Yuk Jelajahi Tempat Wisata di Jogja Dekat Malioboro Bagian 2!

10 comments
tempat wisata di jogja dekat Malioboro

Yogyakarta selalu mendapat tempat di hati saya dan Zauji. Meski kami telah berulang kali berkunjung, rasanya kami tak pernah bosan menelusuri tempat wisata di jogja dekat Malioboro. Alhamdulillah, di bulan Syawal ini kami berkesempatan kembali mengunjungi kota perjuangan ini.

Kami menemukan cara untuk berkeliling Yogya dengan harga terjangkau yaitu dengan menaiki Trans Yogya. Tak hanya melihat Kota Yogyakarta dari atas Trans Yogya, kami juga menyempatkan diri untuk menyusuri tempat wisata di Jogja dekat Malioboro dengan hanya berjalan kaki.

Kami berhenti di halte persis sebelum Pasar Beringharjo. Setelah melipir sedikit, kami akhirnya mampir di destinasi pertama yaitu Benteng Vredeburg. Benteng ini menjadi benteng ketiga yang pernah kami kunjungi sebelumnya setelah Benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan dan Benteng Kuto Besak 

Setelah puas berkeliling di Benteng Vredeburg, kami mampir di destinasi wisata paling ikonik di Yogyakarta. The one and only Keraton Yogyakarta.

Keraton Yogyakarta

Siapa tak kenal Keraton Yogyakarta. Zauji sudah lama sekali ingin mengunjungi keraton. Diulik dari kratonjogja.id, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atau biasa kita sebut dengan Yogyakarta, berdiri sejak 13 Februari 1755 sebagai hasil dari perjanjian Giyanti yang memecah Kerajaan Mataram menjadi dua.

Meski demikian, Kasultanan Yogyakarta menyatakan 13 Maret 1755 sebagai tanggal proklamasi. Keraton Yogyakarta atau Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai istana resmi sendiri mulai ditinggal tanggal 7 Oktober 1756.

Dicuplik dari kebudayaan.jogjakota.go.id, istana ini memiliki luas 14.000 m2 yang terdiri dari bangunan tempat tinggal sultan, keluarga dan abdi dalem. Keraton Yogyakarta dinyatakan sebagai kawasan living monument yang meliputi wilayah benteng Baluwarti (Njeron Benteng) dan sebagian wilayah Mantrijeron, Mergangsan, Gondomanan dan Ngampilan. Kawasan Baluwarti digabungkan dengan kawasan Malioboro dijadikan sebagai kawasan Cagar Budaya Kraton yang membujur dari Tugu sampai Panggung Krapyak.

Kami berjalan kaki dari Benteng Vredeburg yang kami kunjungi sebelumnya sambil menikmati suasana Yogyakarta d pagi hari. Ternyata ada 4 destinasi di seputaran keraton Yogyakarta yang akan kami tuju. Saat kami tiba di loket tiket pertama, petugas menginformasikan Keraton depan sedang dalam kondisi direnovasi sehingga tutup untuk sementara kami diarahkan untuk mengunjungi dua lokasi lain yang berdekatan. 

Lokasi pertama ada Museum Kereta Keraton Yogyakarta. Terlihat cantik dan mempesona dari luar namun sayangnya karena waktu terbatas kami sepakat untuk memilih Kedhaton sebagai destinasi berikutnya. Kedhaton,pusat dari kawasan Keraton Yogyakarta, terletak di belakang keraton depan dengan harga tiket masuk Rp. 15.000 per orang.

