Di peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia ini ada hal yang menarik perhatian saya, yaitu imbauan dress code bagi tamu undangan yang hadir di upacara HUT RI tahun ini di Istana Negara, Jakarta. Dress code ini tertera dalam surat edaran Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) tertanggal 12 Agustus 2025. Tamu undangan diimbau untuk mengenakan wastra nusantara. Waah apa ya wastra nusantara itu?
Wastra
Rasanya saya baru mendengar kata 'wastra'. Setelah mencari referensi mengenai 'wastra', saya mendapatkan definisi dari kata 'wastra' yang berarti kain tradisional yang memiliki makna dan simbol tersendiri yang mengacu pada dimensi warna, ukuran, dan bahan. Sayangnya di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring (online) kata 'wastra' ini belum bisa ditemukan.
Salah seorang teman saya menunjukan penjelasan lebih lanjut mengenai kain wastra yang ternyata menjadi dress code atau aturan berpakaian dalam upacara peringatan HUT RI tahun ini karena beliau merupakan pegawai sebuah instansi pemerintah. Biasanya baju adat tradisional menjadi dress code pegawai di setiap upacara hari besar namun berbeda tahun ini yang harus mengenakan wastra nusantara.
Kata 'wastra; berasal dari bahasa Jawa yang berarti kain atau tekstil yang merujuk pada batik, kain yang lazim digunakan di daerah Jawa. Dalam bahasa Bali, 'wastra' memiliki arti kain tradisional yang biasanya berupa kain tenun endek atau songket Bali. Keduanya bermuara pada bahasa Sansekerta yang berarti 'kain' atau 'pakaian.
Istilah 'wastra Nusantara' sendiri digunakan untuk kain tradisional atau pakaian adat dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Teman Menong pasti sudah mengenal aneka kain yang menjadi kekayaan budaya nusantara. Setiap kain memiliki makna unik, filosopi agung dan nilai historis luar biasa dengan motif, corak dan teknik pembuatan yang beragam.
Apa saja ya wastra nusantara ini?
Batik
Teman Menong pastinya sudah mengenal batik, kain panjang dengan lukisan tangan membentuk motif tertentu yang dibuat dengan menggunakan canting. Canting sendiri alat yang terbuat dari tembaga dengan pegangan yang terbuat dari bambu dengan 'tinta' berupa bahan cairan malam atau lilin.
Batik yang telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO ini menjadi salah satu budaya yang telah lama dikenal tak hanya di nusantara namun juga di berbagai belahan dunia. Batik ditetapkan sebagai warisan kebudayaan asli Indonesia, Masterpiece of the oral and intangible heritage of humanity atau karya agung warisan kemanusiaan.
Ulos
Ulos merupakan kain khas Batak, Sumatera Utara yang memiliki makna filosofis dan spiritual dalam setiap motifnya. Ulos digunakan dalam berbagai upacara adat dan ritual, seperti pernikahan dan kematian.
Songket
Songket merupakan kain tradisional Melayu dan Minang yang ditenun dengan benang emas atau perak, sering digunakan dalam upacara adat dan perayaan.
Dilansir dari National Geographic, kata 'songket' berasal dari bahasa Melayu 'sungkit' yang
memiliki arti 'mengait'. Asal kata 'songket' kemungkinan pula berasal dari kata 'songka' yaitu songkok khas Palembang yang diyakini sebagai pionir tenunan menggunakan benang emas.
Meski dikenal di Indonesia dan Malaysia sejak abad 13, tenun songket berasal dari daratan Cina sejak kurang dari seribu tahun yang lalu dan menyebar ke daratan Asia lain. Motif menyerupai songket ditemukan di Candi Mendut, Jawa Tengah sekitar abad 8 sampai 9.
Songket sendiri dibuat dengan mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun lalu benang emas dan perak disisipkan diantaranya. Benang tambahan membentuk anyaman efek ornamen. Sebagian motif berbentuk geometris atau flora. Tak hanya wilayah Sumatera, wilayah Indonesia Timur juga memiliki songket dengan motif fauna, motif tengkorak atau motif khas leluhur.
Awalnya songket hanya lazim digunakan kaum bangsawan. Kain songket dikhususkan untuk kaum hawa sedangkan kain untuk kaum adam dinamakan kain tajung.
Kain songket Palembang dibuat dengan menggunakan bahan baku benang sutera yang diberi lapisan emas. Emas menjadi salah satu bahan karena jumlahnya yang melimpah terlebih di masa kejayaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam.
Benang tersebut ditenun menggunakan dayan. Dayan terdiri dari Cagak dan Beliro yang berfungsi untuk menarik benang. Benang disisipkan lalu ditarik, begitu seterusnya hingga membentuk motif kain songket. Tentunya diperlukan keterampilan khusus untuk menenun kain songket.
Desain awal membuat pola atau yang biasa disebut 'nyukit' menentukan motif songket yang dibuat. Pada saat proses nyukit, benang dipisahkan satu per satu dibentuk motif yang diinginkan. Selain itu kesalahan mengangkat urutan lidi saat menenun dapat mengakibatkan motif kain songket tidak akan terbentuk sempurna.
Jenis songket terdiri dari lepus (tenunan dan corak didominasi warna emas), limar (benang sutera dengan warna yang beraneka), tabur (motif menyebar dan bertaburan secara merata) dan rumpak (motif kotak)
Setiap jenis memiliki motif tersendiri seperti lepus bungo jatuh, lepus binatang, limar mentok, limar tretes mider, limar cantik manis, limar tabur putih, motif kunoa seperti limar gajah ada dan lainnya.
Pembuatan kain songket dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 1 meter ini menghabiskan waktu hingga 3 bulan hingga 6 bulan. Tak salah bila harga kain songket tenun mahal karena bahan baku (benang sutra berlapis emas) dan waktu pembuatan yang lama tentunya memiliki nilai tersendiri.
Lurik
Lurik merupakan kain tradisional Jawa yang memiliki motif unik berupa garis-garis, sering digunakan dalam pakaian sehari-hari.
Tapis
Tapis merupakan kain tradisional Lampung yang memiliki motif dan corak yang unik, sering digunakan dalam upacara adat dan ritual.
Sasirangan
Sasirangan merupakan kain tradisional Banjar dari Kalimantan Selatan yang memiliki motif dan corak yang beragam, sering digunakan dalam upacara adat dan perayaan.
Ulap Doyo
Ulap Doyo merupakan kain tradisional Dayak dari Kalimantan Timur yang memiliki motif dan corak yang unik, sering digunakan dalam upacara adat dan ritual.
Wastra Nusantara bukan hanya sekedar kain tradisional, tetapi juga merupakan simbol identitas budaya dan warisan leluhur yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat Indonesia ¹ ².
Dari definisinya, rasanya kita semua sudah mengenal (sebagian) bahkan mengenakannya dalam keseharian. Semua orang Indonesia rasanya menyukai wastra nusantara ini sebagai salah satu pilihan fashion baik dalam keseharian atau dalam suasana resmi. Wastra nusantara mana yang teman Menong sukai?
Post a Comment
Post a Comment