Bandung diresmikan sebagai kota pada tanggal 25 September 1810 yang kemudian ditasbihkan sebagai hari jadi Kota Bandung. Bila teman Menong berjalan-jalan ke daerah Jalan Asia Afrika, tepatnya di seberang Hotel Savoy Homann, teman Menong akan menemukan 'titik nol' yang ditancapkan Daendels sebagai batas awal Kota Bandung.
"Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum".
Dan Bandung bisa jadi wujud nyata keindahan itu hadir yang membuat semua orang tersenyum saat mengunjungi kota dengan titik koordinat 6° 54′ 43″ S, 107° 36′ 35″ E / 6.91194°S 107.60972°E / -6.91194; 107.60972 ini.
Sejarah Ekologi Bandung
Berbicara mengenai Bandung, pasti kita berbicara mengenai sejarah geologi Bandung. Cekungan Bandung terbentuk akibat letusan Gunung Sunda, gunung dengan tinggi 4000 mdpl yang meletus antara 210.000 – 105.000 tahun yang lalu. Letusan itulah yang membentuk danau Bandung purba yang mengering berbentuk cekungan yang kini dikenal sebagai dataran Kota Bandung.
Jejak dari cekungan Bandung masih nampak di beberapa wilayah yang tersebar di pinggiran Kota Bandung. Bahkan beberapa kecamatan di Kota Bandung memiliki ancaman likuifaksi (fenomena tanah yang jenuh air kehilangan kekuatan dan kekakuannya saat terjadi gempa bumi, sehingga bangunan dapat mengalami penurunan atau amblesan).
Main di Bandung
Teman Menong akan menemukan banyak hal unik bila bertandang ke Bandung. Apa saja ya?
Budaya
Budaya Sunda kental dengan masyarakat yang religius dan ramah. Meski bahasa Sunda masih digunakan hingga kini (kami masih menggunakan bahasa Sunda di rumah dan di kantor), rasanya saya jarang sekali mendengar undak usuk basa seperti dahulu kala.
Beberapa kata dari bahasa Sunda telah diserap sebagai bahasa nasional seperti Jomblo yang (dahulu) diartikan perawan tua yang berkonotasi negatif, kini bermakna sebagai orang tanpa pasangan. Atau ‘ngabuburit’ sebagai aktivitas menunggu waktu berbuka puasa yang umum digunakan dalam percakapan bahasa Indonesia.
Begitu pula dengan nama-nama khas Sunda yang mulai tenggelam Asep (lengkap dengan varian modifikasi seperti Atep, Acep atau Ayep) atau Euis (Iis, Eulis, Lilis). Nama-nama generasi Z, alfa dan beta digantikan nama bernuansa arab atau barat. Meski begitu, nama panggilan kami tetap mendarah daging ala Sunda seperti salah seorang teman saya bernama Mahatma yang kerap disapa Mamat.
Kuliner
Bandung merupakan surga wisata kuliner, dari mulai kuliner jadul hingga kuliner kekinian. Menu per-aci-an merupakan jajanan yang umum ditemui di kota Bandung. Sebut saja cilok (aci dicolok), cimol (aci dikemol), cilung (aci digulung), cilor (aci telor), dan lainnya menjadi primadona terlebih banyak inovasi yang dikembangkan menyesuaikan dengan trend kekinian seperti cireng isi mozarella, seblak prasmanan atau batagor selimut.
Teman Menong bisa menemukan banyak sentra kuliner untuk wisatawan seperti kawasan Gempol, Pasar CIhapit, Jalan CIbadak dan Jalan Alkateri. Harga yang dipatok pastinya berbeda karena relatif lebih mahal dari harga normal. Saya pribadi lebih sering menikmati jajanan ala rakyat jelata saja yang murah meriah yang masih bisa ditemui di berbagai sudut Kota Bandung.