Area Kedhaton

Kami disambut pertujukan wayang kulit yang sukses membuat Zauji terharu berat karena dulu almarhum ayahanda Zauji penggemar wayang kulit sejati. Saya sendiri baru kali ini menyaksikan pertunjukan wayang kulit secara langsung. Banyak turis asing yang juga duduk berjejer untuk menikmati pertunjukan ini. Dan tentu saja saya tak paham apapun yang disampaikan dan sesekali meminta Zauji menerjemahkannya.
pertunjukan wayang kulit keraton yogyakarta

pertunjukan wayang kulit keraton yogyakarta

Area kedhaton tampak asri dengan nuansa keraton yang khas. Tanahnya tertutup pasir sehingga nampak unik. Para abdi dalem menyapa kami dengan ramah. Ada aturan tertulis bahwa pengunjung dilarang berfoto membelakangi para abdi dalem. 
keraton yogyakarta


Dikutip dari kratonjogja.id, abdi dalem merupakan aparatur sipil keraton yangn bertugas sebagai pelaksana operasional keraton. Teman Menong dapat mengenali abdi dalem dari busananya yang khas tanpa alas kaki. Awalnya saya berpikir seorang abdi dalem merupakan sosok yang telah sepuh, namun abdi dalem sendiri banyak dari kalangan muda dengan berlatar pendidikan tinggi, berwawasan budaya dan keahlian tertentu.

Gedong Patehan

Kami menikmati asrinya bagian dalam keraton dan terpana dengan kemegahan sekaligus kesederhanaan yang terpancar dari setiap sudutnya. Beberapa bagian keraton nampak tersentuh modernisasi yang terlihat dari tatanan ruang pameran yang kami kunjungi.
Teman Menong bisa melihatnya di Gedong Patehan, tempat abdi dalem mempersiapkan minuman bagi keluarga sultan. Di bagian depan tersaji penjelasan sejarah teh di Indonesia, penjelasan patehan sebagai ladhosan pangunjukan dalem (tradisi upacara minum teh) hingga tea table set yang digunakan dalam perjamuan keraton. Saya sendiri kagum dengan keindahan ini yang menyatukan kekuatan tradisi keraton dengan budaya modern.
gedong patehan

Setiap hari pada pukul 06.00 dan 11.00 WIB, lima orang abdi dalem keparak (abdi dalem perempuan) akan berjalan beriringan kecil untuk memulai prosesi menyajikan teh. Empat orang bertugas membawa perlengkapan yang terdiri dari satu set rampadan (perlengkapan minum teh), satu set rampadan kopi, satu teko berisi air panas dan satu teko khusus air putih yang disebut klemuk. Klemuk berisi air  yang sudah didiamkan selama satu malam. Satu orang bertugas membawa songsong untuk melindungi klemuk.
ladhosan pangunjukan dalem
Iringan ini dimulai dari bangunan di sisi selatan Plataran Kedhaton ke Gedhong Prabayeksa. Penyajian ini dilakukan setiap hari. Minuman yang dibawa disimpan untuk diambil kembali saat jadwal penyajian minuman berikutnya.

Pameran Temporer Narawandira

Selanjutnya kami mampir di Pameran Temporer Narawandira, pameran yang diselenggarakan dalam rangka Jumenengan Tingalan Dalem Hamengku Buwono X (serangkaian upacara peringatan kenaikan tahta raja Jogja, Sri Sultan Hamengku Buwono).

Diselenggarakan dari tanggal 5 Maret – 27 Agustus 2023, pameran ini mengangkat tema besar vegetasi, hubungan manusia dan pelestarian alam. Vegetasi sendiri berarti kumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama-sama di suatu tempat membentuk kesatuan utuh. Teman Menong akan disuguhi rangkaian galeri bagaimana kebudayaan Yogya tumbuh membentuk suatu kesatuan yang utuh dan besar. 

Awalnya kami melewati ruangan ini karena saya pikir ruangan ini dikhususkan untuk tamu tertentu saja karena saking cantiknya. Namun ternyata, ruangan ini juga terbuka untuk pengunjung umum. Ada banyak ruangan yang menyajikan tema yang berbeda.

Di ruangan pertama, teman Menong diperkenalkan dengan rempah-rempah yang biasa digunakan sebagai bahan jejamuan. Ada resep yang bisa teman Menong gunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti batuk, demam atau obat kuat.
rempah di keraton yogya
Ruangan berikutnya menampilkan filosofi dan kekayaan Yogyakarta yang luar biasa dan dikemas secara modern. Saya sendiri terpikat dengan eratnya Yogyakarta dengan keseimbangan alam dan semesta yang terpelihara secara turun menurun. 
batik Yogyakarta

Ornamen hias yogyakarta

Taman istana yogyakarta

Dan terakhir kami menikmati keindahan ragam busana pengantin khas keraton Yogyakarta.
ragam busana keraton yogyakarta


Bakpia 

Inilah oleh-oleh khas Yogya yang paling saya sukai. Meski kini bakpia memiliki banyak merek dan rasa, bakpia ter-favorit tetap tak pernah berubah yaitu kacang hijau dan kumbu hitam merek Bakpia Pathok 25.

