Saat jalan-jalan berkunjung ke suatu daerah, salah satu destinasi yang menarik perhatian Zauji adalah destinasi wisata religi terdekat. Museum Al Quran Palembang menjadi salah satu destinasi favorit kami karena memang unik dan tak ada duanya.
Palembang
Saat mendapatkan tawaran pekerjaan ke Palembang, Sumatera Selatan, saya dan Zauji bersemangat untuk ngabolang di luar Jawa Barat seperti yang biasa kami lakukan. Sejak Covid-19 di awal tahun 2020, perjalanan kami memang dibatasi di Provinsi Jawa Barat saja.
Salah satu alasan saya adalah karena saya telah lama tak bertemu salah seorang teman saya yang menetap di sana. Jauhari sebelum kami berangkat ke Palembang, kami menelpon Mba Fitri, panggilan kami kepada beliau untuk mengabari rencana kami. Pun saya mengontak salah satu kerabat jauh saya yang sudah sekian lama tak bertemu. Sayangnya beliau sekeluarga sedang mudik ke Pagar Alam yang berjarak kurang lebih 300 km dengan waktu tempuh 5 jam perjalanan darat.
Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Saya pribadi pernah mengunjungi Sumatera Selatan di tahun 2017 dan terpikat dengan kuliner khas Palembang, pempek dan kerupuk kemplang lengkap dengan bumbu pedasnya. Berhubung kami hanya punya waktu satu malam saja saat ini, tak banyak tempat yang dulu kami singgahi.
Sungai Musi dan Jembatan Ampera menjadi salah satu kenangan yang tak bisa saya lupakan. Kala itu, jam 01.00 WIB, kami menjajal wisata perahu demi menikmati indahnya Sungai Musi yang biasanya hanya kami baca dan lihat gambarnya di buku pelajaran.
Tak disangka, mesin perahu ketek, perahu penumpang tradisional kecil yang kami tumpangi mati di tengah sungai. Dalam pekatnya malam, hanya diterangi lampu dari jembatan Ampera nun jauh d atas dan kerlip lampu dari kapal tongkang pengangkut batu bara, juru kemudi menyelam ke dasar perahu untuk menentukan baling-baling yang nampaknya terlilit sesuatu.
Pengalaman ini otomatis saya ceritakan kembali kepada Zauji yang langsung menolak mentah-mentah ide saya untuk mengeksplor Sungai Musi lagi menggunakan perahu ketek.
Kami menikmati perjalanan menggunakan pesawat yang pertama kali kami lakukan sejak kami menikah. Sebetulnya ini pengalaman kami berdua travelling keluar Pulau Jawa. Pesawat terbang menjadi pilihan utama untuk menuju Palembang karena kami diburu waktu untuk segera melaksanakan tugas.
Bayt Al Quran Akbar
Kami menghabiskan waktu dengan menjajal destinasi terdekat yang bisa kami kunjungi. Pertama, tentu saja area Jembatan Ampera yang melintasi Sungai Musi. Kami juga mampir di kami mampir ke Cagar Budaya Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, di tepi Sungai Musi.
Setelah makan siang kami pun melanjutkan jalan-jalan ke Bayt Al Quran Akbar menggunakan taksi online dengan ongkos Rp. 35.000. Berada di kawasan Pondok Pesantren Al Ihsaniyah, Jalan Moh Amin, Gandus. tujuan kami berjarak kurleb 10 km nyaris di pinggiran Kota Palembang.
Destinasi wisata religi Al Quran terbesar di dunia ini menjadi salah satu wisata Palembang terdekat yang menjadi favorit wisawatan. Saat kami tiba, sudah banyak pengunjung yang hadir. Saat memasuki kawasan Al Quran Al Akbar, pengunjung diwajibkan membuka dan menitipkan alas kaki di tempat yang telah disediakan.
Kami sendiri terheran-heran dengan kemeriahan suasana, banyak sekali kios-kios pedagang yang menjajakan aneka makanan minuman hingga suvenir. Tiket per orang dewasa dibanderol Rp. 20.000. Bait Al Quran Al Akbar berada di lantai 2. Ada petugas yang membantu kami untuk memberikan penjelasan kepada rombongan pengunjung. Beliau pun mengijinkan kami untuk merekam video selama penjelasan.
Bait Al Quran Al Akbar ini didirikan oleh Ustadz Syofwatillah Mohzaib, seorang pencinta kaligrafi dan ukiran khas Palembang pada tahun 2002. Al Quran sebanyak 30 juz ini dibuat dari tahun 2002 hingga 2009. Sebanyak 315 keping kayu trembesi atau 40 m3 kayu yang menghasilkan 630 lempeng dengan masing-masing berukuran 177 cm x 140 cm x 2,5 cm dengan berat rata-rata 50 kg.
Tak salah bila kayu trembesi dipilih sebagai bahan utama karena sifatnya yang tahan lapuk, anti lumut anti rayap. Kayu ini umumnya digunakan sebagai bahan rumah panggung atau perabotan seperti lemari, meja dan lainnya.
Diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 30 Januari 2012 disaksikan 51 anggota parlemen negara Islam seluruh dunia dan mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai Al Quran terbesar di dunia kategori Al Quran Ukiran Diatas Kayu atau Ukiran Palembang dan telah dibaca oleh Qori dan Qoriah, Hafidz dan Hafidzah dari lebih kurang 40 negara di tahun 2017. Bait Al Quran Akbar juga mendapatkan anugerah WisataRreligius Terhalal se-Indonesia dari Kementerian Pariwisata di tahun 2018.
Ayat-ayat Al Quran ini dibuat dengan cara diukir langsung dengan jenis huruf telah terstandar dan terkoreksi oleh para ulama agar tidak terjadi kesalahan. Pembuatannya dimulai dengan QS Al Fatihah di tahun 2001. Kini keseluruhan 30 juz dapat teman Menong lihat secara langsung hingga atap bangunan.
Kayu dibuat depan dan belakang yang bisa dibalik seperti jendela dengan ornamen khas Palembang srikaya, daun pakis, bunga matahari atau bunga teratai warna keemasan yang berarti kemakmuran atau kejayaan, merah hati berarti keberanian.
Kami pun berkeliling menyusuri bangunan yang terdiri 3 lantai yang awalnya kediaman pribadi Ustadz Syofwatillah. Alunan Al Quran menggema di seluruh ruangan menemani kami. Sepanjang lorong menuju plaza yang berada di tengah gedung, nampaknya pesantren memberdayakan usaha kecil menengah untuk diperkenankan berjualan. Aneka baju, mainan, perlengkapan ibadah dan lainnya.
Alhamdulillah, kami berkesempatan untuk berkunjung ke Bait Al Quran Al Akbar. Kami pun takjub dengan keindahan ukiran. Teman Menong yang sedang tidak berhadast bisa membaca setiap ayat yang dituliskan.
Seru sekali petualangan kami selama menjelajah berbagai destinasi wisata Palembang terdekat dan mudah dijangkau. Tak banyak oleh-oleh yang kami bawa namun Palembang membawa banyak kenangan manis yang tentunya tak mudah dilupakan. Next, pengalaman seru kami pulang ke Bandung lewat jalan darat!






Post a Comment
Post a Comment