Taman Kota
Bandung dikenal memiliki banyak taman kota yang layak dikunjungi. Taman-taman kota yang cantik dan instagramable ini mudah terjangkau dari pusat kota dan sebagian besar tidak memerlukan tiket masuk untuk mengunjunginya.
Sebut saja Taman Lansia dekat Gedung Sate, Taman Teras Cikapayang yang berada di pinggir aliran sungai (Insyaallah relatif aman karena debit air yang kecil), Taman Superhero yang cocok untuk anak-anak atau Taman Jomblo di bawah Jalan Layang Pasupati.
Taman berbayar juga hadir seperti Taman Tepi Kota dan Kiara Artha Park.
Museum
Sebagai ibukota provinsi, pastinya Bandung memiliki banyak tempat bersejarah sebagai tempat edukasi sekaligus wisata. Museum di Bandung sering kali dijadikan tujuan studi tur. Pada umumnya, museum ini dikelola pemerintah sehingga tiket masuk sangat terjangkau.
Museum Geologi, Museum Pos, Museum Konferensi Asia Afrika (perhatikan penulisannya dengan P - khas Sunda), Museum Mandala Wangsit Siliwangi, Museum Indonesia Menggugat atau Museum Radio Republik Indonesia (RRI).
Pasar Kaget
Pasar kaget umum digelar setiap hari minggu. Ada beberapa pasar kaget yang bisa dijadikan alternatif bagi teman Menong yang ingin berbelanja dengan harga miring sambil cuci mata. Pasar kaget Gasibu - Monumen Perjuangan - Cilaki menjadi pilihan paling top karena lengkap dan areanya yang luas tepat di tengah kota.
Buah Batu Car Free Day yang menyajikan wisata belanja plus cuci mata di Jalan Buah Batu. Teman Menong tak hanya berbelanja tapi juga mengikuti senam sehat, live music show dan lainnya. Dari segi harga, Buah Batu Car Free Day bisa terbilang menengah ke atas.
Pasar kaget Cigondewah terletak di Sentra Kain Kota Bandung. Jangan salah, pasar kaget Cigondewah tak berisi jualan kain ya. Dari segi harga dan kualitas, nampaknya bisa dikategorikan menengah ke bawah.
Transportasi umum mudah ditemukan di Kota Bandung sehingga teman Menong memiliki banyak pilihan. Selain bis umum dengan beberapa 'varian' seperti DAMRI, Trans Metro Pasundan (TMP) dan Trans Metro Bandung (TMB). Teman Menong juga dapat mencoba Bandung Tour On Bus atau yang dikenal dengan sebutan Bandros, bus wisata keliling kota Bandung dengan desain unik dan menarik.
Fakta Unik
Satu hal fakta unik kota Bandung yang sering dibahas di medsos adalah tidak adanya budaya 'klakson' semacet atau serusuh apapun di jalan raya. Saat lampu merah berganti menjadi hijau, tak ada klakson nyaring atau gerutuan karena semua orang akan sabar menunggu giliran maju. Tak heran bila ada celetukan bagi orang yang tak sabaran di jalanan "sakirana rusuh mah, indit weh ti kamari" (kalau memang buru-buru, pergi aja dari kemarin).
Saya juga sering membandingkan pengemudi transportasi online yang relatif lebih ramah dibandingkan dengan kota lain.
Kota Bandung (dulu) dikenal dengan udaranya yang dingin dan sejuk. Kini suhu mulai terasa panas dibandingkan saat saya kecil dulu. Namun bila dibandingkan dengan kota lain di Jawa Barat, Bandung masih terasa dingin. Terkadang, warga Bandung masih dapat merasakan dinginnya embun yang turun di pagi hari dan malam hari.
Inilah yang membuat saya selalu ingin kembali ke Bandung. Hati saya selalu ingin kembali ke kota kembang ini, kota dengan sejuta kenangan.
Benar adanya bila 'Soekarno' berkata : "Hanya ke Bandung lah aku kembali kepada cintaku yang sesungguhnya"
Post a Comment
Post a Comment