Teman Menong pasti tahu bila Bandung terletak jauh dari laut dan pantai. Praktis sejak kecil saya jarang sekali berkunjung ke pantai dan berenang di Laut. Sejak lama saya memiliki cita-cita untuk mencoba berbagai permainan laut yang pastinya sangat jarang saya temui. Salah satu wisata pantai yang jaraknya tak begitu jauh adalah Pulau Tidung.
Pulau Tidung
Jauh sebelum menikah, saya menyenagi sesuatu yang baru yang menantang. Saya bahkan membuat 'list' hal apa saja yang ingin saya jajal saat punya dana yang cukup : snorkeling, rafting, flying fox, diving, paint ball, off-road 4 x4, berkuda, dan paralayang. Namun ada juga aktivitas outdoor lain yang tidak saya minati seperti bungee jumping (membayangkannya sudah ngeri), panjat tebing (karena sadar kekuatan otot saya tak seberapa) dan hiking atau caving (menjelajah gua) karena jujur saja saya malas berlelah-lelah di udara terbuka.
Tawaran pertama datang dari teman-teman komunitas yang mengajak saya snorkelinng di Pulau Tidung. Sebetulnya saat itu bukan waktu yang tepat karena saya baru saja masuk di awal semester pertama perkuliahan. Berhubung otak saya sudah lama tak dipakai untuk mengikuti ritme anak kuliahan, tugas yang menumpuk dan adaptasi terhadap materi yang baru membuat saya stress.
Akhirnya saya mengiyakan tawaran dadakan itu. Masih membawa text book tebal dan laptop, pulang kuliah sore saya nekad ambil bagian untuk ikut wisata dua hari satu malam di Pulau Tidung. Kami berlima menginap di kost-an salah seorang teman dan tengah malam diantar oleh teman yang lain menuju Pelabuhan Kali Adem Muara Angke, Jakarta untuk bergabung bersama rombongan lainnya yang akan menyeberang ke Pulau Tidung menggunakan kapal penyeberangan.
Banyak paket wisata Pulau Tidung yang menawarkan berbagai variasi harga yang tergantung pada jumlah peserta dan durasi wisata. Kami sendiri hanya berlima plus satu tour guide. Biaya berkisar Rp. 300.000 - Rp. 400.000 untuk dua hari satu malam. Semakin banyak peserta harga akan semakin murah. Harga ini tentunya akan berbanding lurus dengan fasilitas yang didapatkan. Selain Pulau TIdung, teman Menong bisa memilih Pulau Pari, Pulau Harapan dan Pulau Pramuka.
Pulau Tidung sendiri merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI. Jakarta. Pulau Tidung memiliki luas hanya kurleb 1 km2 saja. Pulau TIdung terbagi menjadi dua pulau yaitu Pulau Tidung Besar dan Tidung Kecil dihubungkan oleh jembatan panjang yang dinamakan Jembatan Cinta. Jembatan Cinta merupakan destinasi populer paket wisata bahari Pulau Tidung.
Perjalanan dari Muara Angke ke Pulau Tidung memakan waktu kurang lebih 2,5 - 3 jam tergantung cuaca. Bila teman Menong ingin waktu tempuh yang lebih singkat, teman Menong bisa memilih penyeberangan dengan speedboat di Marina Ancol yang pastinya harus mengeluarkan biaya lebih besar.
Kami duduk lesehan di kapal penyeberangan. Karena datang lebih pagi, kami mendapatkan posisi strategi dekat jendela sehingga kami bisa duduk di pinggir kapal sambil mengamati riakan air yang kebiruan. Kami tiba di Pelabuhan Pulau Tidung. Tour guide rupanya sudah menyiapkan sepeda gratis sebagai alat transportasi kami selama di Pulau Tidung.
Tur Tidung
Setibanya di penginapan sederhana atau homestay dan langsung dijamu makan siang. Usai sholat kami langsung diajak bersepeda menuju perahu yang akan membawa kami untuk snorkeling. Yeay! Jangan lupa untuk membawa dan mengoleskan tabir surya dan membawa topi dan kacamata untuk melindungi diri dari terik matahari. Pantai pasir putih menyambut kami.
Saya sendiri sudah menyiapkan outfit untuk snorkeling. Karena ini pengalaman pertama, saya sangat bersemangat. Sebelumnya kami diberikan arahan cara menggunakan masker, snorkel, dan fin (kaki katak) yang pas (ini gratis sudah bagian dari paket wisata), cara menyelam ke dasar laut dan mengingatkan kami agar tidak panik bila tour guide tidak nampak di dekat kami. Terlebih bagi saya yang tidak bisa berenang. Kita juga harus tetap menjaga lingkungan laut termasuk tidak menyentuh terumbu karang.
Rasanya luar biasa menyelam dan menyaksikan langsung ikan berwarna warni yang berenang di antara terumbu karang yang menari didera ombak. Meski saya direpotkan dengan alat snorkeling yang terkadang terasa tidak pas dan sering lepas, rasa asin yang perih di mata, semua merasakan keseruan. Salah seorang teman malah sengaja melepas fin dan menyelam dengan bebas.
Usai puas snorkeling kami berjalan-jalan di pantai sebelum mencoba wahan lain yaitu banana boat. Rasanya tak ada rasa letih termasuk saat kami diisengi tour guide yang 'menceburkan' kami semua ke tengah laut. Kami kembali ke penginapan dengan hati bahagia. Di perjalanan kami disuguhi air laut di sekitar pulau jernih dengan gradasi biru kehijauan yang memikat mata. Kami bahkan sempat melihat lumba-lumba yang berenang mendekati perahu.
Kami tiba di Pantai Tanjung Barat untuk menikmati matahari terbenam. Malamnya kami dijamu barbeque seafood. Sayangnya karena lelah luar biasa dan badan berasa remuk, saya memilih untuk tidur cepat dan tak bergabung dengan teman-teman.
Kami dijemput tour guide di bada sholat subuh karena kami berniat berburu matahari terbit. Kami bersepeda menuju area parkir dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki di atas jembatan kayu sepanjang 800 m. Kami rehat sebentar untuk sarapan nasi box sambil menikmati ramainya wisatawan yang melompat dari lengkungan Jembatan Cinta.
Sepanjang jalan, teman Menong bisa menikmati laut yang luas, ikan yang berenang di bawah jembatan kayu dan hangatnya matahari pagi. Pulau Tidung Kecil memiliki banyak tempat untuk dikunjungi speerti konservasi penyu hijau dan ikan badut (nemo), museum kerangka paus raksasa, dan hutan mangrove. Kami sendiri hanya berfoto-foto di rimbunnya hutan mangrove.
Berhubung kapal penyeberangan dijadwalkan jam 13.00 WIB, kami bergegas kembali ke penginapan di Pulau Tidung Besar. jujur saja, badan nya rasanya sudah tak kuat mengayuh sepeda namun Pulau Tidung membawa nuansa yang berbeda. Pulau Tidung tak hanya menampilkan wisata yang dikomersilkan tapi juga memadukan budaya lokal, keramahan masyarakat, serta pesona alam laut yang masih alami.

Post a Comment
Post a Comment