 – 537 M di bawah pemerintahan Byzantine, Kaisar Konstantin I. Pondasi Hagia Sophia sendiri didirikan di atas kuli pagan. Di era Kaisar Konstatin II, Hagia Sophia ditasbihkan sebagai tempat suci di tahun 360 M.
Teman Menong masih bisa melihat kokohnya benteng peninggalan Byzantium saat berkeliling Istanbul. Benteng batu ini menjadi saksi bisu sejarah.
Awalnya Hagia Sophia berbentuk bangunan sederhana beratap kayu namun seiring dengan adanya kerusakan karena konflik politik keluarga Kaisar Arkadios di tahun 404 M, struktur bangunan Hagia Sophia diperbaiki. Kaisar Theodosis II, penerus Arkadios, membangun struktur kedua Hagia Sophia termasuk memugar bangunannya di tahun 415 M.
Di bulan Januari 523 M, dengan adanya pemberontakan Nika, Hagia Sophia kembali terbakar hingga kaisar kala itu, Kaisar Justinia I dengan bantuan arsitek terkenal yaitu Isidoros dari Milet dan Anthemios dari Tralles merancang kembali Hagia Sophia.
Sejarah Hagia Sophia mencatat, pembangunan ini berjalan selama 6 tahun hingga rampung di tahun 537 M. Hagia Sophia baru memiliki dua lantai dengan kubah besar yang dikelilingi 4 kubah kecil dan 4 menara. Bangunan baru dibanguan menggunakan batu ashlar dan batu bata.
Hagia sophia sempat mengalami dua kali gempa di tahun 558 M dan 986 M yang mengakibatkan kubah hancur dan harus kembali direstorasi.
Hagia Sophia Baru
Bangunan Hagia Sophia difungsikan sebagai pusat kekristenan Ortodoks dan menjadi gereja terbesar di dunia hingga tahun 1453 M. Di tahun ini terjadi penaklukan Konstatinopel oleh Sultan Muhammad Al-Fatih atau Sultan Mehmed II pada tanggal 29 Mei 1453 M.
Hagia Sophia dialihfungsikan menjadi mesjid dan menambahkan sentuhan ornamen khas Kesultanan Usmani termasuk kaligrafi bertuliskan Allah, Nabi Muhammad, Khulafaur Rasyidin dan dua cucu Nabi. Mihrab, mimbar dan tempat ceramah dan 4 menara tambahan mengukuhkannya sebagai mesjid kebanggaan Turki.
Namun semua itu tidak menghilangkan lukisan dan mosaik khas gereja yang telah lama ada. Lukisan Bunda Maria yang sangat besar di atas ruangan dan mosaik (saya melihat sebagian di atas pintu masuk) hanya ditutup dan diplester untuk menjaga identitas baru Hagia Sophia sebagai mesjid.
Saat Kesultanan Usmani runtuh di tahun 1924, di bawah kepemimpinan Kemal Ataturk, Mesjid Hagia Sophia diubah menjadi museum pada tahun 1937. Seiring restorasi museum, lukisan dan mosaik gereja kembali dimunculkan dan disejajarkan dengan ornamen Islam. UNESCO sendiri mengakui Hagia Sophia sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1985.
Teman Menong akan merasakan nuansa masa silam dari hangatnya dinding batu Hagia Sophia. Saya sendiri menelusuri setiap ruangan dengan takjub sembari memandang kaligrafi besar berwarna hijau bertulisan lafadz Allah dan Nabi Muhammad yang berada di dinding tepat di atas mihrab.
Ruangan tempat kami berdiri lumayan besar. Saya membayangkan muadzin yang mengumandangkan adzan, imam yang memimpin sholat di mihrab dan khotib yang berdiri di atas mimbar.
Saya berbalik arah memandang ke bagian belakang tempat balkon di lantai 2 berada seakan menggambarkan kilasan kehidupan yang telah dilalui sejak bangunan ini didirikan. Mungkin dulu orang-orang berkedudukan tinggi pernah duduk di sana untuk melihat prosesi peribadatan dilaksanakan.
Saat duduk di teras, teman Menong bisa membayangkan megahnya Hagia Sophia di jamannya. Pintu masuk yang masih tegap berdiri seolah bercerita mengenai untaian sejarah Hagia Sophia berabad silam.
Mesjid Hagia Sophia
Di era kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan, setelah 86 tahun difungsikan sebagai museum, pada hari Jumat, 24 Juli 2020, museum ini berubah status menjadi mesjid yang terbuka untuk umum. Perubahan ini disambut umat muslim di seluruh dunia. Meski begitu, sejarah Hagia Sophia yang berliku ini tak mengubah kehangatannya untuk menyambut siapa saja yang berkunjung termasuk wisatawan asing baik muslim atau non muslim.
Post a Comment
Post a Comment