Bila kunjungan sebelumnya kami mampir di pabriknya yang terletak diJl. Karel Sasuit Tubun No.504, Sanggrahan, Ngampilan, Kota Yogyakarta, kali ini kami mencari outlet terdekat sebagai tempat wisata di Jogja dekat Malioboro dan keraton karena sudah lelah berjalan kaki seharian.


Alhamdulillah kami menemukan satu outlet tak jauh dari Kedhaton yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Tak jauh dari Masjid Gede Kauman, tepatnya di Jl. Ngasem No.8, kami menemukan outlet yang menyediakan bakpia fresh from the oven sehingga rasanya masih panas dan enak sekali. Harganya pun sama dengan tempat lain yaitu Rp.30.000 per box.
bakpia pathok 25 yogyakarta

Meski sudah mengisi perut 30 menit sebelumnya, kami tergoda dengan mie bakso yang terletak tak jauh dari outlet bakpia, tepatnya di perempatan Ngasem-Kauman. Karena sudah banyak tempat wisata di Jogja dekat Malioboro yang kami jajal, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke homestay di Kaliurang untuk beristirahat sebelum pulang ke Bandung dengan kereta di sore hari nanti.

Related Posts

10 comments

  1. Jogja memang tempat wisata yang penuh dengan pemandangan yang kental dengan budaya daerah, apalagi lingkungan keratonnya ya mba. Betah kalau sdh dilingkjngan keraton, apalagi sambil duduk selonjoran di bawah pohon2 besar, sambil ngobrol dengerin cerita para abdi dalem hehe...

    ReplyDelete
  2. Aaaaa udah lama nggak makan bakpia asli sana. Camilan manis yang satu ini emang jadi pilihan makan di banyak kesempatan.

    ReplyDelete
  3. Klo ke jogja pasti nggak ketinggalan bakpia pathoknya, seumur-umur aku baru sekali ke keraton jogja. Banyak terdapat pohon sawo kecik yang berarti kebecikan.rasanya pengen bisa sisan kesana lagi

    ReplyDelete
  4. Bakpia favorit saya juga kumbu hitam. Jogja memang banyak tempat yang bisa dikunjungi. Bisa banyak belajar kearifan para pendahulu kita.

    ReplyDelete
  5. Kayanya harus menyediakan waktu buat liburan ke jogja tanpa pake rombongan atau ikutan study tour biar lihat keraton jogjanya benar-benar dinikmati

    ReplyDelete
  6. Waktu ke Yogya sama keluarga, baru ke bakpia aja yang kesampaian, tempat-tempat lainnya belum tereksplor semuanya, termasuk ke area kedhaton. Harus ke Yogya lagi ini mah

    ReplyDelete
  7. Emh sampai saat ini, Jogja bagi saya masih sebatas wacana. Entah kapan saya bisa mengunjunginya. Ingin sekali merasakan berada di tempat dari masa lalu yang sampai kini masih ada dan terawat.

    ReplyDelete
  8. Yogya selalu merindukan yaa, sampai saat ini saya masih merindukan Yogya
    Baik untuk jalan-jalan ataupun wisata lainnya

    ReplyDelete
  9. Jogjakarta kota yang selalu bikin rindu sekaligus candu. Banyak tempat menarik yang bisa dieksplore mulai dari malioboro. Ah, jadi pengen kesana

    ReplyDelete
  10. Yogyakarta selalu punya cerita menarik untuk dikunjungi lagi. Terakhir ke jogja tahun 2009 dan belum kesana lagi. Aku jadi kangen Jogja dengan segala ceritanya.

    ReplyDelete

Post a Comment